Liputan6.com, Jakarta Ramadan tahun ini memberi pengalaman dan kesempatan unik bagi para pesebakbola Muslim di dunia. Menurun hingga terhentinya segala aktivitas di dunia sepakbola karena pandemi Corona telah memberi kesempatan bagi mereka untuk lebih banyak meningkatkan aktivitas religi dan membantu sesama.
Biasanya, ketika Ramadan tiba, pertanyaan yang ditujukan pada para atlet adalah mengenai apakah puasa memengaruhi performa atau kebugaran fisik mereka. Namun, kini pertanyaan tersebut tak lagi dilontarkan.
Baca Juga
Pandemi COVID-19 yang mengiringi Ramadan tahun ini memungkinkan para pesepakbola menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarga dan beribadah.
Advertisement
"Ini adalah hal baik bagi para pemain bola Muslim. Dalam bulan-bulan Ramadan sebelumnya, saya biasa puasa dalam masa training dan pertandingan. Karena bagi saya, juga bagi para Muslim lainnya, Ramadan adalah bulan suci," ujar pemain asal Algeria Islam Slimani, melansir laman FIFA.com.
Slimani yang bermain untuk klub Monaco Liga 1 ketika dipinjamkan dari Leicester City dan juga pernah bermain di Portugal dan Turki menambahkan, "Beberapa pemain tak bisa puasa ketika ada pertandingan di Ramadan. Tahun ini, mereka tidak perlu menghadapi dilema tersebut."
Â
Â
Rasakan Semangat Ramadan
Sementara itu Youssef Mohamad, mantan pesepakbola internasional asal Lebanon dan mantan kapten di Koln, Jerman mengatakan para pemain Muslim memiliki kesempatan besar tahun ini untuk merasakan semangat Ramadan yang lebih suci tanpa ada tekanan dari pertandingan atau pun latihan.
"Aktvitas sepakbola dihentikan saat ini adalah kabar baik bagi para pemain Muslim," ujarnya.
"Mereka bisa berpuasa di bulan suci tanpa harus kelelahan karena latihan dan pertandingan. Tahun ini, mereka bisa merasakan atmosfer spesial yang datang bersama Ramadan."
Lalu mantan bek yang dikenal dengan sebutan "Dodo" itu menceritakan pengalaman menghadapi tantangan terkait puasa beberapa waktu lalu.
"Pada masaku bermain di Eropa, sulit untuk absen karena waktu puasa ketika itu sangat panjang. Pada mulanya, sulit bagiku berpuasa di bawah tekanan banyak pertandingan, tapi beberapa tahun kemudian, berkat dietisian di Koln, kondisinya jadi sedikit membaik."
Advertisement
Beramal
Beberapa pesepabola Muslim menyatakan pandemi COVID-19 mendatangkan sisi positif bagi mereka.
"Karantina karena virus corona sangat buruk tapi memiliki elemen bagus bagi pemain Muslim," ujar pemain garda belakang-kiri Prancis Wilfried Moimbe.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Ramadan datang pada masa yang sulit, yakni ketika persiapan musim baru, saat itu waktu berlatih sangat panjang dan sulit dengan dua atau tiga sesi sehari. Bukanlah waktu yang mudah untuk berpuasa ketika itu, karena kami perlu minum air untuk mendapatkan energi."
Moimbe melanjutkan, "Puasa di rumah tahun ini telah memberiku kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama istri dan anak-anak serta membantu orang di bulan suci. Sesuatu yang tak bisa kami lakukan di masa lalu."
Federasi Sepakbola Bangladesh menggunakan masa penangguhan aktivitas sepakbola selama Ramadan tahun ini untuk membantu orang-orang yang terdampak pandemi COVID-19 di negara tersebut. Saat ini Federasi menyiapkan parsel makanan berbuka puasa dan membagikannya setiap hari pada lebih dari 300 orang di luar kantor pusat mereka di Dhaka.
"BFF mengemas kotak-kotak buka puasa setiap hari dan mendistribusikannya pada kaum duafa, tertama anak-anak yatim piatu, buruh, serta orang-orang yang membutuhkan," jelas BFF Media and Communication Manager Ahsan Ahmed Amit.
Ia juga mengatakan, dengan bimbingan Presiden BFF Kazi Salahuddin serta ketua sepakbola wanita Mahfuza Akter Kiron, pihaknya menyusun rencana untuk membantu orang di bulan puasa hingga masa akhir karantina.
"Sejumlah mantan pemain dan pemain nasional yang masih aktif, juga klub-klub, juga membantu mereka yang membutuhkan dan menyediakan asisten masakan sebagai langkah yang menunjukkan betapa besar peran sepakbola di masyarakat.