Menangis Saat Tidur Bisa Terjadi, Pemicunya Stres hingga Mimpi Buruk

Menangis saat tidur dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya stres dan mimpi buruk.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Nov 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2022, 06:00 WIB
Tidur - Vania
Ilustrasi Tidur Sambil Menangis /https://unsplash.com/Benjamin Combs

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda bangun tidur dan menyadari bahwa Anda baru saja menangis? Menangis ketika tidur dapat terjadi pada semua orang dari segala usia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.

Bayi cenderung menangis dalam tidurnya karena tidak terbiasa bertransisi dari satu tahap tidur ke tahap berikutnya. Namun, seiring pertumbuhannya, ia lebih jarang bangun, yang memungkinkan orangtuanya mendapatkan tidur yang layak.

Sementara orang dewasa yang lelah secara emosional atau mental, dan telah melalui pengalaman traumatis baru-baru ini dapat meneteskan air mata saat tidur dan saat bangun tidur.

Pada lansia, perubahan fisik, gejala demensia, hal-hal yang berhubungan aspek mental dan emosional dari penuaan, dan stres akibat transisi kehidupan dapat menyebabkannya menangis ketika tidur.

Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa seseorang dapat menangis saat tidur menurut situs Verywell Mind.

1. Transisi Tahap Tidur

Ketika bayi lahir, ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan siklus tidur barunya. Terdapat enam tahap tidur. Rapid Eye Movement (REM) adalah satu dari enam tahap tersebut. Ini juga disebut sebagai tidur ringan. Bayi menghabiskan lebih banyak waktu tidur REM daripada orang dewasa.

Bayi menangis dalam tidurnya karena ia tidak terbiasa beralih dari tidur nyenyak ke tidur ringan. Transisi ini dapat mengganggunya, menyebabkan bayi bangun sambil menangis, meski terkadang, ia tetap tenang dan terus tidur.

2. Teror Malam

Bayi Bangun Tidur Menangis
Bayi Bangun Tidur Menangis

Teror malam adalah parasomnia yang tidak dapat diingat ketika bangun. Anak-anak mengalami ini lebih sering daripada orang dewasa.

Teror malam paling sering terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun. Diperkirakan 30 persen anak laki-laki dan perempuan mengalami teror malam. Teror malam bisa memakan waktu mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit.

Ini dapat meliputi bergerak terus-terusan saat tidur, berteriak, atau tidur berjalan. Teror malam juga dapat menyebabkan menangis dalam tidur dan saat bangun. Frekuensi teror malam menurun secara signifikan pada usia 10 tahun.

3. Mimpi buruk

Anda mungkin ingat memiliki lebih sering mengalami mimpi buruk ketika masih kecil dibanding saat dewasa. Namun, tetap saja hal ini dapat dialami oleh orang dari segala usia.

Bangun dari mimpi buruk dapat membuat seseorang merasa ketakutan, kesal, terguncang, dan gelisah. Bahkan terkadang, mimpi buruk bisa begitu intens sehingga menyebabkan seseorang bangun sambil menangis.

4. Kecemasan dan Stres

Ilustrasi Tidur
Ilustrasi tidur (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Baik masalah pekerjaan, hubungan romantis, keluarga, kesulitan finansial atau masalah kesehatan dapat menyebabkan stres.

Tubuh akan memproses segala masalah sulit yang Anda hadapi. Ketika otak mengatasi ketegangan luar biasa yang terjadi dalam hidup, stres dan kecemasan yang Anda rasakan dapat bermanifestasi sebagai tangisan di waktu tidur.

5. Menekan Emosi atau Kesedihan

Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan kesedihan. Beberapa orang dapat mengekspresikan emosinya dengan mudah, mencari bantuan tanpa banyak hambatan, dan dapat move on dengan cepat.

Sementara yang lain mungkin lebih suka mengabaikan atau menekan perasaannya dan menarik diri dari orang lain. Orang tersebut cenderung bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Ia aktif dan sibuk di siang hari. Hasilnya, emosi yang menumpuk itu muncul sebagai masalah tidur.

Tidak ada cara yang tepat untuk berduka atas kehilangan orang yang dicintai. Menangis dalam tidur mungkin merupakan cara alami tubuh Anda untuk menangani pengalaman pahit tersebut.

6. Demensia

Mimpi Buruk dan Teror pada Malam Hari Itu Sama
Ilustrasi Mimpi Buruk Credit: pexels.com/Monica

Demensia dihubungkan dengan gangguan tidur. Para peneliti mengatakan itu disebabkan oleh disregulasi siklus tidur-bangunnya yang disebabkan oleh degenerasi hipotalamus dan batang otak.

Seseorang yang menderita demensia disebut mengalami kesulitan tidur serta lebih sering di siang hari. Ia juga menjadi lebih mudah tersinggung di malam hari dan sering bangun sepanjang malam.

7. Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan tidur yang meliputi tidur berjalan dan berbicara dalam tidur. Seseorang yang mengalami parasomnia akan secara fisik memerankan mimpinya dalam kehidupan nyata, termasuk menangis. Jika salah satu anggota keluarga Anda memiliki gangguan tidur ini, kemungkinan besar Anda juga mengalaminya.

Parasomnia dapat diperburuk oleh stres, kecemasan, dan perubahan besar pada kebiasaan tidur.

8. Depresi

Depresi adalah gangguan suasana hati yang berhubungan dengan perasaan sedih, putus asa, serta kehilangan minat berkelanjutan dalam kegiatan yang dulunya dianggap menyenangkan.

Sebanyak tujuh puluh lima persen orang dengan depresi mengalami masalah tidur. Salah satu gejala depresi adalah menangis tanpa alasan yang jelas.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya