Atresia Bilier, Sumbatan Saluran Empedu yang Berujung Gangguan Hati pada Bayi

Selain hepatitis akut atau acute hepatitis of unknown aetiology ada penyakit lain yang mengganggu hati anak yang disebut atresia bilier.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Mei 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2022, 14:00 WIB
Atresia Bilier, Sumbatan Saluran Empedu yang Berujung Gangguan Hati pada Bayi. Foto: Pexels
Atresia Bilier, Sumbatan Saluran Empedu yang Berujung Gangguan Hati pada Bayi. Foto: Pexels

Liputan6.com, Jakarta Selain hepatitis akut atau acute hepatitis of unknown aetiology ada penyakit lain yang mengganggu hati anak yang disebut atresia bilier.

Atresia bilier adalah salah satu jenis kelainan yang terjadi pada saluran metabolisme pada bayi baru lahir. Penyakit yang merupakan gangguan hati ini sifatnya kronis, progresif, dan baru diketahui ketika bayi sudah lahir.

Dalam organ hati terdapat saluran empedu yang mengalirkan cairan empedu yang diproduksi dari hati ke usus dan ginjal. Cairan empedu tersebut membawa produk sisa metabolisme dan akan dikeluarkan dari tubuh melalui usus dan ginjal.

Pada atresia bilier terjadi sumbatan atau gangguan pada saluran empedu. Akibatnya cairan empedu tidak dapat meninggalkan organ hati, lalu menyebabkan kerusakan pada hati, dan mengganggu fungsi tubuh lainnya.

“Penyakit ini membutuhkan penanganan segera karena dapat berakibat fatal jika tidak tertangani dengan baik,” mengutip Klikdokter, Selasa (17/5/2022).

Penyebab pasti atresia bilier hingga kini masih belum diketahui. Salah satu kemungkinan adalah karena terjadi gangguan saat berlangsung proses perkembangan hati dan saluran empedu ketika bayi dalam kandungan.

Dugaan lain terkait dengan adanya paparan terhadap infeksi atau zat beracun dalam kandungan atau sebelum lahir.

Meski demikian, hingga kini masih belum diketahui adanya hubungan kelainan genetik, obat yang dikonsumsi ibu, penyakit ibu, atau hal lainnya yang dilakukan oleh sang ibu ketika hamil, dengan penyakit atresia bilier.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Diagnosa Atresia Bilier

Tiwi, bayi pengidap Atresia Bilier
Foto: M Syukur/ Liputan6.com

Penyakit ini jarang timbul pada lebih dari satu penderita di sebuah keluarga. Atresia bilier lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada laki-laki.

Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada orang Asia, Afrika-Amerika, dan bayi prematur, dibandingkan ras Kaukasia.

Dokter akan menduga adanya atresia bilier pada bayi dengan gejala seperti jaundice (kulit kekuningan) dan perubahan warna urine serta feses. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui warna kuning pada mata atau kulit dan pembesaran organ limpa.

Setelah itu, dokter akan melakukan pula beberapa pemeriksaan, di antaranya pemeriksaan darah, untuk membantu menetapkan diagnosis.

Pemeriksaan darah yang akan dilakukan meliputi:

-Enzim hati

-Bilirubin

-Albumin dan total protein

-Waktu pembekuan darah

-Infeksi hepatitis atau HIV

-Kultur darah

Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan USG, sinar X di perut dan saluran empedu (cholangiogram), Hepat Obiliary Iminodiacetic Acid (HIDA) scan dengan teknik kedokteran nuclear, dan biopsi hati.

Gejala Atresia Bilier

Tiwi, bayi pengidap Atresia Bilier
Foto: M Syukur/ Liputan6.com

Pemeriksaan yang dapat memberikan diagnosis pasti adalah biopsi hati.  Biopsi hati diketahui bisa menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya.

Diagnosis macam ini dapat ditentukan ketika dilakukan operasi yang disebut sebagai pembedahan diagnostik. Pada pembedahan diagnostik ini dapat pula dilakukan pembetulan atau koreksi.

Bayi dengan atresia bilier umumnya tampak seperti bayi sehat saat lahir. Gejala biasanya baru muncul pada minggu kedua hingga usia dua bulan.

Gejala awal biasanya adalah timbulnya kuning pada mata dan kulit atau jaundice. Kuning terjadi akibat tingginya kadar bilirubin atau zat warna empedu pada peredaran darah. Hiperbilirubin ini juga dapat terjadi akibat gangguan organ hati lainnya.

Gejala atresia bilier lainnya meliputi:

-Urine berwarna gelap

-Warna feses abu-abu atau tekstur dempul seperti tanah liat

-Feses yang mengambang dan berbau tajam

-Perut yang buncit atau distensi

-Penurunan berat badan

Pada satu bulan pertama bayi akan mengalami kenaikan berat badan. Setelah itu baru akan terjadi penurunan berat badan. Bayi umumnya juga akan rewel sehingga memperparah jaundice-nya.

Pengobatan Atresia Bilier

Ilustrasi bayi
Ilustrasi bayi. Foto: Pixabay.

Atresia bilier hanya dapat diobati dengan pembedahan. Metode yang digunakan adalah prosedur Kasai, yang membuat saluran penghubung antara organ hati dan usus halus. Saluran empedu yang tidak normal dilewati.

Operasi akan sangat berhasil jika dilakukan pada bayi usia delapan minggu atau sebelum usia tiga bulan. Prosedur ini akan membantu anak untuk tumbuh baik dan sehat dalam beberapa tahun. 

Namun, pasien tetap membutuhkan transplantasi hati. Hal ini diperlukan karena biasanya tetap terjadi gangguan hati akibat menumpuknya cairan empedu pada hati.

Keterangan lain menyebutkan, bayi dengan atresia bilier yang ditangani sedini mungkin sebenarnya bisa ditolong tanpa perlu melakukan transplantasi hati. Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan sebelum usia dua bulan bisa dilakukan tindakan operasi Kasai.

"Bayi ini sebenarnya dapat ditolong dengan operasi Kasai namun operasi kasai hanya bermanfaat bila dilakukan sebelum bayi berumur dua bulan, sebelum terjadi sirosis hati," kata dokter spesialis anak konsultan gastroenterohepatologi, Hanifah Oswari dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap FKUI pada Sabtu, 11 Januari 2020.

Atresia bilier tidak bisa dicegah karena penyebab pasti dari penyakit tersebut masih belum diketahui.

 

 

infografis journal
infografis journal Fakta Dugaan Hepatitis Akut Misterius di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).  
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya