Pandemi COVID-19 Bakal Lama, Indonesia Siapkan Strategi Jangka Panjang

Indonesia menyiapkan strategi jangka panjang mengingat pandemi COVID-19 berakhirnya masih lama

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Agu 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2021, 12:00 WIB
Mural Bertemakan Covid 19
Petugas PPSU Kelurahan Bukit Duri menyelesaikan mural bertema Covid-19 di Jakarta, Selasa (11/8/2020). Mural tersebut untuk mengingatkan warga agar selalu waspada dengan Covid-19 dan mencegahnya dengan 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang melanda berpeluang akan lama, Indonesia pun sedang menyiapkan strategi jangka panjang. Persiapan strategi tersebut sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahwa kita harus beradaptasi hidup di tengah pandemi COVID-19.

"Saat ini, kita harus bersiap beradaptasi dengan situasi. COVID-19 ini berpeluang akan hidup bersama dengan kita dalam waktu yang tidak sebentar," ujar Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Jumat (13/8/2021).

"Ya, bukan hanya Indonesia saja yang menyiapkan strategi jangka panjang menghadapi COVID-19. Negara lain juga sama," Wiku menambahkan.

Selain Indonesia dan negara-negara lain, organisasi internasional, seperti World Bank dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga tengah menyiapkan panduan beradaptasi dengan Corona COVID-19, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

"Ke depannya, Pemerintah akan senantiasa memantau kondisi COVID-19 secara aktual. Hal ini demi mengambil kebijakan yang tepat, baik dalam hal penanganan kesehatan maupun pemulihan ekonomi," kata Wiku.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Maksimalkan Pengendalian COVID-19 demi Turunkan Laju Penularan

Ganjil Genap Bogor
Petugas gabungan memberhentikan kendaraan berpelat nomor ganjil di kawasan Perempatan Yasmin, Kota Bogor, Sabtu (6/2/2021). Pemkot Bogor mulai menerapkan kebijakan ganjil-genap setiap akhir pekan untuk mengurangi mobilitas warga di tengah meningkatnya kasus positif COVID-19 (merdeka.com/Arie Basuki)

Pemerintah selalu berhati-hati dalam mengambil setiap kebijakan dalam penanganan pandemi COVID-19 serta berupaya maksimal dalam pemulihan ekonomi nasional.

"Untuk itu, upaya terbaik yang bisa kita lakukan dalam menjalani dinamika yang ada ialah memaksimalkan berbagai upaya pengendalian secara paralel untuk upaya proteksi maksimal," imbuh Wiku Adisasmito.

Upaya pengendalian COVID-19 juga terus dilakukan Kementerian Kesehatan. Kunci utama menekan penyebaran virus Corona, yakni mengurangi laju penularan dan harus ada perubahan perilaku, baik 3M maupun 5M. Dengan memakai masker saja, penularan virus dapat menurun jauh di atas 90 persen.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memaparkan tiga upaya sejumlah upaya kendalikan COVID-19 sesuai pedoman WHO. Pertama, deteksi. Caranya, dengan pemeriksaan (testing) ditingkatkan sampai 400.000 per hari, surveilans kontak erat, dan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS).

"Kita tekan penyebaran dengan testing dan tracing. Kita telusuri kontak eratnya supaya langsung ketemu, terus ditangani. Jadi, target kita itu 3 orang, misalnya, menularkan ke 2 orang. Bukan 1 orang menularkan ke 3 orang," papar Budi Gunadi dalam dialog Strategi Kemenkes RI dalam Mengatasi dan Mengakhiri Pandemi COVID-19 beberapa hari lalu.

Menurut Budi Gunadi, yang namanya pandemi tidak ada yang bisa selesai dalam satu tahun. Ada yang puluhan, bahkan ratusan tahun.

"Saya ngobrol sama banyak pakar. Enggak ada itu pandemi selesai satu tahun. Rata-rata puluhan tahun atau ratusan tahun. Nah, target operasi di setiap pandemi adalah menurunkan laju penularan," pungkasnya.

"Sebenarnya, bukan menghapus virus, tapi mengurangi kecepatan penularan. Sehingga bagaimana cara yang masuk ke rumah itu tertangani baik dan sembuh."

Konversi Tempat Tidur dan Pemantauan Isolasi

FOTO: Rusun Nagrak Cilincing Bersiap untuk Isolasi Pasien COVID-19
Kondisi unit yang telah disiapkan untuk tempat isolasi pasien COVID-19 di Rusun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). Tiap unit di Rusun Nagrak terdiri atas atas kamar yang diperkirakan mampu menampung hingga 2.550 orang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kedua, terapeutik. Ketersediaan tempat tidur COVID-19 terus diupayakan. Salah satunya, konversi tempat tidur 30-40 persen dari total kapasitas rumah sakit dan pemenuhan suplai, termasuk oksigen, alat kesehatan, dan sumber daya (tenaga kesehatan).

Pengerahan tenaga cadangan, seperti dokter internship, koas, dan mahasiswa tingkat akhir untuk membantu penanganan COVID-19. Dalam penanganan pasien, ada pengetatan yang dirawat ke rumah sakit dengan gejala saturasi oksigen di bawah 95 persen dan sesak napas.

Pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya gejala sedang, berat, dan kritis.

"Bila pasien tertangani baik akan pulih. Biasanya 80 persen itu butuh isolasi mandiri, 20 persen masuk rumah sakit, 5 persen meninggal. Jadi, kita bisa hitung, berapa kapasitas rumah sakit yang kita butuhkan dari kasus tertentu," jelas Budi Gunadi Sadikin.

Kejar Target Vaksinasi COVID-19

Target Vaksinasi COVID-19 Terus Dikejar
(24/7/2021). Pemerintah sebelumnya menetapkan target sasaran vaksinasi 181,5 juta atau 70 persen dari total populasi untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ketiga, vaksinasi. Pemerintah berupaya mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Ketersediaan vaksin COVID-19 juga dilakukan dengan kerja sama bilateral maupun multilateral.

"Untuk alokasi vaksin sendiri, 50 persennya ke daerah-daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Upaya mempercepat vaksinasi juga dengan membangun sentra-sentra vaksinasi di bandara, yakni di Jakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali. Ada juga syarat kartu vaksinasi untuk perjalanan.

Target 70 persen vaksinasi COVID-19 di 7 wilayah aglomerasi Jawa dan Bali akan tuntas pada September 2021. Ketujuh wilayah tersebut, yakni Jabodetabek, Bandung Raya, Semarang Raya, Solo Raya, Yogyakarta, Surabaya Raya, Malang Raya, dan Bali.

Selain wilayah Jawa dan Bali, vaksinasi dosis pertama juga ditargetkan selesai di sejumlah wilayah non Jawa-Bali dengan kasus konfirmasi COVID-19 tinggi.

"Dalam waktu dekat, demi mencapai target vaksinasi COVID-19 (dosis pertama) di Bulan September mendatang, akselerasi vaksinasi akan difokuskan pada daerah dengan penambahan kasus konfirmasi yang tinggi," kata Wiku Adisasmito.

"Khususnya, kepada 7 daerah aglomerasi di Jawa-Bali, 45 kabupaten/kota dengan angka penambahan kasus konfirmasi COVID-19 tinggi di wilayah non Jawa-Bali, dan 5 kabupaten/kota di wilayah Papua, karena kepentingan Pekan Olahraga Nasional (PON)." (Selengkapnya: Pemerintah Targetkan 70 Persen Vaksinasi Dosis Pertama di Wilayah Ini Selesai September 2021)

Infografis Awas Indonesia Memasuki Gelombang II Covid-19

Infografis Awas Indonesia Memasuki Gelombang II Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Awas Indonesia Memasuki Gelombang II Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya