Epilepsi, Kenali Gejala serta Penanganannya

Epilepsi adalah suatu kondisi aktivitas otak yang abnormal sehingga bisa menyebabkan kejang.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 17 Jun 2022, 12:03 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 11:00 WIB
Epilepsi
Serangan epilepsi. (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Epilepsi atau orang kerap menyebutnya dengan ayan. Epilepsi adalah gangguan sisem saraf pusat di mana kondisi aktivitas otak abnormal yang menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa.Orang yang mengalami epilepsi terkadang sampai kehilangan kesadaran.

Siapapun bisa mengalami epilepsi. Pria dan wanita dari beragam ras, latar belakang etnis dan usia bisa terkena epilepsi seperti mengutip Mayo Clinic.

Gejala kejang pada orang yang alami epilepsi bisa bervariasi. Ada orang yang alami epilepsi hanya menatap kosong selama kejang. Sementara yang lain berulang kali menggerakkan lengan atau kaki.

Ditambahkan dari laman RSAB Harapan Kita, gejala utama epilepsi yang pertama terkali terlihat adalah kejang. Namun, bentuk kejang dapat berupa kaku dan lemas secara cepat, kaget-kaget atau seperti terdiam atau jatuh, dan kejadian ini terjadi berulang.

Satu kali kejang bukan berarti epilepsi. Ketika sudah mengalami dua kali kejang tanpa pemicu yang tidak diketahui (kejang tak beralasan) dalam kurun waktu 24 jam diperlukan diagnosis dokter atas kondisi anak.

Untuk mendiagnosis epilepsi bisa dilakukan dengan melakukan beberapa cara yakni pemindaian otak dengan MRI atau CT scan, ini adalah pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gambaran otak sehingga dapat mendeteksi kondisi yang abnormal.

Lalu, Electroencephalogram atau EEG ini adalah pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang dapat menyebabkan kejang.

Serta melakukan tes darah sebuah pemeriksaan ini untuk mengetahui kondisi genetik, infeksi, atau kondisi lain yang terkait dengan kejang. Diagnosis yang akurat perlu dilakukan guna menentukan pengobatan epilepsi yang efektif.

 

Penanganan Epilepsi

Dokter spesialis anak Pandu Caesaria Lestari dari RSAB Harapan Kita Jakarta mengatakan Penyebab epilepsi terbagi dua yakni idiopatik dan simptomatik.

Idiopatik berarti penyebabnya tidak diketahui. Sementara bila simptomatik berarti epilepsi akibat masalah struktural di otak (tumor, infeksi otak, kelainan bawaan), pemeriksaan genetik dipertimbangkan untuk beberapa kasus epilepsi.

Seorang anak memiliki risiko untuk mengalami epilepsi lebih besar apabila di dalam keluarganya ada yang mengalami epilepsi, seperti disampaikan dokter Pandu saat bersama Radio Kesehatan Kemenkes RI beberapa waktu lalu. 

Dokter Pandu menjelaskan ada 2 tata laksana pada epilepsi yaitu tata laksana untuk kegawatdaruratan dan pemberian obat anti epilepsi.

1) Penanganan saat terjadi kegawatan

Penanganan saat terjadi kegawatan pada epilepsi apabila jika terjadi kejang umum (seluruh badan) maka lakukan hal berikut:

- posisi tubuh dimiringkanKetika dalam posisi miring maka aliran napas akan berjalan dengan baik

- baju yang terlalu ketat dibuka sedikit

- berikan alas kepala

- masukkan obat yang diresepkan oleh dokter melalui dubur setelah 3 menit mengalami kejang

- apabila dalam waktu 5 menit tidak membaik, maka pemberian obat bisa diulang sebanyak 2 kali dan bersiap-siap untuk membawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang terdekat.

Dokter Pandu mengatakan setiap orang tua perlu memahami betul bagaimana cara memberikan obatnya, sehingga pengobatannya itu betul-betul efektif.

2) Pemberian Obat Anti Epilepsi

Ilustrasi penyakit epilepsi
Ilustrasi penyakit epilepsi. (Photo Copyright by Freepik)

Seorang anak yang mengalami kejang berulang dan sudah didiagnosis epilepsi, maka harus mengonsumi obat anti epilepsi sekitar 2 tahun.

Pemberian obat anti epilepsi harus dipastikan sesuai jamnya, agar obat tersebut bekerja dengan efektif. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi pasca pengobatan selama 2 tahun dan apabila memang sudah membaik, maka obatnya akan diturunkan secara bertahap.

Setelah pengobatan dijalankan, tetap ada kemungkinan untuk berulang, namun menjadi jauh lebih kecil.

Epilepsi Belum Dapat Perhatian dari Masyarakat

Jenis Epilepsi yang Harus Diketahui
Foto Ilustrasi (WebMD.com)

Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Mursyid Bustami mengungkapkan bahwa epilepsi menjadi salah satu penyakit yang berkaitan dengan saraf otak dan memiliki tingkat prevalensi tinggi.

Terkait hal tersebut juga, menurut Mursyid, epilepsi atau yang juga kerap dikenal dengan sebutan ayan masih menjadi penyakit yang kerap tidak diberikan perhatian khusus di masyarakat.

"Epilepsi merupakan suatu penyakit yang sebagian masyarakat masih menganggap sebagai penyakit yang tidak dijadikan perhatian khusus," ujar Mursyid beberapa waktu lalu.

"Padahal sebetulnya, prevalensi epilepsi ini cukup banyak di masyarakat," tambahnya.

Terkadang, penyakit ini juga ternyata memiliki gejala yang tidak begitu jelas, yang sebenarnya dapat mempengaruhi kualitas hidup pasiennya. Itulah mengapa epilepsi menjadi penyakit yang sebenarnya membutuhkan penanganan khusus.

Infografis Dampak Bermain Game Berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya