Liputan6.com, Jakarta - Mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany menyampaikan pendapatnya terkait strategi pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11.
Menurutnya, cara apapun dapat dilakukan asalkan vaksinasi COVID-19 untuk anak tidak menimbulkan kerumunan.
“Saya punya pandangan, cara apa saja sejauh itu tidak menimbulkan kerumunan dan bisa terorganisasi ya vaksinasi bisa dilakukan,” kata Hasbullah Thabrany kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon Selasa (2/9/2021).
Advertisement
Baca Juga
Terkait tempat pelaksanaannya, vaksinasi untuk anak dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun di tempat aman lainnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Yang Paling Penting
Vaksinasi untuk anak usia 6-11 secara umum bisa dilakukan di manapun dengan strategi apapun selama pertimbangannya adalah keamanan. Sedang, hal yang paling penting menurut Hasbullah adalah capaian vaksinasi untuk perlindungan masyarakat.
“Yang paling penting, bagaimana vaksinasi anak dan vaksinasi orang dewasa bisa saling melengkapi sehingga akhir tahun paling tidak kita sudah bisa memvaksinasi 85 persen penduduk termasuk anak-anak.”
Jika Indonesia sudah sampai pada level itu (85 persen), lanjutnya, maka Indonesia telah mendekati kekebalan kelompok. Jika lebih dari 70 persen orang sudah vaksinasi maka mereka punya imun dan Indonesia bisa aman.
Advertisement
Jika Anak Sudah Vaksinasi
Hasbullah menambahkan, jika anak sudah divaksinasi maka orangtua akan merasa tenang ketika anak kembali sekolah tatap muka.
“Anak-anak yang sudah vaksinasi memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit COVID-19 gejala berat.”
Selain itu, keluarga yang anak-anaknya sudah vaksinasi cenderung lebih aman dari penularan COVID-19 ketika hendak jalan-jalan atau bepergian ketimbang keluarga yang anak-anaknya belum divaksinasi. Jika pun anak terinfeksi akibat lengah menjalankan protokol kesehatan, maka gejalanya tidak akan parah apalagi hingga mematikan.
“Sedangkan jika tidak vaksinasi, saya bukan nakut-nakutin tapi saya khawatir anak akan terkena di sekolah. Kalau anak yang terinfeksi tidak segera terdeteksi dan berobat, maka risiko kematiannya cukup besar karena sistem imun anak-anak belum cukup tinggi,” pungkasnya.
Infografis Vaksin COVID-19 Booster, Butuh atau Enggak?
Advertisement