Wamenkes Minta Tracing COVID-19 Jadi Kegiatan Edukasi untuk Hilangkan Stigma pada Pasien

Menurut Wamenkes, stigma menjadi salah satu kendala dalam proses pelaksanaan isolasi mandiri pasien COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2021, 10:00 WIB
FOTO: Wakil Menteri Kesehatan Jalani Vaksinasi COVID-19 di RSCM
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menjalani vaksinasi virus corona COVID-19 di RSCM, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, tahap awal program vaksinasi COVID-19 akan menyasar tenaga kesehatan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, jangan sampai pelacakan kontak (contact tracing) pasien COVID-19, membuat mereka atau keluarga merasa dikucilkan apabila dinyatakan positif.

Dalam Kick Off Simulasi Contact Tracing oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas di Kantor Kelurahan Krukut, Jakarta Barat pada Kamis pekan lalu, Dante mengatakan bahwa stigma pada pasien COVID-19, jadi salah satu kendala pelaksanaan isolasi mandiri.

Maka dari itu, Dante mengatakan bahwa tugas pelacak kontak atau tracer tidak hanya mencari kasus yang mungkin terjadi akibat infeksi, namun juga memberikan edukasi sehingga pasien yang isolasi mandiri tidak merasa dikucilkan.

"Kita harus membuat budaya baru bahwa kegiatan kontak tracing adalah kegiatan yang membuat pasien atau keluarga atau masyarakat tidak merasa dikucilkan kalau terkonfirmasi COVID-19," kata Dante, dilansir dari rilis di laman Kemenkes, Sehat Negeriku, Senin (1/3/2021).

Menurut Wamenkes Dante, contact tracing juga harus menjadi kegiatan untuk melakukan sosialisasi secara komunal. Sehingga, apa yang dilakukan dalam kegiatan ini juga dapat memberikan dampak positif pada masyarakat.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tidak Semua Kasus Bergejala

Rapid Test Massal di Petamburan Kembali Digelar
Warga melakukan tes cepat (rapid test) massal Covid-19 di SDN Petamburan 01, Petamburan, Jakakrta, Jumat (27/11/2020). Rapid test massal ini digelar sebagai langkah petugas dalam melakukan testing, dan tracing setelah adanya kerumunan di Petamburan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dokter spesialis penyakit dalam ini pun mengingatkan, tidak semua kasus COVID-19 bergejala. Hal ini karena mereka memiliki potensi menularkan orang-orang di sekitarnya.

"Kalau ini tidak dihentikan segera maka yang akan kita dapatkan adalah kenaikan kasus terus," kata Dante.

Infeksi virus corona bisa berbahaya apabila terjadi pada orang berisiko tinggi seperti dengan komorbid. Maka dari itu, Dante menyebut bahwa pelacakan kontak dilakukan juga agar pasien COVID-19 di rumah sakit berkurang, karena kasus dapat ditemukan lebih dini.

Menurut World Health Organization, dari satu pasien kasus terkonfirmasi COVID-19, setidaknya harus dilakukan kegiatan pelacakan kontak hingga 30 orang, yang pernah berkontak dengan pasien positif.

Kemenkes menyatakan, pelacakan kontak di tingkat desa di seluruh Indonesia, khususnya Jawa dan Bali, telah dimulai sejak Kamis pekan lalu.

Dante mengatakan, pelacakan kontak juga tulang punggung dalam penanganan COVID-19. Selain melakukan evakuasi pada kelompok yang mungkin tertular, juga memberikan sosialisasi agar jangan sampai masyarakat mengucilkan orang yang sedang isolasi mandiri.

Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19

Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya