Liputan6.com, Jakarta - Pada masa momen Lebaran Idul Fitri biasanya mobilitas masyarakat terbilang tinggi, terutama bepergian ke tempat-tempat wisata atau berkunjung ke rumah sanak saudara untuk bersilaturahmi. Namun, di tengah status pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, masyarakat diharapkan tetap berhati-hati.
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengaku khawatir jika imunitas masyarakat tidak baik tatkala mobilitas tinggi masa Lebaran 2023, sehingga dapat terjangkit varian COVID Arcturus. Terlebih lagi, subvarian Omicron ini menjadi penyebab lonjakan kasus di India dan Singapura.
Baca Juga
"Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beberapa waktu lalu telah mengumumkan adanya temuan varian COVID Arcturus. Varian ini membuat kasus COVID-19 di Singapura melonjak," kata Edy melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (21/4/2023).
Advertisement
"Kita lihat, di Indonesia sendiri, momen Idul Fitri biasanya mobilitas tinggi."
Masyarakat Diminta Tidak Lengah
Adanya ancaman varian Arcturus, Edy meminta masyarakat tidak lengah walaupun temuan kasus subvarian ini di Indonesia belum diketahui apakah akan membuat kasus COVID-19 melonjak atau tidak.
“Meski PPKM sudah dicabut dan beberapa bulan kondisi COVID-19 cukup landai, kita harus waspada. Pemerintah dan masyarakat diharapkan tidak lengah," lanjutnya.
"Sebab, varian Arcturus ini belum tahu, apakah dapat membuat kasus COVID-19 di Indonesia akan kembali melonjak atau tidak. Meski selama ini varian baru yang sudah ada tidak menimbulkan lonjakan kasus secara signifikan."
Terapkan Protokol Kesehatan di Ruang Publik dan Transportasi Publik
Menteri BUMN Erick Thohir saat hadir di Stasiun Pasar Senen meninjau pelayanan kereta api jarak jauh di H-4 Hari Raya Idul Fitri juga mengingatkan masyarakat untuk melengkapi vaksin sebelum pulang kampung, dan senantiasa menerapkan protokol kesehatan di ruang publik dan transportasi publik.
Hal ini menyusul adanya varian baru COVID Arcturus dan peningkatan kasus positif di Indonesia dalam beberapa hari terakhir jelang Lebaran 2023.
"Soal vaksin, saya rasa pemerintah telah melakukan dua hal. Satu, kalau di tempat atau kendaraan umum kita kerahkan untuk memakai masker, sementara kalau di ruang terbuka tidak masalah," kata Erick, Selasa (18/4/2023).
"Kita lihat sekarang kondisi varian baru di luar negeri juga harus diantisipasi. Tentu Pemerintah mendorong bagi mereka yang belum vaksin atau yang baru (vaksin) dua kali, kita harapkan vaksin."
Harus Terus Waspada dengan Mematuhi Protokol Kesehatan
Success story Indonesia, menurut Erick adalah ketika masyarakat dan pemerintah berkolaborasi untuk melawan COVID.
"Kondisi sekarang sudah membaik, tapi kita harus terus waspada dengan mematuhi protokol kesehatan," imbuhnya.
Sementara itu, aturan lengkap terkait vaksin untuk penumpang kereta api jarak jauh (KAJJ) dapat disimak pada Surat Edaran Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kesehatan.
Advertisement
7 Kasus COVID Arcturus di Indonesia
Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengatakan, bahwa COVID Arcturus atau subvariant XBB.1.16 bertambah lima sehingga totalnya jadi tujuh kasus.
“Arcturus ini menjadi tujuh orang,” ujar Syahril dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/4/2023).
Sebelumnya, kasus Arcturus ada dua kasus. Kasus pertama memiliki Riwayat perjalanan luar negeri dari India. Sedangkan kasus kedua merupakan kasus lokal.
Sedangkan, tambahan lima kasus baru dua di antaranya berasal dari Surabaya dan tiga lainnya di Jakarta. Kabar baiknya, seluruh kasus gejalanya ringan.
“Alhamdulillah, semuanya gejala ringan," sambung Syahril.
Kenaikan Kasus COVID karena Ada Subvarian Baru
Syahril menambahkan, kenaikan kasus COVID-19 biasanya memang karena subvarian baru. Seperti kenaikan yang terjadi di 29 negara, lima di antaranya adalah India, Brunei, Singapura, Malaysia, dan Australia. Varian Arcturus sendiri disebut asal mulanya dari India.
Sedangkan, kenaikan kasus di Indonesia terjadi dalam satu minggu terakhir.
“Berita gembiranya, walau kasus naik tapi angka kematian belum melebihi batas standar WHO (organisasi kesehatan dunia),” ujar Syahril.
Kewaspadaan Terhadap Varian Arcturus
Mohammad Syahril menambahkan, sejak viralnya varian Arcturus di luar negeri, Kemenkes sudah memberikan peringatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Ia pun menjelaskan soal gejala varian Arcturus yang hampir sama dengan COVID-19 varian sebelumnya yakni Delta dan Omicron.
“Batuk paling banyak, demam, nyeri tenggorokan. Memang ada gejala khas, mata kemerahan ada kotoran mata seperti yang terjadi di luar negeri, tapi tidak di semua kasus, jadi jangan dijadikan patokan,” ujar Syahril.
Gejala Lain Varian Arcturus
Gejala lainnya, yakni terkait nafsu makan dan sakit badan. Untuk itu, Syahril menyarankan masyarakat untuk tetap pakai masker terutama saat mudik.
“Direkomendasikan pada orang-orang yang merasa sakit atau untuk menjauhi orang-orang yang sedang sakit sehingga penularan bisa dicegah," ucapnya.
Advertisement