Antibodi Orang Indonesia 98,5 Persen, Adakah Kebijakan Terbaru untuk Menekan COVID-19?

Kebijakan baru COVID-19 berkaitan dengan antibodi orang Indonesia di angka 98,5 persen.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Agu 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2022, 09:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri acara 'Peluncuran Buku Vaksinasi COVID-19' di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Jakarta pada Kamis, 11 Agustus 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Hasil sero survei terbaru yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), antibodi masyarakat Indonesia di angka 98,5 persen. Adanya prevalensi antibodi yang tinggi, adakah 'bocoran' langkah kebijakan baru COVID-19 ke depannya?

Terkait kebijakan baru COVID-19, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin tidak menjawab secara spesifik. Budi mengatakan, pemerintah masih menerapkan kebijakan gas dan rem.

Artinya, penanganan pandemi harus seimbang dengan upaya pemulihan kondisi ekonomi. Sebab, semua yang berkaitan dengan COVID-19 akan berimbas kepada ekonomi. Jika penanganan pandemi berjalan baik dan mampu menurunkan kasus positif, maka perekonomian bisa kembali naik secara bertahap.

"Sebenarnya, survei antibodi berbasis data ilmiah menunjukkan, populasi masyarakat Indonesia relatif imunitasnya lebih tahan, mungkin dibandingkan dengan masyarakat (negara) lain. Sehingga buat kami di sektor kebijakan terutama kesehatan, kan tugas saya rem," ucap Budi Gunadi saat konferensi pers Peluncuran Buku Vaksinasi COVID-19 dan Diskusi Panel Evaluasi, Tantangan, dan Capaian Vaksinasi COVID-19 di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Jakarta pada Kamis, 11 Agustus 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ancang-ancang Kebijakan Kemerdekaan RI

Ceria Kecil Lomba 17-an di Tengah Pandemi
Seorang anak dengan masker mengikuti lomba memperingati HUT ke-75 RI di Kampung Nelayan, Cilincing, Jakarta, Senin (17/8/2020). Meski dilarang menggelar perlombaan akibat Covid-19, warga di Kampung Nelayan tetap mengadakan lomba 17-an walaupun hanya beberapa jenis. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Saat sesi agenda Transformasi Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sero survei antibodi COVID-19 terbaru yang dilakukan pada akhir Juni sampai awal Juli 2022 akan menjadi masukan berbasis bukti ilmiah kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk mengambil kebijakan terkait pandemi COVID-19 di Tanah Air.

"Semoga pada Agustus 2022, Presiden bisa ambil kebijakan berkaitan dengan Kemerdekaan Indonesia," lanjutnya beberapa waktu silam.

Survei antibodi COVID-19 yang disebut-sebut terbesar kedua di dunia, setelah India ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data dari responden yang meliputi estimasi prevalensi COVID-19 dengan tingkat populasi menurut usia, jenis kelamin hingga karakteristik tempat tinggal.

Dari proporsi di atas akan menentukan proporsi kasus COVID-19 bergejala dan tanpa gejala, serta mengetahui faktor yang berhubungan dengan infeksi COVID-19 di Indonesia.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Survei Serologi Nasional

Ratusan Pedagang Tanah Abang Jalani Vaksinasi COVID-19
Petugas medis menyiapkan vaksin di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (31/7/2021). Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meminta Kemenkes bersama TNI-Polri terus mempercepat program vaksinasi COVID-19 hingga mencapai dua juta suntikan per hari mulai Agustus 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Anggota Tim Pandemi FKM UI Iwan Ariawan mengatakan, survei serologi antibodi terbaru ini merupakan survei ketiga secara nasional.

“Ini adalah survei serologi yang ketiga kali yang besar, yang pertama di Desember 2021 itu bersifat nasional, kemudian Maret 2022 khusus untuk Jawa – Bali karena daerah mudik. Lalu, Juli 2022 kembali (survei) untuk seluruh Indonesia,” katanya saat konferensi pers Serologi Survey Nasional Ketiga, Kamis (12/8/2022).

Survei serologi yang hasilnya diumumkan Juli 2022 kembali dikumpulkan dari sampel survei serologi sebelumnya pada 2021. Dari 20.501 sampel atau responden sebanyak 84,5 persen berhasil dikunjungi.

Pemilihan responden yang sama ini bertujuan melihat peningkatan jumlah dan kadar antibodi pada orang yang sama. Survei serologi ketiga dilakukan di 100 kabupaten/kota terpilih yang tersebar di 34 provinsi.

Metode survei menggunakan kuesioner, pengambilan darah, dan pemeriksaan ada tidaknya antibodi SARS-CoV-2 dan kadarnya. Pemeriksaan dilakukan di Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan jejaring laboratoriumnya.

“Responden dari survei serologi ini tersebar di seluruh Indonesia sehingga hasilnya ini menggambarkan kadar antibodi pada penduduk di Indonesia,” jelas Iwan.


Antibodi Naik 4 Kali Lipat

Dorong Percepatan Vaksinasi Covid-19 di Sektor Perbankan
Karyawan difoto usai vaksin di Sentra Vaksinasi Covid-19 di Bank DKI Kantor Layanan Juanda, Jakarta, Sabtu (10/7/2021). Kamrussamad menegaskan bahwa percepatan 300 ribu vaksin di sektor perbankan HIMBARA, Bank Swasta Nasional, BPD se Indonesia harus segera diselesaikan. (Liputan6.com/HO/Nado)

Hasil dari survei serologi ketiga menunjukkan, adanya peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8% pada Desember 2021 menjadi 98,5% pada Juli 2022.

“Kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat lebih dari 4 kali lipat," ungkap Iwan Ariawan dalam keterangan resmi Kemenkes.

Anggota Tim Pandemi FKM UI Muhammad N Farid menambahkan, peningkatan kadar antibodi tersebut disebabkan oleh vaksinasi dan terinfeksi COVID-19. Pada Desember 2021, penduduk yang belum divaksin proporsinya sekitar 30 persen, penduduk yang sudah divaksin dosis pertama 19 persen.

Kemudian penduduk yang sudah divaksin 2 dosis 50 persen dan penduduk yang sudah booster baru 0,5 persen.

Jika dibandingkan dengan tahun ini, ada penurunan proporsi penduduk yang belum divaksin, antara lain penduduk yang belum divaksin menurun menjadi 18,1 persen. Lalu, penduduk yang sudah divaksin dosis pertama berkurang jadi 11,6 persen karena mereka sudah divaksin dosis kedua.

Selanjutnya, penduduk yang sudah divaksin dosis kedua meningkat jadi 47,7 persen dan penduduk yang sudah booster pun meningkat jadi 22,6 persen.

Infografis Menyiapkan Jalan Mulus Menuju Endemi Covid-19
Infografis Menyiapkan Jalan Mulus Menuju Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya