Liputan6.com, Jakarta - Penyakit hepatitis akut misterius diduga telah masuk ke Indonesia. Dugaan tersebut terkait tiga kematian pasien anak terkait infeksi hepatitis akut di Jakarta baru-baru ini.
Dokter spesialis anak lonsultan gastro hepatologi RSCM FKUI yang juga lead scientist Profesor Hanifah Oswari meminta orangtua untuk segera memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala awal hepatitis akut misterius.
Baca Juga
Hanifah mengingatkan agar orangtua tidak menunggu hingga muncul gejala kuning dan anak mengalami penurunan kesadaran. Kondisi tersebut, kata Hanifah, menunjukkan infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapat penanganan medis, maka kesempatan dokter untuk menolong pasien sangat kecil.
Advertisement
"Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil," kata Hanifah dalam keterangan pers daring, Kamis (5/5/2022).
Perlu ada kerja sama yang solid antara orangtua, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapat pertolongan medis.
Hepatitis Akut pada anak belum diketahui penyebabnya secara pasti. namun, dugaan awal penyebab hepatitis akut pada anak, kata Hanifah, adalah Adenovirus, SARS-CoV-2, virus ABV dan lainnya. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan.
Saat ini, Kementerian Kesehatan masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi guna mengetahui lebih lanjut penyebab pasti penyakit itu.
Â
Orangtua Harus Paham Gejala Awal Hepatitis Akut
Sementara itu, untuk mencegah risiko infeksi, Hanifah menyarankan agar orangtua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan langkah awal seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat," jelas Hanifa.
Menerapkan protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas juga dapat dilakukan untuk mencegah penularan Hepatitis Akut melalui saluran pernapasan.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan Hepatitis Akut adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit Hepatitis Akut.
Hanifah menyebutkan secara umum gejala awal penyakit Hepatitis Akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna pucat.
Advertisement
Tiga Pasien Anak yang Meninggal Dunia Negatif COVID-19
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr Siti Nadia Tarmizi menekankan bahwa tiga anak yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis misterius negatif COVID-19.
Berdasarkan hasil sementara investigasi kontak mengenai faktor risiko hepatitis misterius --- yang dilakukan Kemenkes dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta --- ketiga anak tersebut datang ke rumah sakit sudah pada kondisi stadium lanjut.
"Karena datang sudah pada kondisi stadium lanjut, hanya memberikan waktu sedikit --- bagi tenaga kesehatan dan rumah sakit --- untuk kemudian melakukan tindakan-tindakan pertolongan," kata Nadia dalam konferensi pers secara daring pada Kamis, 5 Mei 2022.Â
Hanifah membenarkan bahwa ketiga kasus hepatitis misterius datang dalam kondisi berat dan rujukan dari rumah sakit di Jakarta.
"Kita sudah mencoba merawatnya di ICU dan tidak tertolong karena pada saat datang sangat-sangat berat," katanya.
Hanifah, menjelaskan, keluhan utama dari hepatitis yang dialami pasien-pasien tersebut berasal dari saluran cerna. Sebelum kuning harus segera dibawa ke rumah sakit.
"Ketiga pasien mengeluhkan mual, muntah, dan diare hebat," ujarnya.
"Akan tetapi hal ini masih dalam tahap investigasi apakah betul termasuk kriteria hepatitis akut berat seperti yang kita bicarakan ini atau bukan," Hanifah menambahkan.Â
Â
Belum Digolongkan Sebagai Hepatitis Misterius
Setelah melihat faktor risiko lainnya dari hasil PE, Kemenkes dan Dinas DKI Jakarta tidak menemukan adanya anggota keluarga lain dengan riwayat penyakit hepatitis atau penyakit kuning sebelumnya.
"Ketiga anak tersebut juga tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki gejala yang sama," kata Nadia.
Lebih lanjut dijabarkan bahwa ketiga kasus hepatitis misterius berumur 2, 8, dan 11 tahun. Nadia, mengatakan, kasus usia 2 belum mendapatkan vaksinasi COVID-19, yang 8 tahun baru dosis ke-1, dan 11 tahun sudah vaksinasi lengkap.
"Ketiganya COVID-19 negatif," kata Nadia.
"Kalau kita melihat dari data yang ada, satu kasus pernah sebenarnya memiliki riwayat penyakit lainnya. Ada penyakit lain yang kemudian pada kasus yang kita duga hepatitis akut ini," ujarnya.
Nadia menekankan kembali bahwa sampai saat ini ketiga kasus tersebut belum dapat digolongkan sebagai hepatitis misterius dengan kondisi akut dan gejala berat.
Akan tetapi baru masuk pada kriteria yang biasa disebut klasifikasi yang tertunda karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan.
"Terutama pemeriksaan Adenovirus 41 dan pemeriksaan hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan," ujarnya.
Â
Advertisement