Penanganan Terlambat, Salah Satu Penyebab Tingginya Kematian Akibat COVID-19 di Indonesia

Keterlambatan penanganan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian COVID-19 di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Mar 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2020, 06:00 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengungkapkan bahwa salah satu tingginya angka kematian pasien COVID-19 selain penyakit bawaan dan usia, juga dikarenakan keterlambatan penanganan.

Dalam temu media daringnya, Ari mengatakan bahwa terkadang pasien COVID-19 di Indonesia sudah datang dan diperiksa dengan kondisi kesehatan yang buruk.

"Pada saat pasien itu datang ke rumah sakit, dokter bisa memprediksi bahwa ini memang prognosisnya agak berat. Ketika diperiksa itu saturasinya sudah turun pada saat IGD," kata Ari pada Jumat (27/3/2020).

Beberapa faktor lain yang memperberat misalnya, trombosit yang turun hingga mengarah ke sepsis, fungsi hati meningkat, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, hingga fungsi ginjal yang buruk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Pasien Datang Terlambat

Mengintip Kesiapan RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran
Petugas menyiapkan perlengkapan ruang isolasi Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3/2019). RS Darurat Penanganan COVID-19 dilengkapi dengan ruang isolasi, laboratorium, radiologi, dan ICU. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Ari mengungkapkan kondisi ini juga diungkap dalam diskusi yang telah dilakukan beberapa dokter dan pakar di Indonesia.

"Jadi pasien-pasien ini datang terlambat. Kita tahu rumah sakit rujukan sudah penuh, di sisi lain ada rumah sakit dengan kapasitas yang terbatas sehingga harus mengirim. Ini hal-hal yang membuat pasien datang ke rumah sakit rujukan jadi terlambat," kata Ari.

"Bisa saja sudah terjadi komplikasi yang saya bilang seperti komplikasi gangguan ginjal, gangguan liver, mungkin trombositnya sudah turun pada saat ke IGD," katanya.

Selain itu, usia juga menjadi faktor tetap yang bisa membuat COVID-19 menjadi mematikan bagi seseorang. Maka dari itu, orang-orang tua haruslah dilindungi dari kondisi ini.

Hingga Jumat, 27 Maret 2020, Indonesia mencatat ada 1046 kasus positif COVID-19. 46 dinyatakan sembuh. Namun, angka kematian jauh lebih tinggi hingga 87 jiwa.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya