Pro dan Kontra Vaksin COVID-19 Untuk Siswa Dapat Menghambat Upaya Vaksinasi yang Lebih Luas

Perdebatan mengenai vaksinasi siswa terjadi di beberapa negara bagian, sehingga memicu pro dan kontra yang dapat menghambat upaya vaksinasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2021, 18:57 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2021, 18:57 WIB
Ilustrasi vaksin Astrazeneca
Ilustrasi vaksin Astrazeneca. (Photo by Mika Baumeister on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang Mantan Komisioner Food and Drug Administration, Dr. Scott Gottlieb, mengatakan bahwa politisasi vaksin COVID-19 dapat menghambat upaya vaksinasi yang lebih luas, ia juga memperingatkan bahwa ada kemungkinan tingkat vaksin dapat menurun di masa depan.

“Fakta bahwa vaksinasi adalah sesuatu yang dapat memisahkan kita secara budaya dan politik, karena saya pikir itu akan memiliki implikasi yang lebih luas daripada hanya seputar COVID-19. Saya khawatir ke depan nya, kita akan melihat tingkat vaksinasi menurun karena menjadi seperti pertarungan politik.".

Dilansir CBS News, Senin (04/10/2021), Jim Justice, Gubernur dari West Virginia dan juga seorang Republikan, mengatakan bahwa ia menentang aturan penerapan vaksin COVID-19 untuk siswa dengan alasan pilihan orang tua, walaupun ada persyaratan bahwa siswa harus divaksinasi terhadap penyakit lain seperti campak dan rubella.

"Kita semua ingin melindungi anak-anak kita, tetapi orang tua juga harus mengambil keputusan dalam situasi ini." kata Justice.

Namun, Gottlieb mencatat bahwa sekolah telah memiliki persyaratan vaksin untuk siswa selama beberapa dekade terakhir, dan pada akhirnya vaksin COVID-19 akan ditambahkan ke daftar imunisasi yang diperlukan. Menurut Gottlieb tindakan pemilihan vaksinasi ini adalah keputusan bersama, oelhe karena itu butuh pengambilan keputusan yang tepat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Vaskinasi Siswa

Ilustrasi suntik vaksin campak (AP/Seth Wenig)
Ilustrasi suntik vaksin campak (AP/Seth Wenig)

Pekan lalu, California menjadi negara bagian yang pertama kali mengamanatkan vaksin COVID-19 untuk anak-anak sekolah, sambil menunggu persetujuan FDA (Food and Drug Administration atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) untuk vaksin tersebut dapat digunakan kelompok usia yang berbeda.

"Negara bagian sudah mewajibkan siswa divaksinasi terhadap virus yang menyebabkan campak dan rubella, sehingga tidak ada alasan mengapa kami tidak melakukan hal yang sama untuk COVID-19," kata Gubernur California, Gavin Newsom dalam siaran pers.

Pada hari Minggu, Dr. Anthony Fauci, kepala penasihat medis untuk Presiden Biden, mengatakan bahwa dia setuju dengan langkah yang diambil Newsom, mengingat persyaratan vaksin di sekolah bukanlah hal baru.

"Kami sudah melakukan ini selama beberapa dekade. Anak-anak saya sendiri tidak bisa pergi ke sekolah jika mereka tidak divaksinasi campak dan rubella," kata Fauci.

Oleh karena itu vaksin COVID-19 tetap diberikan kepada siswa untuk menghindari penyebaran virus di sekolah.

Penulis: Vania Dinda Marella

Infografis Vaksin Merah Putih Karya Anak Bangsa Covid-19

Infografis Vaksin Merah Putih Karya Anak Bangsa Covid-19
Infografis Vaksin Merah Putih Karya Anak Bangsa Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya