Takjub dan Haru, Aktivis Sosial Cerita Pengalaman Donor Ginjal untuk Bantu Temannya

Aktivis sosial asal Jakarta Fransiska Ncis menarik perhatian warganet setelah mengunggah tulisan terkait pengalamannya mendonorkan ginjal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Nov 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2021, 08:00 WIB
Fransiska Ncis, aktivis sosial asal Jakarta yang rela donorkan ginjal untuk bantu sesama.
Fransiska Ncis, aktivis sosial asal Jakarta yang rela donorkan ginjal untuk bantu sesama. Foto: dokumen pribadi fransiska.

Liputan6.com, Jakarta Aktivis sosial asal Jakarta Fransiska Ncis menarik perhatian warganet setelah mengunggah tulisan terkait pengalamannya mendonorkan ginjal.

Mau cerita, yaa. Lagi shock kaget soalnya. Barusan dapet hasil laboratorium darah dari si penerima ginjalku, dan taraaaaaaa hasil lab darah fungsi ginjalnya: Ureum dan Kreatinin: NORMAL,” tulisnya dalam utas di Twitter pribadi.

Menurut perempuan yang akrab disapa Siska, cerita pendonoran ginjal berawal dari salah satu rekan yang meminta tolong untuk donor darah golongan O+ guna diberikan kepada kakaknya yang tengah sakit.

“Teman saya menelpon saya pada suatu malam, dia meminta tolong karena kakaknya butuh transfusi darah golongan O+, saya memang rutin untuk donor darah, baik whole blood maupun darah trombosit,” katanya kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks.

Siska pun bertanya terkait penyakit dan kondisi dari kakak rekannya kemudian hatinya tersentuh dan berniat untuk menolong.

“Saya meneteskan air mata saat mendengar kondisi, latar belakang, dan update sakitnya saat itu. Dengan usia kakaknya yang masih tergolong produktif, punya prestasi kerja, dan putrinya masih kecil, hati saya seperti dituntun untuk bilang ‘Saya bersedia menjadi pendonor ginjal’.”

Ia pun bersedia mendonorkan ginjal jika semua catatan dan kondisi medisnya dinyatakan baik dan cocok.

Persiapan Jadi Pendonor

Proses mendonorkan ginjal bukan perkara yang sederhana, lanjut Siska. Serangkaian tes perlu dilakukan agar proses pendonoran dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang baik pula.

“Persiapan menjadi pendonor ini harus melalui beberapa rangkaian tes. Mulai dari konsultasi ke Prof Endang Susalit (Ketua Tim Transplant Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/RSCM), cek kelengkapan dan legalitas dokumen, edukasi, advokasi, tes kecocokan ginjal dan tes medis lainnya.”

Sebelum mendonorkan ginjal, kondisi kesehatannya pun diperiksa dengan tes dan skrining. Setelah itu, ia baru bisa dinyatakan sehat atau tidak.

“Puji Tuhan, saya sehat. Dokter tidak pernah menjelaskan risiko yang bagaimana-bagaimana. Dokter hanya bilang: ‘Manusia bisa hidup dengan 1/3 ginjal. Asal pola hidup tetap dijaga dengan pola hidup sehat. Ya kita semua tahulah, apa dan bagaimana itu menerapkan pola hidup sehat.”

Pasca Donor

Seperti terlihat dari utas yang ditulisnya, pendonoran ginjal berjalan lancar dan membuahkan hasil yang baik.

Bayangkan, sebelum melakukan transplantasi ginjal, fungsi ginjal dia itu cuma tinggal 3 persen. Dan hasil lab darah sebelum transplant ginjal, ureum biasanya bisa di angka 200 dan kreatinin di angka 16,” tulisnya dalam utas.

Tapi coba sekarang lihat setelah cangkok ginjal, hasil lab darah fungsi ginjal dia langsung di angka normal semua! Sungguh, the power of transplant ginjal adalah harapan terbaik dari pasien penderita gagal ginjal.

Ia pun membagikan perasaannya beberapa saat setelah operasi dilakukan.

“Namanya habis operasi besar, pasti butuh bedrest dan pemulihan, apalagi masih merasakan nyeri di sekitar sayatan operasi. Namun saat saya menulis ini, perlahan semua membaik, nyeri sudah sangat berkurang bahkan hampir hilang.”

“Hasil lab darah saya juga bagus, normal. Fungsi ginjal saya juga masih normal. Everything is okay.”

 

Infografis COVID-19 Varian Delta India Hantui Indonesia

Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia
Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya