Tren COVID-19 Indonesia Turun 64 Persen Saat Kasus Global Naik

Perkembangan kasus COVID-19 nasional turun di angka 64 persen.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Mar 2022, 17:23 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2022, 14:00 WIB
PPKM DKI Jakarta Naik ke Level 2
Arus kendaraan saat melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (4/1/2022). Keputusan peningkatan status PPKM Jakarta tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 1 Tahun 2022 tentang PPKM Level 3, 2 dan 1 di wilayah Jawa dan Bali. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Hingga 17 Maret 2022, perkembangan kasus positif COVID-19 di Indonesia terus menurun pada angka 64 persen. Pada saat yang bersamaan, kasus COVID-19 global sedang naik, bahkan melonjak di beberapa negara, seperti Inggris, Jerman, Tiongkok, dan Korea Selatan.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito memaparkan, penurunan kasus COVID-19 nasional terpantau terjadi dalam 3 pekan berturut-turut. Penambahan kasus baru COVID-19 di sejumlah provinsi juga dilaporkan tidak besar.

"Dari perkembangan terkini, kasus positif nasional turun 64 persen dari puncak setelah menunjukkan tren penurunan 3 minggu berturut-turut. Setelah melewati puncak di angka 390.000 per minggu, kini penambahan positif mingguan 140.000 per minggu atau turun 250.000 kasus dari puncak," papar Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (18/3/2022).

""Kabar baik lainnya, penurunan terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Pada minggu lalu saja, tidak satu provinsi pun penambahannya lebih besar dari pekan sebelumnya."

Sejalan dengan kasus positif COVID-19, tren kasus aktif nasional secara konsisten ikut menurun selama 2 minggu berturut-turut. Hingga saat ini, kasus aktif turun 52 persen dari puncak.

"Kasus aktif sempat mencapai titik tertingginya 580.000 kasus per 24 Febuari lalu. Lalu, per 16 Maret 2022, kasus aktif berjumlah 280.000. Meski demikian, jumlah ini jauh lebih tinggi hingga 3,5 kali lipat dibandingkan pada 1 Februari lalu atau sebelum lonjakan kasus terjadi," terang Wiku.

Kasus COVID-19 Global Naik Lagi

Jerman akan Memutuskan Pembatasan COVID Setelah Natal
Orang-orang menunjukkan status vaksinasi mereka saat antre di depan department store terkenal 'KaDeWe' (Department Store Of The West) di Berlin, Selasa (21/12/2021). Jerman akan memperkenalkan langkah-langkah baru untuk mengekang penyebaran COVID-19 sebelum Malam Tahun Baru. (AP Photo/Michael Sohn)

Terkait perkembangan kasus COVID-19 global, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menyampaikan, berdasarkan laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15 Maret 2022, kasus baru COVID-19 di dunia kembali naik.

"Tadinya terus menurun sejak akhir Januari 2022, lalu pada minggu antara 7 sampai 13 Maret 2022 untuk pertama kalinya naik kembali, sekitar 8 persen lebih tinggi," ujar Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat hari ini.

Beberapa negara dengan kasus COVID-19 yang kembali naik, di antaranya, Inggris pada 5 Januari 2022 kasusnya 194.494 orang, berhasil turun jadi 31.885 orang pada 25 Februari 2022, lalu naik tajam menjadi 170.814 orang pada 14 Maret 2022

Kemudian, Belanda pada 8 Februari 2022, kasusnya 86.527 orang, berhasil diturunkan 27.387 pada 26 Februari 2022, lalu naik lagi sampai ke 69.196 kasus pada 11 Maret 2022. Walaupun turun lagi sedikit jadi 60.263 pada 16 Maret 2022.

Di Jerman, kasus COVID-19 rata-rata per hari dalam seminggu sekitar 10 Februari 2022 sebanyak 192.110, lalu turun curam sekali menjadi 13.739 pada minggu sekitar 2 Maret, dan sekarang naik lagi jadi 205.571 pada minggu, 16 Maret 2022.

Serupa juga di Italia pada 1 Januari 2022, kasus COVID-19 sebanyak 220.519 orang, berhasil turun tajam jadi 35.889 orang pada 6 Maret 2022, lalu mulai naik pada 16 Maret 2022 sudah menjadi 74.157 kasus.

Menurut Tjandra, ada banyak faktor yang menyebabkan kasus COVID-19 global sudah melandai malah naik lagi.

"Kita harus tunggu analisa ilmiah yang lengkap, tetapi ada yang memperkirakan bahwa bukan tidak mungkin karena pelonggaran restriksi, mungkin juga karena varian Omicron BA.2. Bisa juga mungkin karena variasi epidemiologis yang memang belum menetap polanya atau sebab-sebab yang lain," pungkas Tjandra, yang juga Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.

Infografis Jangan Sia-Siakan Vaksin Covid-19 Keburu Kedaluwarsa

Infografis Jangan Sia-Siakan Vaksin Covid-19 Keburu Kedaluwarsa
Infografis Jangan Sia-Siakan Vaksin Covid-19 Keburu Kedaluwarsa (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya