Waspada DBD pada Anak, Nyamuk Aedes Aegyptier Berkeliaran di Jam 4 hingga 5 Sore

Nyamuk penyebab DBD atau demam berdarah dengue mengintai anak di pukul 16.00 WIB.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 07 Okt 2022, 17:27 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2022, 16:07 WIB
613 Kasus DBD, Jakarta Bersatus Waspada
Dokter memeriksa pasien anak yang terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (30/1). Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan terdapat 613 kasus DBD selama Januari 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Biang kerok demam berdarah dengue (DBD), nyamuk Aedes aegypti betina, disebut oleh dokter anak berkeliaran di jam-jam sekolah dan main si Kecil.

Orangtua pun diminta untuk lebih waspada terhadap penularan virus dengue penyebab DBD, terlebih saat ini masuk musim hujan.

Dalam acara Technology Breakthrough Anti Mosquito Baby Clothing: Velvet Junior pada Jumat (30/9), dr I G Ayu Pratiwi SpA MARS mengatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina suka hidup di tempat-tempat gelap.

Juga di tempat banyak baju kotor, baju digantung, serta di genangan air bersih.

"Biasanya, nyamuk ini aktif di jam-jam anak sekolah atau main, yaitu sekitar pukul 09.00 s/d 10.00 dan 16.00 s.d 17.00," kata wanita yang akrab disapa Tiwi.

Untuk gejala DBD pada anak, kata Tiwi, salah satu yang harus jadi perhatian adalah demam yang khas. Dikatakan khas karena saat sekolah si Kecil dalam keadaan sehat tidak terjadi apa-apa, sesampainya di rumah seusai pulang sekolah mendadak demam tinggi.

"Pagi sekolah, enggak ada masalah, begitu siang langsung mendadak tinggi, demamnya 39 derajat Celsius," Tiwi menekankan.

Terlebih seiring berjalannya waktu, anak mendadak mengeluhkan sakit kepala dan badan, atau nyeri di belakang mata, Tiwi menyebut orangtua harus waspada bahwa itu demam berdarah.

"Anak yang punya bakat kejang juga harus hati-hati," kata Tiwi.

Menurut Tiwi, pada kondisi tertentu, orangtua tak perlu panik dan tidak usah buru-buru membawa si Kecil ke emergency. Apalagi ancaman COVID-19 masih ada.

"Kalau anaknya bisa minum, di rumah saja. Kita bisa pakai telemedisin untuk menghindari kontak. Kita (dokter) akan minta periksa darah, kemudian hasilnya dilaporkan," kata Tiwi.

 

 

Kapan Anak dengan Gejala DBD Harus Dibawa ke RS?

Warga Pesanggrahan Lakukan Fogging untuk Cegah DBD
Petugas melakukan pengasapan (fogging) ke bagian selokan kawasan rumah warga, Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Nyamuk Aedes Aegypti menjadi penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Akan tetapi, lanjut Tiwi, kalau anak tidak mau minum lalu panas tinggi ditambah kejang-kejang, harus segera dibawa ke rumah sakit. Apalagi jika kondisi tersebut menimpa bayi usia nol s.d enam bulan.

"Yang populer di masyarakat adalah IgG dan IgM ini biasa baru ketemu di hari ketiga , keempat, kelima, padahal DBD itu bisa didiagnosa di hari pertama," kata Tiwi.

"Jadi, penanganan DBD seperti tadi ,kalau dia di bawah usia enam bulan (saya sebutnya di bawah tiga bulan) harus dibawa ke rumah sakit atau puskesmas. Kalau usianya lebih dari itu, sebetulnya kita lihat saja, kalau dia masih bisa minum, tidak kejang, di rumah saja," Tiwi menambahkan.

Menurut Tiwi, paling ideal adalah ketika seorang anak tidak dirawat. Tiwi, secara pribadi mengatakan bahwa tidak terlalu suka merawat anak di rumah sakit karena itu sangat stres.

"Stres itu dampaknya panjang," katanya.

"Kalau memang bisa di rumah, di rumah saja kita pantau dari rumah sakit, kecuali ada hal-hal yang tidak kelihatan baru kita bawa ke rumah sakit," Tiwi menambahkan.

Sehingga, lanjut Tiwi, DBD pada anak sebenarnya sedikit banget yang harus dirawat di rumah sakit .

 

Bagaimana Kalau Terjadi Tengah Malam?

Pasien DBD di RSUD Pasar Rebo
Seorang ibu menjaga anaknya yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (1/2). Dalam sebulan ini, RSUD Pasar Rebo sudah menerima 88 pasien. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Kalau anak demam tinggi, apapun sebabnya, selama masih bisa minum dan makan, Tiwi mengimbau tidak harus dimasukkan ke emergency tengah malam. Baru keesokan paginya kalau memang mau dibawa ke rumah sakit, silakan saja. 

Beda cerita kalau demam tinggi disertai kejang, harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit. 

Untuk perawatan anak dengan gejala DBD di rumah, Tiwi menyarankan untuk memberikan cairan yang cukup, minum obat demam, diselimutin jika anak menggigil, atau buka baju mereka apabila keringatan.

"Dia berkeringat AC dinyalain yang kencang. Kalau dia menggigil AC-nya dimatikan. Itu hal praktis yang semua orangtua bisa lakukan," ujarnya.

"Jadi, kalau anak demam tinggi, biasanya akan uring-uringan. Yang sering saya lihat, demam tinggi padahal anaknya dingin malah ditelanjangi, itu malah enggak boleh. Kalau demam tinggi berkeringat itu boleh dibuka bajunya, dipasang AC-nya, biar anak nyaman," Tiwi menambahkan.

Jangan lupa juga memperhatikan sirkulasi udara di rumah biar anak bisa bernapas dengan baik. 

Sedangkan pemberian obat demam, Tiwi mengatakan untuk tidak usah terburu-buru. Demam bagi dokter digunakan sebagai gejala atau sebagai alat pemantauan. 

"Jadi, kalau anak masih nyaman di (suhu tubuh) 38, tidak usah dikasih obat demam. Kalau di 38 anak rewel, silakan kasih obat demam," katanya.

"Prinsipnya, semakin sedikit obat semakin baik," Tiwi menekankan.

Perlu diingat bahwa demam itu bisa diturunkan dengan tidur yang banyak. Sehingga orangtua tidak usah buru-buru memberikan obat demam.

Cara Cegah DBD pada Anak

Warga Pesanggrahan Lakukan Fogging untuk Cegah DBD
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di halaman rumah warga, Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Pengasapan ini diharapkan dapat mencegah penyakit DBD didaerah tersebut. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meski begitu orangtua dapat melakukan tindakan 3M Plus guna mencegah DBD. 3M Plus meliputi menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampuangan air.

Bisa juga dilakukan pencegahan dengan menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi udara, dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar yang bisa menjadi sarang nyamuk.

Untuk melindungi anak-anak dari DBD, Tiwi menyarankan untuk memakaian anak pakaian lengan panjang dan celana panjang setiap kali anak keluar rumah. Tidak lupa oleskan losyen anti nyamuk.

Dalam kesempatan yang sama, Velvet Junior memperkenalkan produk terbaru pakaian bayi dengan terobosan teknologi anti nyamuk yang aman bagi bayi.

Direktur Utama Velvet Junior, Danny Widodo, menjelaskan, Anti-Mosquito pada produk pakaian bayi terbaru Velvet Junior dihadirkan bersama teknologi mikroenkapsulasi CelessenceTM Repel yang bekerja dengan cara melepaskan kandungan aktif Saltidin ke serat kain secara bertahap (time released).

Sehingga mampu memberikan perlindungan dari hadirnya berbagai jenis nyamuk dan serangga lain seperti kutu dan lalat dalam durasi yang lama dan mampu bertahan dan tetap bekerja efektif pada pakaian bayi hingga 35X cuci.

Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya