Liputan6.com, Jakarta Vaksin COVID-19 pertama yang diuji di Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan menuju tahap akhir pengujian setelah hasilnya dinilai positif.
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh National Institutes of Health di Amerika Serikat beserta Moderna dikabarkan mampu meningkatkan sistem kekebalan pada manusia seperti apa yang diharapkan oleh para peneliti.
Baca Juga
"Tidak peduli bagaimana Anda menganggapnya, ini adalah berita baik," kata Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS kepada Associated Press, dilansir dari AP News pada Rabu (15/7/2020).
Advertisement
Penelitian tahap akhir direncanakan mulai sekitar 27 Juli. Nantinya, 30 ribu orang akan terlibat untuk mengetahui apakah vaksin COVID-19 tersebut benar-benar cukup efektif dalam melindungi seseorang dari virus SARS-CoV-2.
Dalam penelitian mereka sebelumnya, 45 orang menjadi relawan dalam uji coba vaksin yang sudah dimulai pada bulan Maret tersebut. Hasilnya dinilai oleh para ilmuwan positif.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Efek Samping
Dilaporkan dalam jurnal New England Journal of Medicine, para sukarelawan mengembangkan antibodi penawar dalam aliran darah mereka, setara dengan yang ditemukan pada penyintas COVID-19.
Para peneliti melaporkan tidak ada efek samping serius dari penggunaannya. Namun, separuh peserta mengalami reaksi mirip flu yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan vaksin lain seperti kelelahan, sakit kepala, kedinginan, demam, dan nyeri di bagian yang disuntik.
Reaksi yang terjadi tepat setelah vaksinasi tersebut memang mirip dengan gejala COVID-19. Namun sifatnya hanya sementara dan berlangsung sekitar sehari.
Lisa Jackson dari Kaiser Permanente Washington Research Institue di Seattle yang memimpin studi mengatakan, temuan ini penting untuk bergerak maju dan mengetahui apakah vaksin benar-benar bisa melindungi dari infeksi.
Advertisement
Targetkan Hasil Akhir Tahun Ini
Jackson menargetkan hasilnya bisa didapat pada akhir tahun ini meski tidak ada jaminan untuk itu. Apabila berhasil, maka hal tersebut merupakan rekor yang cepat dalam sebuah pengembangan vaksin.
"Itu akan luar biasa. Namun jika diasumsikan semuanya berjalan sesuai jadwal," kata Dr. William Schaffner dari Vanderbilt University Medical Center yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Kabar ini juga berpengaruh pada harga saham Moderna yang melonjak hampir 15 persen dalam perdagangan setelah pasar AS ditutup.
Fauci mengatakan, penelitian sebelumnya hanya mencakup orang dewasa muda. Tes tahap akhir akan melibatkan mereka yang berusia lebih tua serta orang-orang dengan kondisi kesehatan kronis dan populasi warna kulit tertentu.
Terkait dengan pengembangan vaksin serupa, Fauci mengatakan bahwa dirinya mendukung itu semua. "Kita membutuhkan banyak vaksin. Kita membutuhkan vaksin untuk dunia, tidak hanya untuk negara kami," katanya.