Pentingnya Kesadaran Perempuan pada Kesehatan Reproduksi

Masa-masa bisa jadi rentan gangguan kesehatan mental bagi perempuan.

oleh Henry diperbarui 23 Mar 2020, 06:03 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 06:03 WIB
Ilustrasi Perempuan
Ilustrasi perempuan. (dok. Sharon McCutcheon/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta - Sistem reproduksi pada perempuan nyatanya punya dampak yang berpengaruh pada kesehatan psikis hingga mental. Sayangnya, tak semua edukasi terkait sistem reproduksi perempuan diketahui banyak masyarakat.

Hal ini diungkapkan Ade Maharani, Head of Marketing DKT Indonesia dan Andalan. "Saat ini masih ada berbagai tantangan serta isu yang dihadapi perempuan Indonesia, khususnya terkait kesehatan reproduksi," jelasnya di kawasan Grogol, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Ada tiga masa reproduksi yang dianggap sebagai momen rentan pada perempuan yaitu saat menstruasi, saat kehamilan dan saat menyusui. Ketiga masa itu jadi masa yang rentan baik dari segi psikis maupun mental pada perempuan.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Mariana Amirudin, Komisioner Komnas Perempuan. Pada masa mentruasi, tubuh perempuan memproduksi hormon yang berpengaruh pada kondisi tubuh dan perasaannya, saat melahirkan perempuan juga mengalami penurunan drastis pada kesehatan tubuhnya.

Mariana menyebutkan, hal tersebut berpengaruh pada lingkungan perempuan itu sendiri, apakah mendukung atau tidak. Dalam masa menyusui, faktor lingkungan juga jadi salah satu faktor perempuan dalam memproduksi ASI.

"Produksi ASI jika lingkungan tidak mendukung, misalnya mertuanya ngeselin, suaminya kurang support, itu jadi menimbulkan depresi. Depresi dituntut untuk menyusui tapi tidak ada dukungan," jelas Mariana. "Orang lain tidak paham kesehatan tubuh perempuan dan kesehatan mentalnya," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengaruh Lingkungan Sekitar

Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)
Ilustrasi Produksi Air Susu Ibu (ASI) (iStockphoto)

Perempuan yang menjalani profesi sebagai wanita karier tentu punya banyak tuntutan, walaupun dihadapkan dengan kenyataan tentang kondisi kesehatan mereka terkait sistem reproduksinya. Menurut Mariana, beberapa tempat kerja yang profesional sudah mempertimbangkan kesehatan reproduksi perempuan.

Pertimbangan tersebut muncul dalam bentuk peraturan dan kebijakan seperti cuti hamil. Namun, sayangnya di lingkup keluarga, masih sering mengabaikan hal ini.

"Misalnya ada undangan keluarga besar, tapi kita sedang hamil besar, kadang orang enggak peduli dalam kegiatan yang menyibukkan tersebut," katanya.

Mariana juga menyorot RUU Ketahanan Keluarga yang belum lama sempat dibahas ke publik. Menurutnya sebagai para perempuan harus paham permasalahan yang dihadapi oleh perempuan.

"Kalau kita tahu masalah apa yang kita alami, perempuan tanpa paham hal tersebut bisa terpeleset. Perempuanlah yang harus jadi hal utama yang diperhatikan, dia yang mengendalikan baik atau buruk, majunya keluarga itu sendiri," sambungnya. (Adhita Diansyavira)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya