Liputan6.com, Jakarta Hepatitis akut pada anak di Indonesia sejauh ini mencapai 15 kasus. Para peneliti masih mencari penyebab dari penyakit yang juga disebut sebagai hepatitis misterius.
Para penyelidik juga sedang menjajaki kemungkinan hubungan antara anjing dan lonjakan baru-baru ini dalam kasus hepatitis akut pada anak-anak di Inggris.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Akhir Pekan Sabtu 21 Desember 2024: Jakarta Bebas dari Aturan Ganjil Genap, Semua Bebas Melintas
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Di negara tersebut, lebih dari 160 kasus telah dicatat dalam wabah saat ini, tetapi alasan peningkatannya tidak jelas.
Advertisement
“Kuesioner keluarga telah menunjukkan jumlah yang relatif tinggi dari keluarga pemilik anjing atau paparan anjing lainnya," kata Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengutip Sky, Selasa (10/5/2022).
Setidaknya 64 dari 92 kasus dengan data yang tersedia menyebutkan bahwa mereka memelihara anjing.
UKHSA mengatakan 'pentingnya temuan ini sedang dieksplorasi' tetapi itu bisa jadi kebetulan karena kepemilikan anjing adalah hal biasa di Inggris.
Tidak ada yang meninggal dalam wabah saat ini, meskipun 11 anak di Inggris membutuhkan transplantasi hati, dan otoritas kesehatan menekankan bahwa risiko terkena hepatitis 'sangat rendah'.
Hepatitis adalah peradangan hati dan biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau kerusakan hati akibat alkohol.
Penyakit kuning (kulit dan mata menguning) dan muntah adalah gejala yang paling umum dalam kasus di Inggris, yang sebagian besar terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Adenovirus Sering Terdeteksi
Virus umum yang disebut adenovirus diduga menjadi penyebab lonjakan dan paling sering terdeteksi dalam sampel yang dikumpulkan, kata UKHSA.
Namun, adenovirus jarang menyebabkan hepatitis pada anak-anak yang sebelumnya sehat. Maka dari itu, para peneliti mencari faktor-faktor penyebab potensial lain. Di antaranya adalah infeksi COVID-19 sebelumnya atau perubahan genom adenovirus itu sendiri.
Teori lain adalah bahwa penguncian dan jarak sosial mungkin menjadi faktor, karena anak-anak mungkin tidak terpapar infeksi umum yang biasa.
Kebersihan yang baik, termasuk membantu anak kecil mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi yang dapat menyebabkan hepatitis.
"Penting bagi orangtua untuk mengetahui kemungkinan anak mereka terkena hepatitis sangat rendah," kata Dr Meera Chand, direktur infeksi klinis UKHSA.
"Namun, kami terus mengingatkan semua orang untuk waspada terhadap tanda-tanda hepatitis - terutama penyakit kuning, mencari semburat kuning di bagian putih mata - dan hubungi dokter Anda jika Anda khawatir,” tambahnya.
"Penyelidikan kami terus menunjukkan bahwa ada hubungan dengan adenovirus dan penelitian kami sekarang menguji hubungan ini dengan ketat."
Advertisement
Di Indonesia
Menurut laporan terbaru dari UKHSA, ada 18 kasus lainnya yang dicatat pada 3 Mei, sehingga totalnya menjadi 163.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan minggu ini hampir 300 kemungkinan kasus anak-anak dengan hepatitis parah telah terdeteksi di 20 negara, termasuk Kanada, Jepang, AS dan Israel.
Di sisi lain, Indonesia sejauh ini mencatat 15 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dua minggu lalu pemerintah telah mendeteksi tiga kasus pertama.
Dalam konferensi pers virtual pada Senin 9 Mei, Budi mengatakan, ketika kasus dilaporkan pada 27 April, Indonesia mengeluarkan surat edaran yang meminta semua rumah sakit dan dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan kasus tersebut.
Dia mengatakan Singapura mengumumkan kasus pertamanya tiga hari kemudian.
“Pada 30 April, Singapura mengumumkan kasus pertamanya dan sejauh ini sudah ada 15 kasus di Indonesia,” katanya.
Pemerintah Indonesia telah berkoordinasi dengan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Inggris dan AS, sehari setelah liburan Idul Fitri pada 2 Mei, lanjutnya.
Simpulan Belum Final
Meski telah menerima banyak informasi tentang virus dari pusat-pusat ini, Budi mengatakan simpulannya masih belum final tentang apa yang sebenarnya menyebabkan kasus hepatitis akut ini.
“Penelitian saat ini sedang dilakukan bersama oleh Indonesia bekerja sama dengan WHO (World Health Organization) dan kami juga bekerja sama dengan Amerika dan Inggris untuk dapat mendeteksi dengan cepat apa penyebabnya,” kata Budi.
WHO melaporkan bahwa wabah hepatitis akut – yang merupakan peradangan hati – telah membunuh sejumlah anak di seluruh dunia.
Anak-anak yang terkena dampak berusia antara satu bulan hingga 16 tahun, dengan banyak dari mereka di bawah usia 10.
Hingga Senin, sedikitnya lima kematian dilaporkan di Indonesia akibat kasus hepatitis akut pada anak-anak.
Sementara penyebabnya belum ditentukan, para penyelidik diyakini sedang mempelajari keluarga patogen yang disebut adenovirus yang menyebabkan berbagai penyakit seperti flu biasa.
Beberapa gejalanya adalah sakit perut, diare dan muntah, diikuti penyakit kuning yang ditandai dengan kulit atau bagian putih mata yang menguning.
Advertisement