Berita Berseliweran di Medsos Bikin Stres? Ini yang Harus Anda Lakukan

Dengan membatasi konsumsi berita dan menetapkan batasan bisa menjadi tindakan perawatan diri dan mengatasi stres.

oleh Melly Febrida diperbarui 21 Mar 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2022, 11:00 WIB
7 Alasan Kenapa Netizen Gampang Baper di Medsos
Ilustrasi media sosial

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial membuat orang hampir tak bisa menghindari pemberitaan. Padahal, berita tersebut bisa saja menimbulkan respons stres yang kronis. Ini dapat berdampak buruk pada tubuh dan pikiran. Apa yang harus Anda lakukan dengan berita tersebut?

Seperti dilansir Very Well Mind, dengan membatasi konsumsi berita dan menetapkan batasan bisa menjadi tindakan perawatan diri. 

Selama berabad-abad, manusia itu mengembangkan respons melawan atau lari ketika menghadapi ancaman berdasarkan informasi yang ada. Tapi, di era digital ini, jumlah informasi yang kita akses menjadi meroket. Dan saat kita mengonsumsi berita dengan semakin cepat, maka pikiran dan tubuh terpengaruh. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa aktivasi berulang dari respons stres dapat berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental, seperti berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, serta depresi, kecemasan, dan kecanduan. 

Belum lagi, Anda yang membaca artikel atau menonton video secara konsisten tentang tragedi dapat memengaruhi suasana hati dan fungsi sehari-hari.

Jadi, bagaimana kita bisa mengelolanya? 

Sebagian besar orang mengikuti keinginan untuk tetap terinformasi dan terlibat, padahal mengetahui kalau serangan berita negatif mempengaruhi kondisi mental kita. Namun, para ahli mengatakan keseimbangan adalah kuncinya.

 

 

Akses berita

Berkat media sosial, mwski Anda tidak terbiasa menonton berita siaran lokal atau membaca koran, kemungkinan besar Anda akan menemukan yang berhubungan dengan berita tersebut. Ini hampir tidak bisa dihindari.

"Jika Anda memiliki koneksi internet dan smartphone, secara teoritis Anda dapat tetap berhubungan dengan segala macam peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Berita akan menemukan Anda bahkan jika Anda tidak mencarinya," kata  psikolog konseling Raffaello Antonino, PsyD.

Terlepas dari apakah itu lokal atau bahkan berlaku untuk kehidupan kita sendiri, berita itu masih dapat menimbulkan respons stres. 

Memeriksa aplikasi berita untuk pembaruan dapat menjadi perilaku obsesif. Jika ini adalah sesuatu yang Anda lihat dalam diri Anda, Antonino berpendapat bahwa membatasi konsumsi berita bukanlah hal yang egois.

Pentingnya Batas Waktu

Psikolog klinis Roberta Ballard, PhD, mengatakan wajar untuk peduli dengan apa yang terjadi di dunia. Tapi ini semua tentang keseimbangan. Jika Anda adalah seseorang yang peduli, Ballard tidak merekomendasikan membuat diri Anda tidak peduli. Sebaliknya, temukan jalan tengah.

"Peduli adalah bagian dari apa yang membuat kita menjadi manusia yang baik," kata Ballard. 

Namun, tidak apa-apa untuk tidak mengetahui setiap detail keadaan yang sepenuhnya di luar kendali Anda. Salah satu strategi yang bisa digunakan, kata Ballard, mengajukan pertanyaan 'Apa yang dapat saya kendalikan di sini?' 

"Ketika seseorang dapat menemukan cara untuk membantu atau berkontribusi pada solusi, juga membatasi atau mengambil jeda dari berita, itu cenderung membantu mereka,"jelasnya.

Dia menunjuk contoh berita tentang invasi Rusia ke Ukraina. Orang-orang di seluruh dunia telah menyaksikan peristiwa yang terjadi dengan tidak percaya, dan ini tentu saja dapat memengaruhi suasana hati dan fungsi sehari-hari. 

Dengan memberikan donasi ke organisasi yang membantu pengungsi Ukraina dan membatasi diri Anda untuk check-in berita 15 menit setiap hari dapat membantu Anda tetap terlibat tanpa berlebihan.

Batas waktu konsumsi berita sangat membantu dalam konteks apa pun. Pilih waktu di siang hari di mana Anda dapat menghabiskan waktu hingga 30 menit untuk membaca artikel berita atau video. Setel pengatur waktu jika perlu.

"Menonton berita yang tidak menyenangkan mengaktifkan sistem saraf simpatik kita, yang mengirimkan sinyal ke otak dan tubuh kita yang mengatakan, 'lakukan sesuatu dan lakukan sekarang,'" kata Hahn. "Ini mungkin berguna ketika saatnya untuk mengambil tindakan atau melakukan advokasi, tetapi ini tidak membantu jika kita mencoba untuk tenang dari hari yang panjang dan menegangkan."

 

Menetapkan Batas

Pekerja sosial klinis berlisensi Natasha Bryant, LCSW merekomendasikan untuk menggunakan respons emosional Anda terhadap berita sebagai panduan untuk menetapkan batasan.

"Memiliki semua informasi tentang apa yang terjadi di dunia tidak berarti apa-apa jika informasi ini membuat Anda merasa cemas, marah, atau tertekan," kata Bryant. 

Menurutnya, perawatan diri jauh lebih penting karena itulah yang akan membantu Anda merespons informasi dengan cara yang sehat.

Misalnya, jika push notifikasi yang muncul di ponsel Anda menyebabkan kecemasan yang meningkat, matikan. Sama pentingnya untuk memberi diri Anda waktu dan ruang untuk memproses informasi sesudahnya. Menulis jurnal atau mendiskusikan apa yang telah Anda lihat atau dengar dengan teman dapat membantu.

 

Menyeimbangkan

Meskipun membatasi konsumsi berita atau istirahat dapat menjadi tindakan penting untuk mempertahankan diri, penting juga untuk mengingat konsep keseimbangan. Benar-benar menutup diri dari dunia di sekitar Anda bisa membuat Anda terisolasi dan bahkan berbahaya.

“Menjadi bagian dari komunitas juga berarti setidaknya mengenal situasi politik dan ekonomi baik secara lokal maupun global,” kata Antonino.

Jadi, membatasi konsumsi berita atau istirahat total bukanlah hal yang egois. Ukur respons emosional Anda terhadap berita dan tetapkan batasan yang sesuai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya