Liputan6.com, Jakarta Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia kembali terjadi. Angka positif COVID-19 per hari per Sabtu (19/6/2021) mencapai 12.906 kasus. Ahli Kesehatan Masyarakat, Hermawan Saputra meminta pemerintah bersikap radikal dengan memberlakukan lockdown regional.
Pernyataan ini diungkapkan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) ini dalam konferensi pers yang digelar Lapor COVID-19 dan CISDI pada Minggu (20/6/2021). “Kita tidak akan keluar dari pandemi. Strategi rem-gas hanya menunda, bom waktu, belum memutus rantai penyebaran COVID-19.”
Baca Juga
Hermawan juga menekankan bahwa status Indonesia masih jauh dari kata terkendali. “Positivity rate masih di atas 10 persen, Sementara mortality rate di atas 5 persen.”
Advertisement
Anggapan soal pandemi yang terjadi di Indonesia merupakan serangan gelombang ke dua juga ditepisnya. “Dari awal, kita belum mencapai puncak gelombang pertama.”
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tidak Bisa Mengantisipasi
Selama 15 bulan pandemi COVID-19 yang terjadi, Indonesia dianggap belum bisa mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi. “Kita bisa prediksi, tapi akhirnya tidak mampu diantisipasi.”
Banyak hal yang disoroti Hermawan terkait kebijakan penangangan pandemi COVID-19 yang dibuat pemerintah. Semuanya dianggap belum bisa memutus rantai penyebaran virus Conora di Indonesia.
“Kebijakannya belum kuat. PSBB lalu sekarang PPKM. Semua ini tidak memutus pandemi. Ini hanya relaksasi,” ujarnya.
Advertisement
Rekomendasi IAKMI
Menyikapi lonjakan kasus yang masih terus meningkat, Hermawan meminta pemerintah mau bersikap radikal memutus rantai penyebaran COVID-19. Banyak hal yang dianggap masih kurang. Contohnya pembenahan di segala sisi yang terkait surveilans. “Surveilans masih lemah, dari 100 ribu data spesimen hanya 50 persen lab yang bisa kasih data harian.”
Selain itu bila lonjakan penyebaran virus Corona masih besar yang dikarenakan mobilitas masyarakat, Hermawan meminta pemerintah untuk melakukan lockdown regional. “Rekomendasi kedua, lockdown regional.”