Belajar dari Wabah di Masa Lalu, Antropolog Unair Ungkap 3 Cara Kendalikan Flu Spanyol

Saat wabah Flu Spanyol di Jawa Timur, penanganan yang dilakukan sama dengan pengendalian COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Agu 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 06:00 WIB
Flu Spanyol pada 1918. (Foto: National Archives)
Flu Spanyol pada 1918. (Foto: National Archives)

Liputan6.com, Jakarta Flu Spanyol mewabah di Jawa Timur pada masa Perang Dunia I. Antropolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Toetik Koesbiarti mengatakan ada tiga hal yang dilakukan pada saat itu untuk mengendalikan penyakit tersebut.

"Ada tiga hal yang berperan penting mengendalikan Flu Spanyol waktu itu, yakni isolasi yang saat ini disebut isolasi mandiri, menjaga kebersihan atau saat ini cuci tangan dan penggunaan masker," ujarnya di Surabaya seperti dikutip dari Antara.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair tersebut menjelaskan Flu Spanyol adalah virus yang mewabah di dunia pada masa Perang Dunia I dan mewabah di Indonesia atau di Jatim pada rentang tahun 1918 hingga tahun 1920.

Flu Spanyol bukanlah berasal dari Spanyol, disebut demikian karena ada tentara yang kebetulan terkirim ke Eropa dan saat itu ditemukan wabah flu di Spanyol.

 Flu Spanyol merebak di Indonesia, seperti di Palembang dan paling banyak Jawa karena banyak tentara yang singgah di pelabuhan Jawa.

"Orang yang terinfeksi Flu Spanyol akan mengalami demam. Tapi masyarakat saat itu tidak tahu dan menganggap jika mengalami demam berarti sedang terkena kolera atau disentri yang terlebih dahulu merebak," ucap lulusan Universitas Hamburg, Jerman tersebut.

 

Perawat menyiapkan masker untuk mencegah penyebaran flu Spanyol pada 1918. (foto: National Archives)
Perawat menyiapkan masker untuk mencegah penyebaran flu Spanyol pada 1918. (foto: National Archives)

Mengenai pola penularannya, Flu Spanyol hampir sama seperti COVID-19 saat ini. Perbedaannya adalah pada usia yang meninggal. Flu Spanyol banyak menyebabkan anak muda meninggal dunia karena tentara saat itulah adalah pemuda-pemuda yang berkumpul.

"Saat ini korban paling banyak orang tua dengan komorbid," ujarnya.

Sementara untuk pola penanganan relatif sama seperti penanganan COVID-19 dan masyarakat diimbau melakukan isolasi, menjaga kebersihan dan bermasker.

"Dahulu juga ada isolasi mandiri. Kemudian mereka menyebut menjaga kebersihan tubuh, saat ini cuci tangan dan bermasker. Kurang lebih masih sama," katanya.

Saksikan juga video menarik berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya