Sehari Minum 4 Kaleng Minuman Energi, Pria Ini Alami Gagal Jantung

Menurut laporan, pria tersebut ketagihan minuman energi. Ia diketahui mengalami gagal jantung akibat mengonsumsi empat kaleng minuman energi per hari selama dua tahun.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Apr 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi gagal jantung
Ilustrasi gagal jantung. Image by Pexels from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria berusia 21 tahun dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami sesak napas yang semakin parah selama empat bulan serta penurunan berat badan. Ia diketahui mengalami gagal jantung akibat mengonsumsi empat kaleng minuman energi per hari selama dua tahun.

Seperti dilansir dari Livescience, laporan akan bahaya mengonsumsi minuman energi berlebihan tersebut diterbitkan di jurnal BMJ Case Reports

Menurut laporan, pria tersebut bisa minum 4 kaleng minuman energi sehari dengan masing-masing kaleng berisi 160 miligram kafein. Bahkan secangkir kopi biasanya mengandung sekitar 90 mg kafein.

Pria itu ingat bahwa dulu ia kadang-kadang mengalami gangguan pencernaan, tremor, dan detak jantung berdebar kencang. Namun ia tidak segera mencari pertolongan. Baru beberapa bulan terakhir ia merasa sangat tidak sehat dan lesu sampai ia harus cuti kuliah, jelas dokternya di St Thomas' Hospital, London.

Setelah serangkaian tes, pria itu didiagnosis dengan dua kondisi yang berpotensi mengancam nyawa: gagal jantung dan gagal ginjal.

Gagal jantung terjadi ketika otot jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh; dan gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak dapat menyaring produk limbah dari darah dengan benar. Dalam kasus pria itu, kedua kondisi tersebut tampaknya tidak berhubungan, tetapi masing-masing memiliki efek yang serius. Dokternya mendiskusikan apakah ia membutuhkan transplantasi organ ganda (jantung dan ginjal).

 

Simak Video Berikut Ini:

Gagal ginjal

Sementara gagal ginjalnya disebabkan oleh kondisi yang sudah lama tetapi tidak terdiagnosis yang disebut uropati obstruktif kronik, ketika urine tidak dapat mengalir dengan baik melalui saluran kemih sehingga kembali ke ginjal.

Dokternya mempertimbangkan sejumlah kemungkinan penyebab gagal jantungnya, termasuk broken heart syndrome, yaitu sebuhan kondisi saat ruang pompa utama jantung membesar dan melemah, dan miokarditis, atau radang jantung. Namun, tidak ada kondisi yang sesuai dengan riwayat dan hasil tes pria itu. Penulis menyimpulkan bahwa penjelasan yang paling mungkin untuk gagal jantungnya adalah tingkat konsumsi minuman berenergi yang tinggi, meskipun mereka tidak dapat membuktikan hal ini dengan pasti.

Setelah 58 hari di rumah sakit, pria itu diperbolehkan pulang dan diberi beberapa resep obat jantung. Ia berhenti mengonsumsi minuman energi seutuhnya dan fungsi jantungnya meningkat pesat sampai dokternya mengatakan bahwa ia tidak perlu transplantasi jantung untuk saat ini. Meskipun ada kemungkinan ia akan membutuhkan transplantasi ginjal nantinya.

Laporan ini berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang telah mengaitkan konsumsi minuman energi dengan efek kardiovaskular, termasuk peningkatan tekanan darah dan irama jantung yang tidak normal. Ada beberapa laporan tentang anak muda yang menderita serangan jantung dan masalah irama jantung setelah mengonsumsi minuman berenergi.

Beberapa orang mungkin cenderung mengalami masalah jantung dari minuman energi karena faktor biologis yang mendasari, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan faktor-faktor ini, kata penulis.

"Kasus ini semakin menyoroti potensi bahaya kardiovaskular dari mengonsumsi minuman energi pada individu yang rentan. Peringatan yang jelas harus diberikan tentang potensi bahaya kardiovaskular dari konsumsi minuman energi dalam jumlah besar," tulis para penulis.

Infografis jantung kemkes

Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya