Angka Kematian COVID-19 Tidak Realtime, Satgas Jelaskan Tantangan Sinkronisasi Data

Angka kematian COVID-19 tidak realtime, Satgas menjelaskan soal tantangan sinkronisasi data.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Agu 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2021, 20:00 WIB
Krisis Lahan Pemakaman Jenazah dengan Protokol COVID-19
Suasana makam jenazah Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Minggu (3/12/2021). Pada peringkat kedua kasus harian tertinggi adalah Jawa Barat dengan total 1.167 kasus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Adanya pelaporan angka kematian COVID-19 yang tidak realtime, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menjelaskan soal tantangan sinkronisasi data. Berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kementerian Kesehatan, pelaporan kasus kematian COVID-19 yang dilakukan daerah merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya.

Menurut Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah, ketika terjadi proses sinkronisasi data antara pusat dan daerah, bisa saja ditemukan sejumlah kasus yang baru tercatat dan dimasukkan.

"Wali data ini kan Kementerian Kesehatan. Mereka mengumpulkan data dari seluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota," terang Dewi saat sesi Evaluasi Kepatuhan Protokol Kesehatan dan Perkembangan COVID-19, Kamis (12/8/2021).

"Yang dilakukan adalah bagaimana sinkronisasi data dapat berjalan. Pada saat proses sinkronisasi tersebut ditemukan beberapa kasus individual di daerah, sebelumnya tidak pernah atau belum dilaporkan. Mungkin meninggalnya sudah dari 2 bulan, 3 bulan lalu tidak tercatat, dan baru dimasukkan."

Dalam hal ini, data kematian COVID-19 yang dilaporkan tidak realtime pada saat itu. Tak ayal, kasus kematian COVID-19 dapat terlihat melonjak di suatu daerah.

"Kesannya (kematian) jadi tinggi sekarang," lanjut Dewi.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Perbaikan Data Kematian COVID-19

TPU Bambu Apus
Keluarga dan kerabat jenazah kasus COVID-19 mengunjungi pemakaman di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur, Selasa (16/2/2021). Pemangkasan petak makam di TPU Bambu Apus tersebut dilakukan agar bisa menampung lebih banyak jenazah, mengingat lahan pemakaman terbatas. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Proses perbaikan data kematian COVID-19 masih dilakukan Kemenkes walaupun verifikasi data sudah otomatis menggunakan NAR--sistem big data untuk pencatatan laboratorium dalam penanganan COVID-19.

"Salah satu tantangan terkait dengan data kesehatan (termasuk kematian COVID-19) di Indonesia mungkin masih dalam proses penyelesaian juga oleh Kementerian Kesehatan saat ini," tambah Dewi Nur Aisyah.

"Jadi, masih ada beberapa gap data saat proses sinkronisasi. Inilah yang masih dalam proses perbaikan kemenkes, padahal mungkin yang bersangkutan meninggalnya pekan lalu, tapi baru dimasukkin datanya."

Peningkatan dalam sinkronisasi data, lanjut Dewi tetap harus diupayakan. Tidak hanya data kematian COVID-19 saja, melainkan kasus aktif hingga kesembuhan COVID-19. Tujuannya, agar data menggambarkan situasi sekarang.

"Sepertinya memang masih ada improvement (peningkatan pelaporan data) yang harus dilakukan, terutama kasus meninggal. Dan juga termasuk kasus sembuh," lanjutnya.

Infografis Tahan Diri atau Bisa Mati karena Covid-19

Infografis Tahan Diri atau Bisa Mati karena Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tahan Diri atau Bisa Mati karena Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya