Liputan6.com, Jakarta - Epilepsi adalah suatu kondisi kejang tidak demam dan berlangsung minimal dua kali. Sebagian dari kita mungkin hanya tahu gejala epilepsi yang ditandai dengan kejang seluruh tubuh badan atau biasa disebut kelojotan. Nyatanya gejalanya tidak selalu begitu.
Pada seseorang yang mengalami serangan epilepsi bisa hanya mengalami kejang sebelah badan. Bahkan ada pula individu yang hanya diam atau bengong ketika mengalami kejang karena epilepsi.
Baca Juga
"Kejang itu sendiri bisa berbagai macam bentuknya, kalau orang awam tahunya yang kejang kelojotan ditandai dengan anak terjatuh lalu kejang seluruh badan. Iya, yang seperti itu umum diketahui. Ada juga yang kejang sebelah tubuh, ada juga yang kejang bengong," kata dokter spesialis anak dari Klinik Neurologi Anak RSAB Harapan Kita, Pandu Caesaria Lestari.
Advertisement
Biasanya laporan kejang yang bengong itu datang dari guru ke orangtua. Kerapkali guru menyampaikan, anak tersebut di kelas tampak tiba-tiba bengong beberapa detik lalu ketika sudah sadar tampak bingung.
"Orangtua bisa mencari tahu apakah bengong itu bentuk kejang atau bukan," kata Pandu dalam sesi wawancara bersama Radio Kesehatan Kemenkes RI beberapa waktu lalu.
Salah satu cara untuk menegakkan diagnosis anak mengalami epilepsi yakni lewat electroencephalogram atau EEG. Ini adalah pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang dapat menyebabkan kejang.
Â
Â
Tahapan Serangan Epilepsi
Epilepsi bisa terjadi pada seluruh kelompok umur mulai dari bayi hingga usia besar. Pada seorang yang mengalami epilepsi ada tiga fase yang ia alami seperti disampaikan Pandu.
- Sebelum Kejang
Sebelum 15kejang sebenarnya ada tanda atau aura. Anak mungkin merasa mencium sesuatu atau melihat cahaya."
Pada anak yang sudah besar bisa menyatakan itu ke orang lain. Dia juga bisa mencari tempat aman jelang kejang," kata Pandu.
- Kejang
Seperti disampaikan di atas, bisa saja anak mengalami kejang seluruh tubuh, kejang sebelah tubuh atau hanya bengong. Pada anak yang kejang bisa berlangsung sekitar beberapa detik dan menit. Namun, bila berlangsung lebih dari 15 menit itu bisa menimbulkan masalah pada perkembangan anak di kemudian hari.
"Maka orangtua harus tahu pertolongan pertama apa pada saat kejang dan tahu kapan harus membawa ke rumah sakit," kata Pandu.
- Pasca kejang
Usai alami kejang anak anak jadi mengantuk, mengompol, tampak seperti kebinguan."Maka dari itu, anak harus dipastikan berada di tempat aman," katanya.
Â
Advertisement
Mengenali Epilepsi pada Bayi
Seperti disampaikan Pandu, bahwa epilepsi bisa terjadi pada anak nol bulan hingga besar.
Bayi memang masih ada refleks yang normal kaget ketika mendengar suara atau gerakan yang tiba-tiba. Itu normal.
Namun, bila bayi tampak seperti kaget padahal tidak suara atau gerakan yang tiba-tiba di sekitarnya lalu kaki dan tangan menekuk, itu perlu dikonsultasikan ke dokter.
"Di zaman sekarang paling mudah merekam ya saat itu terjadi pada bayi. Lalu, nanti dikonsultasikan dengan dokter anak untuk mengetahui itu refleks kaget normal atau hal lain yang perlu di follow up lebih lanjut," pesannya.
Penanganan Epilepsi
Tata laksana pada epilepsi ada 2 yakni kegawatdaruratan dan pemberian obat anti epilepsi.
1) Penanganan saat terjadi kegawatan
Penanganan saat terjadi kegawatan pada epilepsi apabila jika terjadi kejang umum (seluruh badan) maka lakukan hal berikut:
- posisi tubuh dimiringkanKetika dalam posisi miring maka aliran napas akan berjalan dengan baik
- baju yang terlalu ketat dibuka sedikit
- berikan alas kepala
- masukkan obat yang diresepkan oleh dokter melalui dubur setelah 3 menit mengalami kejang
- apabila dalam waktu 5 menit tidak membaik, maka pemberian obat bisa diulang sebanyak 2 kali dan bersiap-siap untuk membawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang terdekat.
2. Pemberian obat anti epilepsi
Seorang anak yang mengalami kejang berulang dan sudah didiagnosis epilepsi, maka harus mengonsumi obat anti epilepsi sekitar 2 tahun.
"Jika pada TBC makan obat sekitar 6-9 bulan, pada epilepsi sekitar 2 tahun," kata Pandu.Â
Pemberian obat anti epilepsi harus dipastikan sesuai jamnya, agar obat tersebut bekerja dengan efektif. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi pasca pengobatan selama 2 tahun dan apabila memang sudah membaik, maka obatnya akan diturunkan secara bertahap.
Setelah pengobatan dijalankan, tetap ada kemungkinan untuk berulang, namun menjadi jauh lebih kecil.
Advertisement