Liputan6.com, Jakarta Subvarian Omicron bernama XBB sudah terdeteksi di Indonesia. Kasus pertama yang terdeteksi di Indonesia adalah transmisi lokal pada seorang perempuan 29 tahun yang baru bepergian ke Lombok.
Mengingat XBB yang membuat lonjakan kasus COVID-19 di Singapura ini naik, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin memakai masker guna menekan risiko penularan COVID-19 varian XBB.
Baca Juga
"Cegah penyebaran varian XBB dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, termasuk penggunaan masker," kata Agus.
Advertisement
Ia mengingatkan bahwa masyarakat tidak boleh lengah karena saat ini status pandemi belum dicabut. Maka penerapan protokol kesehatan harus dijalankan.
"Jangan lengah, saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19, tetap terapkan protokol kesehatan, gunakan masker, cuci tangan teratur dengan air mengalir dan sabun atau cairan khusus pembersih tangan dan tetap menjaga jarak atau menghindari kerumunan," kata Agus mengutip Antara.
Dokter spesialis paru konsultan yang praktik di RS Persahabatan Jakarta itu mengatakan masyrakat perlu melengkapi diri dengan vaksinasi COVID-19 mulai dari dosis pertama hingga dosis penguat.
"Selain protokol kesehatan, masyarakat kami ingatkan untuk perlu melengkapi diri dengan vaksinasi mulai dari dosis pertama hingga booster," katanya.
Vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat atau booster sangat diperlukan guna mencegah risiko gejala berat dan risiko rawat inap.
Selain Agus, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin serta Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto juga mengingatkan pentingnya protokol kesehatan.
"Dengan ditemukannya virus COVID-19 varian XBB maka masyarakat diingatkan bahwa pandemi belum berakhir sehingga masih perlu memperkuat prokes," kata Agus Suprapto.
XBB Bikin Ledakan Kasus di Singapura
Sebelumnya, pada Jumat, 21 Oktober 2022, Menkes Budi Gunadi mengatakan akan terus memantau perkembangan kasus di Tanah Air.
"Kita akan pantau terus," lanjutnya.
Kehadiran varian XBB di Singapura memang bukan main-main. Singapura merupakan negara dengan penduduk sekitar lima juta, tapi kehadiran varian XBB membuat kasus harian COVID-19 di sana mencapai 6 ribu dalam sehari. Sementara itu di Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduk kasus harian di kisaran 2.000-an. Kemarin, 20 Oktober 2022 kasus harian kita di angka 2.307.
Melihat masih adanya varian baru, Budi mengatakan bahwa vaksinasi serta penggunaan menjalankan protokol kesehatan masih perlu untuk dijalankan. Maka dari itu, ia mengatakan bahwa dengan menjalankan cara konservatif yakni dengan terus memakai masker diharapkan angka kasus COVID-19 terus rendah.
"Bapak Presiden meminta kita untuk memakai masker, sampai sekarang masyarakat masih terbiasa memakai masker. Negara-negara lain kan sudah pede sekali enggak pakai masker. Itu sebabnya terjadi kayak di Singapura yang naiknya (kasus) tinggi," kata Budi.
Advertisement
Kasus XBB Baru 1 di RI dan Sudah Sembuh
Satu kasus orang di Indonesia terinfeksi Omicron XBB itu saat sakit gejalanya ringan.
“Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober” jelas Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.
Kemenkes sudah melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat. Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB.
Meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19. Sebab berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.
Pendapat Epidemiolog Dicky Budiman
Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan subvarian XBB bisa membuat kasus-kasus di masyarakat meningkat, terutama kasus infeksi.
“XBB ini kemampuan menginfeksinya jauh melebihi Delta, bahkan melebihi BA.1 dan BA.2 bahkan 2 hingga 3 kali lipat.”
Subvarian XBB juga disebut menduduki posisi teratas dalam kemampuan menurunkan efikasi antibodi dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya.
“Ini yang menyebabkan orang yang sudah divaksinasi tetap bisa terinfeksi,” kata Dicky.
“Namun kabar baiknya, meskipun potensi keparahan virus ini sama atau lebih dari varian sebelumnya, tapi jika masyarakat punya modal imunitas yang memadai setidaknya 3 dosis, kita optimis aspek pelayanan kesehatan tidak akan terlalu terdampak.”
Advertisement