Liputan6.com, Jakarta Afrika Selatan akan memberlakukan karantina wilayah atau lockdown akibat COVID-19, mulai Kamis malam pekan ini. Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan polisi dan tentara akan dilibatkan dalam situasi tersebut.
Hal ini dilakukan usai melonjaknya kasus COVID-19 di Afrika Selatan dalam beberapa hari terakhir. Hanya dalam waktu seminggu, jumlahnya menjadi lebih dari 400 dari sebelumnya 61.
Baca Juga
"Jumlahnya akan terus meningkat. Jelas bahwa kita perlu segera dan secara dramatis meningkatkan respon kita," kata Ramaphosa seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (24/3/2020).
Advertisement
Dia menambahkan, jika ini tidak dilakukan, dalam beberapa minggu akan ada puluhan hingga ratusan ribu kasus positif COVID-19. Selain itu, kebijakan ini juga akan berpengaruh pada para pendatang dari luar negeri.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Karantina Para Pendatang
Dikutip dari News24, Ramaphosa mengatakan bahwa warga Afrika Selatan yang berasal dari negara-negara berisiko tinggi akan ditempatkan di bawah karantina selama 14 hari. Sementara, mereka yang bukan warga negara setempat tidak akan diizinkan masuk.
"Orang Afrika non-Selatan yang tiba dengan penerbangan dari negara-negara berisiko tinggi yang telah kami larang seminggu lalu, akan dikembalikan (ke negara asalnya)," tambah Ramaphosa.
Dia menambahkan, pelancong dari luar negeri yang tiba di Afrika Selatan setelah 9 Maret 2020 dari negara berisiko tinggi, akan diminta berdiam di hotelnya hingga menyelesaikan masa karantina sampai 14 hari.
Advertisement
Jika Ditunda Bebannya akan Lebih Besar
Pekan lalu, Afrika Selatan telah mengumumkan COVID-19 sebagai bencana nasional dan menutup sekolah serta menyerukan pembatasan jarak fisik. Namun, itu dirasa belum cukup.
Apalagi, jutaan orang di negara tersebut juga rentan karena HIV dan kurang gizi. Selain itu, sistem perawatan kesehatan juga dilaporkan mengalami kekurangan sumber daya dan fasilitas yang terbatas.
Ramaphosa mengatakan, karantina tersebut akan dilakukan secara nasional selama 21 hari.
"Ini adalah langkah tegas untuk menyelamatkan jutaan orang Afrika Selatan dari infeksi dan menyelamatkan nyawa ratusan ribu orang," ujarnya.
"Sementara tindakan ini akan berdampak besar pada mata pencaharian orang-orang, pada kehidupan bermasyarakat dan ekonomi kita, beban pada manusia akibat menunda tindakan ini akan jauh, jauh lebih besar," pungkasnya.