Salah Satu Cara Cegah Kematian Akibat Happy Hypoxia, Pasien Dipasangi Pengukur Kadar Oksigen

Banyak kasus pasien COVID-19 yang kekurangan oksigen tanpa gejala atau dengan Happy Hypoxia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Sep 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2020, 14:00 WIB
Pulse Oximetry
Ilustrasi alat pengukur oksigen. Foto: Muskan Anand Pexels.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DR. dr. Chistrijogo S.W, Sp. AN., KAR. dalam video yang diunggah IDI Surabaya mengemukakan bahwa banyak kasus pasien COVID-19 yang kekurangan oksigen tanpa gejala atau Happy Hypoxia.

“Beberapa pasien tampaknya baik-baik tapi memiliki kadar oksigen yang rendah dan ini tanpa disadari bisa menimbulkan kematian. Kondisi ini kita sebut Happy Hypoxia. Orang sehat biasanya memiliki saturasi oksigen tepi 95. Namun, ada pasien tanpa gejala yang kadar oksigennya turun sampai 70 sampai 80 persen, ini tidak ditemukan pada kondisi penyakit influenza biasa,” katanya dalam video yang diunggah pada 16 Juli 2020.

Dia, menambahkan, beberapa pasiennya dipasangkan probe pulse oximetry atau alat pengukur kadar oksigen di jari tangan. Penggunaan alat pengukur oksigen ini harus dibiasakan sebagai upaya monitoring kadar saturasi oksigen. Sebab, jika dibiarkan tidak terdeteksi, bisa menyebabkan kematian, katanya.

Pemeriksaan pulse oximetry adalah salah satu cara mudah dan disarankan bagi pasien yang mengalami Happy Hypoxia.

“Cara mudah untuk mengetahui kekurangan oksigen pada kondisi COVID-19 itu adalah melakukan pemeriksaan pulse oximetry. Jadi, pasien ODP, OTG, PDP, atau konfirmasi positif itu harus selalu dilakukan pemeriksaan. Karena itu mereka yang karantina mandiri diingatkan bahwa mereka harus selalu bugar dan memastikan tidak ada tanda-tanda kekurangan oksigen,” kata dia.

Cara selanjutnya adalah mewaspadai gejala awal COVID-19 seperti pernah demam, batuk, sesak, nyeri otot disertai riwayat demam, tidak ada nafsu makan, diare, sakit perut, dan kelelahan.

“Itu adalah gejala-gejala awal dari COVID-19 yang kemudian secara perlahan 1 sampai 7 hari menuju ke arah infeksiusnya dan terakhir setelah lebih dari 7 hari mereka tidak sadar bahwa kekurangan oksigen, maka mereka menuju ke arah yang lebih berat lagi yaitu pasien gagal napas.  

Simak Video Berikut Ini:

Happy Hypoxia Beda dengan Hipoksia Biasa

Istilah Happy Hypoxia ramai diperbincangkan sebagai gejala baru akibat COVID-19. Kondisi ini kebanyakan ditemukan pada pasien tanpa gejala.

Hipoksia atau hypoxia adalah suatu kondisi tidak cukupnya oksigen yang masuk ke sel dan jaringan di tubuh. Hypoxia terjadi ketika kadar oksigen sangat rendah dalam darah, membuat jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen.

Melansir Medical News Today Penelitian tentang Happy Hypoxia sendiri mulai dipublikasikan pada awal Juli 2020. Happy Hypoxia juga disebut dengan Silent Hypoxemia. Kondisi ini sempat membingungkan para ilmuwan. Ini karena gejala Happy Hypoxia berbeda dengan gejala hipoksia pada umumnya.

Salah satu gejala umum dari Hipoksia adalah sesak napas. Pada kasus Happy Hypoxia, pasien tidak mengalami gejala sesak napas, bahkan bisa beraktivitas secara normal. Meski tanpa gejala, orang yang mengalami Happy Hypoxia telah mengalami penurunan fungsi organ akibat kurangnya oksigen dalam darah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya