Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Remaja Penasaran tentang Kesehatan Reproduksi, Kepala BKKBN: Kenapa Harus Tabu?

Remaja ingin tahu kesehatan reproduksi, Kepala BKKBN mengatakan kenapa masih dianggap tabu.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Jun 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 20:00 WIB
20151102-Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki
Remaja ingin tahu kesehatan reproduksi, Kepala BKKBN mengatakan kenapa masih dianggap tabu. Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan reproduksi (kespro) masih dianggap tabu pada sebagian kalangan. Padahal, banyak remaja ingin tahu seputar kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi pun bukan semata-mata tentang seks saja.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo menyampaikan, kesehatan reproduksi sangat penting untuk diketahui oleh anak termasuk remaja.

"Lho, kenapa kesehatan reproduksi dianggap tabu? Padahal, sangat penting untuk kita semua," tutur Hasto saat sesi webinar, ditulis Selasa (30/6/2020).

"Kespro ini bisa diberikan di sekolah-sekolah, tidak harus dengan menunjukkan alat kelaminnya langsung. Tetapi juga bisa dengan melalui animasi atau membuat dokumenter yang singkat dan jelas. Tidak perlu ditampakkan alat kelamin.”

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lebih Peduli dengan Perubahan Diri

Kencing
Kesehatan reproduksi lebih peduli dengan perubahan diri. (iStockphoto)

Hasto menerangkan, pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini dapat menjaga diri para remaja dalam pergaulan bebas. Mereka akan menjadi lebih peduli (aware) dengan perubahan dirinya serta dapat mendeteksi kelainan pada tubuhnya lebih dini.

“Misalnya, ada anak kecil laki-laki, kemudian ternyata sejak kecil, mohon maaf, kemaluannya tidak sempurna. Harusnya bijinya dua, tetapi bijinya hanya satu. Nah, karena orangtuanya merasa tabu untuk ngecek ini, ngecek itu, sehingga tidak pernah diperhatikan," terangnya.

"Tidak pernah mendengarkan tentang masalah kesehatan reproduksi karena merasa juga tabu. Kemudian berlalulah dan tidak ketahuan bahwa anaknya itu sebetulnya ada kekurangsempurnaan. Kondisi ini memandakan ada testis yang tidak turun."

Ternyata testis yang tidak turun ini sangat berbahaya karena pada usia belasan tahun nanti bisa menjadi kanker.

 

Gondongan dan Kerusakan Sperma

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Ada juga kondisi kesehatan reproduksi yang harus diperhatikan, yakni parotitis epidemika, infeksi virus yang menyerang kelenjar parotitis. Penyakit ini dikenal gondongan.

"Ada juga namanya parotitis epidemika untuk gondongan. Kalau laki-laki yang terkena virus ini akan menyerang testis. Ketika ada anak laki-laki yang kena gondongan usianya SD atau SMP ya harus cepat berobat dan disembuhkan," ujar Hasto yang berlatar belakang dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

"Karena semakin usianya semakin dewasa kena gondongan atau parotitis, maka semakin besar dampaknya terhadap kerusakan produksi sperma. Kemudian dia bisa tidak punya anak karena tubuhnya tidak bisa memproduksi sperma."

Lebih lanjut, Hasto menegaskan, kesehatan reproduksi penting untuk dipahami untuk remaja. Orangtua pun juga akan lebih aware terhadap kesehatan reproduksi anaknya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya