Liputan6.com, Jakarta Pada debat wakil presiden Amerika Serikat pada Rabu lalu, semua mata tertuju pada mata kiri Mike Pence yang tampak merah. Banyak yang berspekulasi ia menderita konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah) dan bertanya-tanya apakah itu adalah tanda COVID-19.
Sebagaimana yang diberitakan, saat ini wabah COVID-19 sedang menyebar ke White House. Beberapa anggota dalam lingkaran Presiden Donald Trump telah terinfeksi, termasuk Trump. Sampai sekarang, Pence telah melaporkan hasilnya negatif untuk virus tersebut. Dokter di White House mengklarifikasi Pence terbebas dari konjungtivitis. Jadi, kabar yang mengatakan Pence menderita konjungtivitis selama debat hanyalah berupa dugaan.
Baca Juga
Masih belum banyak yang diketahui tentang COVID-19 dan hubungannya dengan mata Virus Corona dapat memasuki tubuh melalui selaput lendir, yang pada dasarnya merupakan permukaan terbuka di wajah. Infeksi ini umumnya terjadi melalui hidung atau mulut tetapi juga dapat masuk melalui mata dalam kondisi tertentu.
Advertisement
Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan mata merah, jadi masuk akal jika COVID-19 dapat menyebabkan hal yang sama. Tanda-tanda infeksi konjungtivitis yang paling mencolok termasuk kemerahan pada mata, gatal, rasa terbakar, peningkatan air mata dan penglihatan kabur.
Diperkirakan antara 1 hingga 3 persen penderita COVID-19 menunjukkan gejala mata merah. Sebuah penelitian yang dilakukan pada bulan April menemukan hal tersebut biasanya muncul pada orang dengan kasus virus yang parah.
Studi lain yang diterbitkan Agustus dalam jurnal medis JAMA Ophthalmology menemukan bahwa konjungtivitis dapat memengaruhi pasien COVID-19 pediatrik. Data yang dikumpulkan dari 216 anak yang dirawat di rumah sakit dari Januari hingga Maret menunjukkan bahwa 23 perrsen dari mereka mengalami sekret konjungtiva, hidung tersumbat, dan mata merah.
Dalam kasus langka lainnya, data menunjukkan bahwa COVID-19 juga dapat menyebabkan masalah mata lainnya, seperti chemosis (pembengkakan selaput bening di mata) dan epiphora (robekan berlebihan), lapor Healthline.
Simak Juga Video Berikut Ini:
Gejala COVID-19 yang paling umum
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masalah mata bukanlah gejala umum COVID-19. Setiap orang terpengaruh secara berbeda.
Adapun gejala umum pada pasien COVID-19 yaitu demam, batuk, sesak napas, kehilangan rasa atau bau, menggigil, nyeri otot, dan kelelahan. Diare, sakit kepala, nyeri saraf, pneumonia, dan masalah kulit juga bisa menjadi komplikasi COVID-19. Terkadang, orang tidak mengalami gejala sama sekali atau disebut asimtomatik.
Jika Anda mulai melihat tanda-tanda infeksi, segera hubungi dokter. Jika Anda merasa pernah terpapar seseorang dengan COVID-19, lakukan tes dan jauhi orang lain. Selain itu, pastikan untuk memberi tahu siapa pun yang mungkin pernah Anda hubungi.
Bagaimana melindungi mata Anda selama pandemi?
Jika Anda memakai lensa kontak, para ahli merekomendasikan untuk beralih ke kacamata untuk lapisan perlindungan tambahan terhadap COVID-19.
"Kacamata dapat memberikan perlindungan penghalang terhadap percikan atau tetesan, sehingga secara teori dapat melindungi dari paparan SARS-CoV-2," kata Lucy Wilson, seorang profesor di departemen layanan kesehatan darurat di University of Maryland, Baltimore County, kepada Huffington Post.
"Selaput lendir, termasuk di area mata, adalah cara umum virus corona dapat masuk ke dalam tubuh."
Mengenakan kacamata juga dapat membantu mengurangi frekuensi Anda menyentuh mata, terutama sebagai pemakai lensa kontak. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir yang bersih.
Selain itu, cobalah untuk tidak menggosok mata, terutama saat berada di tempat umum. Teruskan mencuci tangan atau mendisinfeksi tangan secara teratur. Usahakan tetap di rumah dan jaga jarak dari orang lain jika Anda memiliki tanda-tanda infeksi mata, terutama jika itu berhubungan dengan COVID-19.
Advertisement