Liputan6.com, Jakarta - Isu legalisasi ganja untuk medis menyeruak kembali ke permukaan setelah suami-istri Santi Warastuti dan Sunarta hadir di Car Free Day pada Minggu lalu di Jakarta.
"Tolong, anakku butuh ganja medis," begitu tulis papan yang dibawa pasangan ini serta anak mereka yang duduk di kursi roda karena cerebral palsy.
Baca Juga
Mereka menanti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) berkenaan dengan uji materi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Mereka berharap ganja yang masuk dalam daftar narkotika golongan 1 itu dapat digunakan untuk kepentingan medis.
Advertisement
Di Indonesia penggunaan ganja masih dilarang termasuk dalam urusan medis.
Sementara itu, di luar negeri paling tidak ada enam negara yang melegalkan ganja medis. Keenam negara tersebut yakni Kroasia, Republik Ceko, Uruguay, Kanada, Argentina dan Thailand.
Cannabidiol atau CBD adalah komponen dari ganja yang digunakan dalam mengatasi masalah kesehatan. CBD hanya sedikit mengandung atau bisa sama sekali tidak mengandung tetrahydroacannabinol (THC), yakni senyawa kimia yang membuat hilang kesadaran dan ngefly.
Berbagai studi dengan beragam level terhadap ganja untuk keperluan medis memang telah dilakukan. Misalnya dalam studi observasional di mana partisipan hanya melaporkan pengalaman dari penggunaan ganja. Lalu ada juga penelitian di level pengujian pada hewan juga terdengar menjanjikan soal manfaat ganja. Meski terbatas, ada juga penelitian pada manusia yang memperlihatkan manfaat ganja. Berikut diantaranya mengutip laman AARP, Rabu, 29 Juli 2022.
1. Nyeri Kronis
Dalam uji klinis pada manusia yang memiliki masalah kesehatan seperti peripheral neuropathy (nyeri saraf pada diabetesi) cedera tulang belakang, HIV, kanker, kemoterapi, masalah otot dan sendi, rheumatoid arthritis dan multiple sclerosis memperlihatkan bahwa ganja bisa mengurangi rasa sakit atau nyeri. Berdasarkan laporan dari NASEM Report 2017, ganja bisa mengurangi rasa nyeri hingga 40 persen.
2. Insomnia
The National Academies mengatakan manfaat ganja untuk orang insomnia di level sedang. Dalam studi yang dilakukan di Colorado, sekitar 86 persen partisipan mengatakan ganja bisa membantu tidur.
Dengan menghubungkan reseptor cannabinoid pada sel otak, THC dan CBD mungkin dapat bekerja sama untuk tidur yang lebih baik, setidaknya dalam jangka pendek, pada orang dengan insomnia karena nyeri, apnea tidur obstruktif, fibromyalgia, multiple sclerosis dan kecemasan.
Advertisement
3. Depresi
Studi yang dilakukan Washington State University pada 2018 terapi 3.151 pengguna ganja medis mengatakan kondisi mereka membaik usai mendapatkan terapi rendah THC dan tinggi CBD.
Seperti penggunaan obat lainnya, dalam studi ini terungkap bahwa dosis itu penting. Dari studi itu penggunaan terlalu lama malah membuat depresi memburuk.
Penggunaan secara teratur dapat mengubah reseptor cannabinoid di otak yakni meningkatkan kerentanan terhadap suasana hati yang gelap, catat para peneliti. Namun, berhenti bisa membalikkannya.
Manfaat ganja medis lebih baik bagi mereka dengan gangguan kecemasan. Dalam studi 2018, para sukarelawan menggunakan ganja medis untuk mengurangi penggunaan benzodiazepine. Hasilnya, penggunaan benzodiazepine berkurang 47 persen. Namun, hanya perlu sedikit saja ganja medis untuk mendapatkan manfaat itu.
4. Nyeri Kanker
Ganja medis efektif untuk mengatasi nyeri kanker maupun efek samping pengobatan kanker seperti mual, muntah, kehilangan nafsum makan seerti disampaikan ahli onkologi dan profesor kedokteran University of California, Donald Abrams.Namun, Abrams mengatakan ganja bukan untuk mengobati kanker.
5. Penyakit lain
Studi pada 2,700 pasien di Israel yangmendapaktan ganja medis menunnukkan rasa nyeri berkurang dan kualitas hidup mereka dengan Alzheimer, Parkinson, Crohns membaik.
Advertisement