HEADLINE: Calon Vaksin COVID-19 Tiba dari China, Seberapa Efektif untuk Indonesia?

Vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech, China sudah tiba di Indonesia dan bakal dilakukan uji klinis ke 1.620 relawan. Efektif lindungi dari virus SARS-CoV-2 di Indonesia?

oleh Aditya Eka PrawiraAli RomdhoniTeddy Tri Setio BertyBenedikta DesideriaFitri Haryanti HarsonoGiovani Dio Prasasti diperbarui 22 Jul 2020, 15:25 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2020, 00:09 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech, China sudah tiba di Indonesia. Selanjutnya vaksin tersebut bakal menjalani proses uji klinis fase/tahap tiga.

"Ya, memang vaksin Sinovac sudah sampai di Indonesia, sekarang dalam proses uji klinis tahap tiga di Bio Farma," kata Arya pada Senin, 20 Juli 2020 kepada awak media.

Selaras dengan Arya, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menyebutkan, 2.400 vaksin COVID-19 sudah datang pada Minggu, 19 Juli 2020. Uji klinis belum dilakukan karena masih ada tahapan yang mesti dilewati, antara lain pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma dan beberapa proses perizinan lainnya.

Uji klinis tahap tiga rencananya dilaksanakan pada Agustus 2020. Pelaksanaan uji klinis bakal bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjajaran Bandung, Jawa Barat. 

"FK Unpad sebagai institusi yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan uji klinis vaksin, terutama vaksin yang beredar di Indonesia," lanjut Honesti dalam keterangan resmi yang diterima Health-Liputan6.com.

Uji klinis bakal dilakukan terhadap 1.620 relawan sehat berusia 18-59 tahun. Sebelumnya, para relawan bakal menjalani pemeriksaan kesehatan dengan teliti untuk memastikan bahwa mereka benar-benar sehat. Yang diperiksa antara lain darah, jantung, dan paru. 

“Kita cari orang sehat, lalu kita suntikkan vaksinnya, apakah vaksinnya memunculkan zat anti terhadap penyakit atau tidak,” kata Koordinator Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil dikutip laman resmi Unpad.

Penyuntikan kepada relawan, kata Kusnandi, bakal dilakukan dua kali per 14 hari. Secara berkala tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan yang dilakukan selama tujuh bulan.

Uji klinis ini terbuka bagi sukarelawan yang berminat. "Siapa saja yang mau bisa. Kami punya kantong-kantong penelitian, akan kami beri brosur siapa yang ingin ikut penelitian kami silakan mendaftar, itu sukarela," kata Kusnandi saat berada di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 21 Juli 2020 seperti mengutip Antara.

Pelaksanaan uji klinis bakal dilakukan setelah Komite Etik Penelitian Unpad memberikan persetujuan.

Uji klinis vaksin dari Sinovac ini tidak melibatkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 karena vaksin belum dipakai. 

"Ini uji klinis kok, masih belum dipakai kok. Untuk apa dilibatkan, diketahui iya, dilibatkan enggak," kata Achmad Yurianto, Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 sebelum hari ini, Selasa, 21 Juli 2020 resmi diserahkan ke Wiku Adisasmito.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut

Presiden Jokowi Minta Uji Klinis Fase Tiga Selesai dalam 3 Bulan

Vaksin corona
Kandidat vaksin COVID-19 dari China sudah tiba di Indonesia./ cottonbro from Pexels

Uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 dari Sinovac membutuhkan waktu panjang. Koordinator Uji Klinis Vaksin COVID-19, Kusnandi Rusmil menyebutkan pengujian bakal selesai pada Januari 2021.

"Harapan saya semuanya baik dan penelitian ini akan selesai pada bulan Januari (2021)," kata Kusnandi usai bertemu Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, pada konferensi pers Selasa sore, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut uji klinis diharapkan selesai pada akhir tahun 2020.

"Harapannya akan selesai pada akhir tahun ini dan bisa diproduksi mulai tahun depan," kata Wiku dalam konferensi pers pertamanya menggantikan Achmad Yurianto pada Selasa, 21 Juli 2020.

Kusnandi mengakui bahwa Presiden Jokowi memintanya agar uji klinis bisa dipercepat menjadi tiga bulan saja. Namun, ia menolak dengan memberikan alasan ilmiah.

"Saya sampaikan tidak bisa tiga bulan karena kita harus melakukan dengan hati-hati dan benar. Karena untuk uji klinis medis ada tata cara yang sudah diatur WHO," kata pria yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad ini. 

"Tidak boleh dipercepat karena nanti akhirnya tidak baik, malah vaksin ini tidak terpantu efek samping dan manfaatnya," lanjut pria yang dalam kariernya sudah melakukan uji klinis vaksin sebanyak 30 kali ini. 

Vaksin COVID-19 Sinovac Efektif untuk Indonesia?

Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)

Kusnandi menyebutkan bahwa uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19 dari Sinovac tidak hanya dilakukan di Indonesia. Negara lain seperti India, Bangladesh, negara-negara Afrika dan Amerika Latin juga tengah melakukannya. 

Lalu, apa benar vaksin COVID-19 itu efektif untuk orang Indonesia?

Efektivitas vaksin COVID-19 buatan perusahaan China itu terhadap orang Indonesia memang belum diketahui. Untuk itulah dilakukan uji klinis di Indonesia seperti disampaikan peneliti yang juga Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.

"Kita harus menunggu uji klinis yang di Indonesia apakah dia (vaksin Sinovac) bisa membangunkan antibodi kemudian bisa melindungi orang Indonesia dan apakah cukup aman. Itu yang mau dibuktikan untuk saat ini kata Amin saat dihubungi Health Liputan6.com pada Selasa (21/7/2020) sore.

Senada dengan Amin, ahli Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Depok, Dr Budiman Bela, menjelaskan bahwa pada fase tiga ini untuk mengetahui apakah vaksin COVID-19 itu efektif mencegah infeksi atau tidak.

"Fase dua itu sampai di safety. Sekarang ini, fase tiga adalah efikasi," kata Budiman saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Selasa, 21 Juli 2020.

Amin mengatakan, jika ditinjau dari Virus Corona SARS-CoV-2 yang ada di China dan Indonesia, memang ada kesamaan meski juga ada sedikit perbedaan.

"Ada sekian persen perbedaan. Kita belum tahu strain mana yang dipakai China dalam mengembangkan vaksin ini. Biasanya dia ambil salah satu strain itu kemudian diproses sama dia," ujarnya.

Amin menjelaskan bahwa belum diketahui strain virus mana yang digunakan oleh China. Menurutnya, hal ini juga terkait dengan rahasia perusahaan vaksin tersebut. Meski begitu, hal terpenting adalah keefektivan vaksin.

"Yang penting kan apakah efektif dan aman untuk orang-orang Indonesia. Itu yang sedang akan dimulai dan dilakukan di Indonesia."

Amin mengatakan keragaman Indonesia memang berpotensi menjadi tempat uji klinis dari vaksin COVID-19. "Indonesia itu kan penduduknya banyak, etnisnya juga banyak, sehingga Indonesia memiliki populasi yang menarik untuk uji klinis," katanya.

"Sehingga mereka setidaknya akan melakukan uji klinis juga di Indonesia, tapi tentunya pihak Indonesia juga memberikan persyaratan bahwa mereka juga harus menyediakan sejumlah vaksin untuk Indonesia."

 

 

Bila Uji Klinis Fase Tiga Lancar, Bio Farma Siap Produksi

Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Bila tahap uji klinis berjalan lancar dan hasilnya vaksin bisa memberikan perlindungan, Bio Farma siap memproduksi vaksin Sinovac.

"Apabila uji klinis vaksin COVID-19 tahap tiga lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada kuartal pertama (Q1) 2021 mendatang," ujar Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir.

"Dan kami sudah mempersiapkan fasilitas produksinya di Bio Farma dengan kapasitas produksi maksimal 250 juta dosis."

Pemilihan Sinovac sebagai mitra adalah platform vaksin/metode pembuatan vaksin yang digunakan oleh Sinovac sama dengan kompetensi yang dimiliki oleh Bio Farma. Penggunaan berupa metode inaktivasi vaksin, yang mana virus telah dimatikan. Bio Farma pun sudah memiliki pengalaman dalam pembuatan vaksin, seperti vaksin Pertusis. 

Sementara itu, guna menekan angka penyebaran, sejumlah negara juga berlomba-lomba mengembangkan vaksin Corona COVID-19. Selain China dan Indonesia, ada tiga negara yang tengah mengembangkan vaksin potensial tersebut, yakni Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. 

Di Inggris, satu juta dosis vaksin COVID-19 potensial sedang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford. Produk vaksin vektor virus rekombinan yang disebut "ChAdOx1 nCoV-19" itu merupakan salah satu dari setidaknya 70 calon vaksin potensial COVID-19 yang sedang dikembangkan oleh tim bioteknologi dan peneliti di seluruh dunia.

Lalu di Rusia, vaksin eksperimental terhadap Corona COVID-19 dikembangkan oleh Gamaleya Institute yang dikelola pemerintah Moskow pada awal April. Pembiayaan pembuatan vaksin ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Pertahanan Rusia. Pekan lalu, uji coba fase 1 vaksin telah dilakukan dengan melibatkan personel militer negara tersebut.

Tak mau ketinggalan dari negara lain, Amerika Serikat juga mengembangkan vaksin Corona COVID-19 oleh beberapa pihak seperti dari Universitas Pittsburgh dan Moderna. Calon vaksin yang dikembangkan Universitas Pittsburgh telah sukses diujikan pada tikus dan akan segera diujikan pada manusia. Sedangkan Moderna telah melakukan uji klinis kecil potensi vaksin terhadap 4 sukarelawan sehat pada 16 Maret 2020 di Seattle.

Indonesia Tidak Bisa Bergantung dari Vaksin Luar Negeri

20160628-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menegaskan bahwa kehadiran kandidat vaksin COVID-19 dari Sinovac tidak akan menghentikan pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri.

"Kebijakan yang diambil oleh pemerintah, istilahnya double track. Satu track memang mengutamakan vaksin yang dibuat di Indonesia sendiri, tetapi kan kita mulainya agak belakangan," kata Amin.

Amin mengatakan, dengan meningkatnya aktivitas di Indonesia, vaksin yang cocok untuk digunakan di dalam negeri dinilai dibutuhkan di Tanah air. Namun, ia mengingatkan bahwa kapasitas produksi di luar negeri tidak mungkin mencukupi seluruh penduduk Indonesia.

"Jadi apa pun yang terjadi dengan vaksin dari luar negeri, Indonesia tetap tidak bisa bergantung pada vaksin dari luar negeri."

Amin mengatakan penggunaan vaksin dari luar negeri ini hanya diberlakukan untuk jangka pendek saja. Itu pun apabila hasil uji klinis sukses.

"Tapi untuk ketersediaan vaksin secara berkesinambungan, untuk jangka waktu panjang, kita mesti bikin sendiri," ujarnya.

"Tidak bisa bergantung sama orang lain karena negara lain juga kapasitas produksinya dipakai untuk membantu negaranya sendiri juga negara-negara lain yang tidak bisa bikin vaksin."

Untuk saat ini, Amin mengatakan bahwa Indonesia masih harus menunggu hasil uji klinis vaksin COVID-19 dari Sinovac untuk melihat apakah produk itu bisa digunakan atau tidak bagi masyarakat Tanah Air.

"Kita harus menunggu uji klinis yang di Indonesia apakah dia bisa membangunkan antibodi kemudian bisa melindungi orang Indonesia dan apakah cukup aman. Itu yang mau dibuktikan untuk saat ini," kata Amin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya