Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menanggapi soal kekebalan kelompok (herd immunity) yang tak mungkin tercapai. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut herd immunity tidak akan tercapai dengan adanya kehadiran varian Delta.
Tanggapan Budi Gunadi pun merujuk sebagaimana pandangan dari pakar dan epidemiolog universitas. Hal ini juga berkaitan dengan efikasi vaksin COVID-19 terhadap varian Delta.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sekarang setiap hari meeting (rapat) bisa sehari sekali atau paling telat 3 hari sekali dengan selalu mengajak profesor epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pak Pandu Riono dan Pak Iwan Ariawan, lalu profesor dari Universitas Gadjah Mada, Pak Hari Kusnanto, dan dari Universitas Airlangga, yaitu profesor Windhu Purnomo," terang Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (25/8/2021).
"Masukan dari mereka, ini terkait kondisi efikasi vaksin-vaksin yang paling tinggi, seperti Pfizer dan Moderna yang terhadap varian Delta efikasinya sudah turun dari 90-an ke level 60 sampai 70-an juga dengan kenyataan, bahwa varian Delta yang baru ini replication rate-nya jauh lebih tinggi dari Wuhan, bisa sampai 5-8 kali."
Berdasarkan keilmuwan dari tiga profesor di 3 perguruan tinggi di atas, lanjut Budi Gunadi, mereka sudah sampaikan, bahwa herd immunity itu tidak mungkin tercapai.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Hidup Bersama COVID-19 dalam Waktu Lama
Merujuk pandangan dari tiga profesor soal herd immunity, tambah Budi Gunadi Sadikin, kalau kita mau vaksin pun efikasi harus lebih dari yang ada sekarang untuk melawan varian Delta. Terlebih lagi, selain varian Delta, ada juga varian Lambda.
Walaupun varian Lambda terdeteksi di Amerika Selatan, penyebarannya sudah cukup tinggi, ada di 30 negara. Di Asia Tenggara, baru teridentifikasi di Filipina.
"Jadi, mungkin at the end of the day (pada akhirnya), kenyataannya bahwa ini (COVID-19) sama seperti, polio, penyakit cacar, yang tidak mungkin kita bisa hapuskan. Kita harus hidup bersama dengan virus ini untuk waktu yang cukup lama," jelas Menkes Budi Gunadi.
"Sekarang, bagaimana upaya kita dengan kombinasi protokol kesehatan yang baik, vaksinasi baik, dan kebiasaan hidup kita yang sehat. Lalu perkembangan di sisi terapeutik, obat-obatannya, kita bisa mengurangi risiko kematian atau fatalitasnya."
Kembali Budi Gunadi tegaskan, sebenarnya virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak terlalu tinggi fatalitas bila dibandingkan dengan HIV, MERS, dan jenis virus Corona yang sebelumnya ada, asalkan deteksi dan penanganan dapat segera ditangani.
Advertisement