Orangtua Wajib Tahu, 6 Efek Pandemi COVID-19 pada Kesehatan Mental Anak

Perubahan gaya hidup selama pandemi COVID-19 juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2021, 06:00 WIB
Membangun Komunikasi yang Baik dengan Anak
Ilustrasi Orangtua dan Anak Remaja Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi pandemi COVID-19 ini memang tidak mudah. Perubahan gaya hidup membuat tidak hanya kita, namun juga anak-anak, lebih banyak di rumah sehingga berdampak bagi kesehatan mental.

Sebuah penelitian menunjukkan, pandemi COVID-19 berdampak besar pada peningkatan gangguan masalah kesehatan akibat depresi dan kecemasan pada anak di Indonesia. Hal ini tentu menarik perhatian para orang tua.

Dalam Pandemic Parenting Workshop yang diselenggarakan oleh motivational speaker & parenting expert, Rany Moran, pada Rabu (27/10/2021), dijelaskan bahwa terdapat 6 masalah yang dapat menyerang kesehatan mental anak akibat pandemi, yaitu:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Skin Hunger

Skin hunger merupakan kondisi saat kulit anak butuh interaksi sosial, yang kalau tidak terpenuhi dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.

Fenomena seperti ini kerap dialami selama pandemi pada mereka yang cukup aktif dan banyak melakukan kegiatan di luar rumah, namun pergerakannya menjadi sangat terbatas.

Biasanya kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya:

  • Stress karena tidak bertemu orang dan jarang berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial
  • Malas merawat diri (karena lebih banyak menghabiskan waktu di rumah aja)
  • Menjadi sensitif dan agresif.

2. Kurangnya Sosial Referencing

Social referencing merupakan proses ketika anak mengevaluasi cara berpikir, ekspresi, atau perilaku seseorang untuk membentuk tanggapan mereka terhadap peristiwa tertentu.

Biasanya proses evaluasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan ekspresi wajah, suara vokal atau bahasa tubuh seseorang.

Namun sejak pandemi berlangsung, penggunaan masker membuat social referencing yang dibutuhkan anak berkurang.

Akibatnya, perkembangan anak dalam mengekspresikan emosinya dan membuat keputusan tentang tindakan apa yang perlu mereka ambil menjadi terganggu.


3. Kecanduan Media Digital

Saat ini, perekembangan gadget dan alat elektronik yang telah menjadi dari kebutuhan sehari-hari. Terutama semenjak pandemi COVID-19 berlangsung, yang mengharuskan sekolah dilakukan secara daring.

Hal ini secara tidak langsung menciptakan kecanduan mengakses dunia digital secara berlebihan, hingga melupakan waktu serta perannya dalam dunia nyata.

Selain itu, kecanduan dunia digital ini juga dapat mengubah struktural pada wilayah prefrontal otak yang merugikan kemampuan anak untuk memprioritaskan tugas-tugas dalam hidup mereka.

Kecanduan dunia digital juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Dimana penderita kecemasan atau depresi biasanya akan beralih ke internet untuk mengisi kekosongan dalam kehidupan mereka.


4. Peningkatan Stress dan Kecemasan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics menunjukkan bahwa stres dan kecemasan pada anak mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Hal ini bisa disebabkan oleh aktivitas yang terus berada di rumah, kurangnya aktivitas sosial, masalah keluarga, dan gangguan sekolah.


5. Cabin Fever

Cabin fever merupakan gejala psikologis yang dipicu oleh pergeseran cara hidup yang aktif secara sosial ke cara hidup yang lebih terbatas dan terisolasi.

Gejala tersebut dapat berupa perasaan gelisah, lekas marah, dan kesepian.

Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap demam kabin, antara lain:

  • merasa tidak dapat terhubung secara fisik dengan teman dan keluarga
  • tidak dapat mengambil bagian dalam kegiatan yang menurut orang itu menyenangkan atau bermakna
  • menjadi terbakar oleh pekerjaan/sekolah
  • merasa tidak termotivasi dan lesu karena terlalu sedikit atau tidak ada pekerjaan.

6. Emotional Burnout

Emotional burnout adalah keadaan perasaan lelah dan terkuras secara emosional sebagai akibat dari akumulasi stres yang berlebihan.

Mereka yang mengalami emotional burnout sering merasa tidak memiliki kekuatan atau kendali atas apa yang terjadi dalam hidup, dan merasa "terjebak" dalam suatu situasi.

Kurang energi, kurang tidur, dan penurunan motivasi dapat memperparah kondisi ini.

Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kesehatan, seperti terganggunya sistem kekebalan, jantung, dan metabolisme Anda secara menyeluruh.

 

Reporter: Lianna Leticia


Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya