Cegah Flu Burung H5N1, Masih Efektifkah Vaksin Influenza Hingga Kini?

Belakangan di tengah munculnya temuan kasus flu burung H5N1 (Clade 2.3.4.4b) pada manusia, Anda mungkin ikut mempertanyakan soal keampuhan dari vaksin influenza sebagai bentuk proteksi.

oleh Diviya Agatha diperbarui 06 Mar 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi Vaksin
Ilustrasi Vaksin. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Liputan6.com, Jakarta Vaksin menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari berbagai penyakit. Dalam hal flu, vaksin influenza telah lama menjadi primadonanya.

Belakangan di tengah munculnya temuan kasus flu burung H5N1 (Clade 2.3.4.4b) pada manusia, Anda mungkin ikut mempertanyakan soal keampuhan dari vaksin influenza sebagai bentuk proteksi.

Lantas, masih efektifkah vaksin influenza untuk melindungi diri hingga kini, terutama saat temuan kasus flu burung H5N1?

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengungkapkan bahwa sejauh ini vaksin khusus untuk mencegah flu burung H5N1 belum ada.

Sedangkan untuk vaksin influenza yang sudah ada lebih ditujukkan untuk virus flu burung atau H1N1. Terlebih lagi, menurut Erlina, industri vaksin biasanya belum akan bergerak jika temuan kasusnya masih minim.

"Sejauh yang saya tahu, vaksin influenza untuk H1N1 ya, influenza pada manusia. Tapi untuk H5N1 belum ya, tidak. Jadi masih perlu dikembangkan lagi, mesti ada penelitian lagi, uji klinis, dan lain-lain," ujar Erlina dalam webinar Kewaspadaan Penyakit Flu Burung H5N1 bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDIP) ditulis Senin, (6/3/2023).

"Biasanya kalau kasusnya masih satu dua, industri (vaksin) belum bergerak. Tapi begitu banyak, baru rebutan untuk neliti H5N1 ini," tambahnya.

Erlina menambahkan, terkait desas-desus Favipiravir bisa dijadikan obat untuk flu burung H5N1 sendiri belum ada pembuktian lebih lanjut. Mengingat memang belum ada obat khusus yang diciptakan untuk mencegah flu burung H5N1.

"Dulu di Jepang (Favipiravir) pernah dicoba. Tapi sebetulnya Favipiravir biasanya dipakai untuk flu biasa, bukan untuk flu burung," kata Erlina.

Tak Perlu Langsung Panik Jika Ada Unggas Mati

Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Eks Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama. Menurut Tjandra, masyarakat tidak perlu langsung panik jika menemukan ada unggas yang mati.

Mengingat belum tentu kematian unggas di lingkungan sekitar itu disebabkan oleh flu burung H5N1. Sehingga, baiknya penyebab itu dicari tahu lebih dulu.

"Kalau ada ayam yang mati di satu tempat, maka turunlah bersama-sama petugas kesehatan hewan dan petugas puskesmas. Jadi kalau ada ayam mati, belum tentu itu karena flu burung. Turunlah dulu bersama-sama (untuk mencari tahu)," ujar Tjandra.

Tjandra menambahkan, saat menemukan ada unggas yang mati tiba-tiba, maka hindari untuk menyentuhnya atau menguburnya. Lebih baik untuk menghubungi langsung saja dinas kesehatan hewan untuk menganalisa.

Curiga Ada Pasien dengan Gejala Flu Burung

Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Sedangkan jika memang ada seseorang yang dicurigai mengalami flu burung, Tjandra menyarankan untuk mencari tahu itu bersama petugas puskesmas apakah memang ada keterkaitan penularan dari unggas.

"Kalau ada orang yang sakit dicurigai flu burung, mudah-mudahan jangan ada, maka turunlah petugas puskesmas dan kesehatan hewan untuk melihat apakah ada kemungkinan penularan dari unggas. Itu yang kita lakukan," kata Tjandra.

Lebih lanjut Tjandra menambahkan, memang untuk kondisi seperti saat ini, ada kelompok yang dianggap berisiko tinggi. Kelompok itu tentunya orang-orang yang harus kontak langsung dengan unggas.

"Risiko lebih tinggi tentu yang kontak langsung dengan unggas itu. Sejauh ini memang berbagai jenis unggas. Utamanya ayam dan bebek," ujar Tjandra.

Kelompok Berisiko Tinggi

Flu Burung
Virus Flu Burung (Foto: Fox News)

Erlina mengungkapkan bahwa pada kelompok yang masuk kategori berisiko tinggi seperti harus kontak dengan unggas, penting untuk melakukan perlindungan dengan cara sederhana.

Seperti tetap menggunakan masker dan sarung tangan. Erlina menambahkan, penting pula untuk tidak lupa mencuci tangan terutama saat hendak menyentuh bagian wajah atau mata.

"Orang yang memang pekerjaannya harus kontak dengan unggas, pakai masker. Pakai sarung tangan, dan kemudian kalau tidak sengaja berkontak, cuci tangan pakai disinfektan dan jangan menyentuh wajah atau gosok mata sebelum tangannya di cuci," ujar Erlina.

"Itulah yang harus dilakukan, dan kalau orang-orang yang tidak harus kontak dengan unggas, jangan iseng-iseng saja kontak sama unggas," tambahnya.

Infografis Ragam Tanggapan Wacana Vaksin Booster Berbayar di Masa Endemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Wacana Vaksin Booster Berbayar di Masa Endemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya