Menkes Deg-degan Stok Vaksin Sinovac Hanya 7 Juta Dosis untuk April 2021

Menkes Budi Gunadi deg-degan vaksin Sinovac hanya tersedia 7 juta dosis untuk April 2021.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Mar 2021, 13:45 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2021, 12:26 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin kunjungi Provinsi Bali pada Jumat, 12 Maret 2021 untuk bertemu dengan Gubernur dan jajarannya mempersiapkan kegiatan vaksinasi massal. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengaku deg-degan karena vaksin Sinovac hanya tersedia 7 juta dosis untuk April 2021. Terlebih lagi pengiriman vaksin AstraZeneca melalui skema COVAX-GAVI tertunda akibat embargo dari negara produsen vaksin, salah satunya India.

"Bulan Maret 2021, kebetulan vaksin Sinovac yang dipakai masih cukup banyak. Saya mau lapor ini, bulan April hanya ada 7 juta dosis Sinovac," tutur Budi dalam dialog Evaluasi Kebijakan, Aktivitas Masyarakat, dan Peta Politik Triwulan I 2021, ditulis Selasa, 30 Maret 2021.

"Bio Farma baru mulai lagi produksi tanggal 15 April. Saya deg-degan juga makanya. Karena Bio Farma sedang ada cleansing. Mesinnya mereka di-upgrade gitu."

Semula Menkes Budi memperkirakan penambahan pengiriman vaksin AstraZeneca yang direncanakan selesai Mei 2021 dapat mendukung penuh vaksinasi nasional pada April 2021. Namun, embargo vaksin menyebabkan vaksin AstraZeneca menunda pengiriman.

"Jadi, saya hanya punya 7 juta stok dari Sinovac. Tadinya, saya pikir bisa dapat 7,5 juta lagi dari AstraZeneca," lanjut Budi Gunadi.

"Kita seharusnya dapat jatah ini (vaksin AstraZeneca) sekitar 11,7 juta pada Maret-April 2021. Tapi dapetnya baru kayak kemarin hanya 1,1 juta, yang 10,6 jutanya 'nyangkut' (tertunda)."

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Embargo Vaksin AstraZeneca Termasuk Berita Buruk

Pemberian Vaksin Massal untuk Warga Lansia Non KTP DKI
Petugas kesehatan memberikan suntikan vaksin COVID-19 kepada warga lansia di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta Kampus Hang Jebat, Jakarta Selatan, Selasa (23/3/2021). Tersedia 1.000 kuota perhari bagi lansia yang berdomisili di dalam dan luar DKI Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adanya embargo vaksin AstraZeneca, menurut Budi Gunadi Sadikin, termasuk berita buruk. Pengiriman vaksin AstraZeneca ke negara-negara lain tertunda dan suplai pun berkurang. Embargo vaksin terjadi karena kasus COVID-19 melonjak.

"Ada berita buruk ini. India termasuk yang naik (kasus COVID-19) dan dia embargo vaksin. Artinya, (vaksin) enggak boleh keluar atau dikirim ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),"

"Nah, panik deh COVAX-GAVI. Karena India adalah pabrik vaksin terbesar dunia di luar Tiongkok. Jadi, Novavax dan AstraZeneca dibikin cukup besar di India, Pfizer juga ada (diproduksi di India). Akibatnya, kurang suplai, jadi direalokasi lagi."

Dalam diskusi daring lain, Menkes Budi mengatakan, Indonesia sedang berupaya melobi COVAX-GAVI agar vaksin AstraZeneca bisa dikirim kembali. Penundaan pengiriman vaksin AstraZeneca diperkirakan sampai Mei 2021.

"Kami masih mencoba melobi GAVI-COVAX bersama Kementerian Luar Negeri untuk memastikan at least ada enggak yang bisa kita dapat meskipun sedikit dari Astrazeneca pada bulan April 2021," ujarnya.

Vaksin Palsu

infografis vaksin palsu
Vaksin Palsu
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya