Liputan6.com, Jakarta - Pencarian asal usul Virus Corona penyebab COVID-19 belum mencapai titik akhir. Padahal, jika asal usul ini telah diketahui, ada sejumlah hal positif yang bisa didapatkan.
Begitu kata Peneliti Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr.rer.nat. Wien Kusharyoto. Menurutnya, penemuan asal usul Virus Corona COVID-19 akan menambah kewaspadaan dan penguatan antisipasi di masa depan.
Baca Juga
“Artinya kita menjadi lebih waspada dan di masa depan juga bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya wabah yang baru,” ujar Wien kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis (11/2/2021).
Advertisement
Sebaliknya, Wien juga menyebutkan dampak negatif jika asal usul Virus Corona atau SARS-CoV-2 ini tidak ditemukan.
“Ya otomatis kita tidak tahu kita harus melakukan apa. Kalau kita tidak tahu alurnya seperti apa maka kita akan sulit mengantisipasinya,” Wien nemambahkan.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Sulitnya Menemukan Lingkaran Awal
Sulitnya menemukan lingkaran awal sebaran COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para peneliti. Padahal, semakin cepat lingkaran awal diketahui maka semakin mudah penemuan asal mula virusnya, kata Wien.
Dalam masalah ini, Wien melihat adanya ketidakterbukaan informasi. Beberapa informasi awal terkait COVID-19 cenderung terkesan ditutup-tutupi.
“Pada dasarnya semua tergantung pemerintah China sendiri sih, karena pada tahap awal tindakan-tindakan yang sudah dilakukan terkesan ditutup-tutupi dan pemerintah China seharusnya membuka semuanya kepada mereka yang melakukan investigasi.”
“Meskipun kita tidak tahu apa yang disembunyikan tapi kan kita tahu sendiri bahwa pada awalnya boleh dikatakan terjadi semacam keterlambatan baik dari pemerintah China sendiri maupun dari WHO dalam menetapkan kasus pandeminya.”
Walau demikian, Wien tidak menampik bahwa ada potensi bahwa COVID-19 itu bukan berasal dari China. Namun, hal ini perlu dibuktikan secara ilmiah atau berbasis data-data yang akurat.
“Kemungkinan itu ada tapi sekali lagi itu harus dibuktikan secara ilmiah atau berbasis data yang akurat bisa dilihat dari kasus penyebaran dan kasus pemeriksaan yang lebih detail terkait awal penyebaran tersebut,” tutupnya.
Advertisement