Kemenkes Bantah Komersialisasi Obat Fomepizole untuk Gagal Ginjal Akut

Kehadiran obat Fomepizole untuk gagal ginjal akut bukan ditujukan jualan atau komersialisasi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Nov 2022, 14:05 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2022, 14:05 WIB
Ilustrasi Fomepizole
Obat Fomepizole. (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia membantah kehadiran obat Fomepizole untuk gagal ginjal akut ditujukan buat jualan atau komersialisasi. Bantahan ini merespons adanya tudingan 'jualan obat Fomepizole' yang dilontarkan salah satu anggota Komisi IX DPR RI.

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menegaskan, obat Fomepizole diperuntukkan demi menyelamatkan pasien gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA). Terlebih, mayoritas pasien gagal ginjal akut adalah anak di bawah 5 tahun.

"Kami sampaikan tidak ada komersialiasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata mata hanya untuk menyelamatkan anak-anak," tegas Syahril melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 3 November 2022.

Obat Fomepizole merupakan jenis antidotum atau antidot (antidote). Antidotum adalah jenis obat penawar racun untuk keracunan senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Kedua senyawa tersebut berkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut. Penatalaksanaan terapi keracunan pada umumnya disebut terapi antidotum.

Fomepizole pun diberikan secara gratis kepada seluruh pasien gangguan ginjal akut. Obat ini juga sudah diujicobakan sebelumnya kepada 10 pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. 

Hasil uji coba menunjukkan perbaikan gejala dan kondisi pasen anak dengan gagal ginjal akut tidak memburuk. Ada juga pasien dalam kondisi stabil.

"Pertimbangan pemberian Fomepizol karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole. Ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala," jelas Syahril.

Atasi Gejala Gagal Ginjal Akut

Ilustrasi bidet toilet
Ilustrasi toilet. Renee Verberne/ Unsplash

Obat Fomepizole ditegaskan Mohammad Syahril, efektif mengatasi gejala gagal ginjal akut. Gejala yang dimaksud berupa diare, mual, muntah, demam selama 3 - 5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali. 

"Gagal ginjal akut ditandai frekuensi maupun volume urine berkurang gitu ya. Kemudian terakhir, betul-betul rusak sehingga tidak terjadi produksi urine. Ini masuk stadium 3 yang terjadi pada anak-anak tersebut," katanya saat Press Conference Update Penanganan Gangguan Ginjal Akut (AKI) yang disiarkan di Gedung Kemenkes RI pada Selasa, 1 November 2022.

"Nah, Fomepizole adalah obat untuk penawar atau istilahnya antidotum buat mengatasi gangguan-gangguan ini (gejala ginjal akut)."

Syahril juga mengimbau pastikan bila anak sakit cukupi kebutuhan cairan tubuhnya dengan minum air. Lalu, gejala lain yang juga perlu diwaspadai orangtua adalah perubahan warna pada urine (pekat atau kecokelatan).

Bila warna urine berubah dan volume urine berkurang dan tidak ada urine selama 6 - 8 jam (saat siang hari), orangtua diminta segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

95 Persen Pasien Membaik

karakter zodiak
ilustrasi anak bayi lucu/Photo by Pixabay on Pexels

Efektivitas obat Fomepizole, ditambahkan Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril juga ampuh. Bahwa 95 persen pasien gagal ginjal akut anak di RSCM Jakarta menunjukkan kondisi membaik.

"Penggunaan Fomepizole menunjukkan 95 persen pasien anak di RSCM itu terlihat perkembangan yang terus membaik. Artinya, efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan," pungkasnya.

Terkait stok Fomepizole. Sebanyak 146 vial obat Fomepizole sudah terdistribusikan ke 17 rumah sakit rujukan.

"Kami ingin menyampaikan bahwa sampai dengan 31 Oktober 2022, kita mendatangkan obat Fomepizole  sebanyak 146 vial dan sudah kita sebarkan di 17 rumah sakit yang ada di Indonesia ini," lanjut Syahril.

"Jadi rumah sakitnya ada di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Aceh, Yogyakarta, Sumatera Barat, Sumatera Utara sampai ke Sumatera Selatan. Jadi sudah ada 146 vial yang sudah kita distribusikan."

Selain itu, Pemerintah juga masih mempunyaia stok obat Fomepizole sejumlah 100 vial. Artinya, jumlah akumulatif stok Fomepizole sejumlah 246 vial.

"Kita masih mempunyai stok 100 vial lagi dan kita total sebanyak 246 vial sudah mendatangkan obat Fomepizol atau obat penawar untuk gagal ginjal akut," sambung Syahril.

Tudingan 'Jual Obat'

Perempuan Wajib Tahu, Inilah Efek Jangka Panjang Suntik Botox
Suntik (Foto: Pexels/Gustavo Fring)

Anggota Komisi IX DPR Irma Suryani Chaniago mengkritisi Pemerintah soal obat Fomepizole. Sebab, ada obat Fomepizole yang didatangkan secara pembelian dari luar negeri.

Padahal, menurut Irma, penyebab penyakit gagal ginjal akut belum jelas. Hal ini disampaikannya saat Rapat Kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 2 November 2022.

"Jangan belum apa-apa beli obat ke sana kemari, Pak (Menkes Budi Gunadi). Saya enggak setuju nih," ucapnya.

Irma juga khawatir dengan pembelian obat Fomepizole akan menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa Pemerintah 'jual obat.' Selain itu, hal itu justru bakal menambah daftar panjang menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada Pemerintah.

Pada akhirnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan dirugikan nantinya.

"Tapi jangan kemudian sudah mengobral statement (pernyataan) ke mana-mana mau beli obat ke negara A, B, C, D. Ini kan menimbulkan pertanyaan dari publik, ini mau jualan obat lagi nih," pungkasnya.

"Kasihan Presiden kita, kalau politik sudah digunjingin di mana-mana, tapi pembantu-pembantunya enggak menjaga nama baik Presiden."

Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak
Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya