Tanda yang Muncul Saat Sakit Kepala Dipicu oleh Stres

Sakit kepala yang disebabkan oleh stres memiliki tanda khas, biasanya akan menimbulkan tekanan yang intens di beberapa bagian kepala.

oleh Diviya Agatha diperbarui 11 Jun 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2022, 08:00 WIB
Menimbulkan Sakit Kepala dan Gangguan Kecemasan
Ilustrasi Sakit Kepala Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Seperti diketahui, stres dapat dipicu oleh berbagai macam hal dalam banyak situasi dan kondisi. Anda pun mungkin sudah sering mendengar bahwa kesehatan mental memiliki kaitan erat dengan kesehatan fisik.

Itulah mengapa stres seringkali dikaitkan dengan perubahan pada kesehatan Anda secara fisik. Salah satunya dapat menyebabkan sakit kepala dengan tanda yang khas.

Hingga kini, sakit kepala stres belum menjadi klasifikasi resmi dalam International Classification of Headache Disorders (ICHD-3). Dengan begitu, sakit kepala stres belum dapat dijadikan diagnosis yang sepenuhnya akurat.

Namun untuk sementara, sakit kepala karena stres bisa dijadikan deskripsi terbaik tentang apa yang mungkin saja terjadi di tubuh seseorang.

"Sakit kepala karena stres lebih tepatnya dikenal sebagai tension-type atau sakit kepala tegang," ujar ahli saraf di New York, dr Ellen Drexler dikutip Health, Selasa (7/6/2022).

Sakit kepala dengan tipe tegang ini didefinisikan oleh tidak adanya rasa migrain, sehingga cenderung muncul pada kedua sisi kepala.

"Rasanya seperti nyeri tertekan, tanpa migrain biasa. Serta dilengkapi oleh mual, sensitivitas pada cahaya dan suara meningkat, dan diperburuk bila Anda menggerakan kepala," kata Ellen.

"Jadi rasanya seperti ada tekanan di depan kepala Anda. Jenis sakit kepala ini bisa dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang," tambahnya.

Menurut data US National Library of Medicine's MedlinePlus, sakit kepala akibat tegang ini merupakan jenis sakit kepala paling umum dan digambarkan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan di kepala, kulit kepala, atau leher yang sering dikaitkan dengan ketegangan otot.

Ada Perubahan Fisiologis

Asisten profesor neurologi klinis di Weill Cornell Medical College, dr Susan Broner mengungkapkan bahwa sakit kepala akibat stres dapat berlangsung selama 30 menit hingga 72 jam.

"Stres, tentu saja, memainkan peran kunci dalam memicu sakit kepala tegang. Mekanisme yang tepat tidak jelas, tapi teori menunjukkan bahwa ketika orang sedang stres, maka perubahan fisiologis terjadi dalam tubuh," ujar Susan.

Hal tersebut lantaran kadar kortisol dalam tubuh mengalami peningkatan, termasuk respons fight or flight dalam tubuh yang juga akan meningkat.

"Itu memicu migrain atau sakit kepala tipe tegang. Selain stres, pemicu lainnya adalah penggunaan alkohol, kafein, penyakit seperti flu, masalah gigi, ketegangan mata, merokok berlebihan, dan kelelahan," kata Susan.

Menurut Ellen, mengobati sakit kepala akibat stres ini dapat bergantung pada tingkat keparahan atau berapa lamanya sakit kepala tersebut terjadi.

"Biasanya dapat hilang dengan sendirinya hanya dengan berhenti sejenak dari aktivitas apapun yang menyebabkan Anda stres," ujar Ellen.

"Berbaring, meditasi, atau melakukan yoga ringan adalah pilihan yang bagus," Ellen menambahkan.

Area Kulit Kepala Kencang

Sakit kepala akibat tegang atau stres tidak menyebabkan rasa sakit yang sebenarnya pada kulit kepala. Namun dapat menyebabkan area tersebut terasa kencang, hampir seperti sedang ditarik.

Mengutip sumber berbeda, Juru bicara National Headache Foundation sekaligus direktur obat sakit kepala dan nyeri di Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York, dr Mark W Green pun setuju bahwa jenis sakit kepala ini biasanya akan menyebabkan rasa sakit di dua sisi kepala, bukan hanya satu sisi seperti migrain.

"Sakit kepala tegang biasanya menyebabkan rasa sakit di kedua sisi kepala, terutama dahi, pelipis, bagian belakang kepala, dan terkadang leher dan bahu, dan rasa sakit biasanya terasa seperti tekanan," ujar Mark.

Stres menjadi penyebab paling umum dari sakit kepala tegang, meskipun masalah fisik dengan otot atau persendian Anda dapat berkontribusi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mark pun menyarankan untuk mencoba pereda nyeri yang dijual bebas untuk sakit kepala tegang yang sering terjadi.

Namun perlu untuk tetap membicarakan kondisi tersebut pada dokter bila memang sakit kepala terjadi dengan begitu intens dan cukup lama.

Bisa Diobati

Lebih lanjut Susan menjelaskan bahwa jika rasa sakitnya benar-benar mengganggu, maka sebagian besar sakit kepala akibat stres dapat diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas.

"Tetapi waspadalah pada frekuensi Anda meminum obat. Jika Anda menyadari bahwa Anda telah meminum obat-obatan lebih dari sekali dalam seminggu secara teratur, itu pertanda bahwa Anda mengalami peningkatan frekuensi sakit kepala dan harus memeriksakannya ke dokter," ujar Susan.

Terlebih, menurut Ellen, jika sakit kepala bukanlah hal yang biasa terjadi pada anak terutama jika Anda berusia di atas 50 tahun, maka Anda harus mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli saraf atau spesialis sakit kepala.

"Karena itu bisa jadi tanda bahwa ada sesuatu yang lebih serius yang sedang terjadi. Beberapa tanda peringatan lain yang perlu diperhatikan adalah sakit kepala yang terus-menerus memburuk atau lebih sering terjadi dari waktu ke waktu," ujarnya.

"Disertai dengan kondisi neurologis seperti penglihatan ganda, mati rasa, kesemutan, kelumpuhan, kehilangan penglihatan, atau disertai demam," Ellen menjelaskan.

Artinya, meskipun satu atau dua sakit kepala akibat stres merupakan hal yang wajar, penting untuk tidak membiarkannya terjadi secara rutin.

"Ini adalah waktu yang sangat sulit bagi banyak orang, jadi bersikaplah baik pada diri sendiri dan rileks bahkan ketika Anda sedang stres," kata Susan. 

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya