Liputan6.com, Jakarta - Upaya adopsi Artificial Intelligence (AI) untuk penanganan COVID-19 di 21 Negara Anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau yang dinamakan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) ternyata masih terbentur soal berbagi data (data sharing) virus.
Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Anto Satriyo Nugroho mengakui, tidak mudah mencapai kesepakatan antar negara APEC untuk saling berbagi data. Terlebih lagi data genomik yang memuat lineage virus.
Baca Juga
Dalam hal ini, masih memerlukan upaya dan proses panjang untuk mencapai kesepakatan penuh berbagi data. Walau begitu, Anto menilai berbagi data antar negara sangat dibutuhkan.
Advertisement
"Data sharing itu perlu. (Kesepakatan) itu adalah suatu hal yang membutuhkan waktu karena kan kita bukan main sulap, tapi memang proses data sharing itu memerlukan waktu," terang Anto menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat diskusi 'Pengembangan dan Adopsi AI dalam Penanganan COVID-19' di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
"Kemudian memerlukan upaya untuk pemahaman AI dari seluruh pihak terutama negara yang bersangkutan."
Perlunya Sharing Data Genomik
Anto melanjutkan, kesepakatan berbagi data virus masih terus diupayakan di negara-negara APEC.
"Ini yang sedang dilakukan dan akan terus dilakukan. Karena bukan hanya untuk satu hari ya, tapi untuk yang seterusnya, baik data riset, data X-ray, data genomik apalagi ya," lanjutnya.
"Saya pikir data genomik virus perlu disharing."
Berbagi Data untuk Pengembangan Sistem
Berbagi data genomik, menurut Anto Satriyo Nugroho, perlu pemahaman bersama bahwa hal itu bertujuan untuk pengembangan sistem, bukan semata-mata disebarluaskan.
"Perlunya dishare data tersebut ya tujuannya itu untuk pengembangan sistem dan bukan untuk disebarluaskan," pungkasnya.
Perkuat Bidang Keamanan Data
Yang saat ini menjadi perhatian adalah bagaimana memperkuat bidang keamanan data. Jangan sampai data kesehatan bocor.
"Cuma saat ini, konsekuensinya kita harus memperkuat di bidang security-nya (keamanan) ya. Karena kalau data itu bocor, identitas orang bocor," kata Anto.
"Dan itu mungkin saya setuju bahwa data sharing itu perlu dan sekarang (persetujuan bersama) belum selesai dan itu masih terus diupayakan."
Advertisement
Peluang Kerja Sama AI dengan APEC
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membuka peluang kerja sama dengan anggota ekonomi APEC untuk memperkuat riset, khususnya di bidang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk kesehatan.
"Kami membuka peluang kerja sama dengan negara-negara ekonomi APEC, melalui penggunaan fasilitas riset bersama dan juga skema mobilitas periset," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam sambutannya pada APEC Workshop 'Application of Artificial Intelligence to Accelerate the Mitigation of COVID-19 Pandemic' pada Selasa (9/5/2023).
"Kami memiliki beberapa skema yang terbuka untuk siapa saja, misalnya skema visiting researcher dan post-doctoral."
Artificial Intelligence Janjikan Atasi Permasalahan
Handoko menekankan, masih banyak tantangan dalam pengembangan dan adopsi AI di bidang kesehatan. AI tentu saja sangat menjanjikan untuk mengatasi permasalahan yang sudah terbukti digunakan di banyak teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita harus melaksanakan riset terkait AI dengan hati-hati. Karena ini berkaitan dengan kehidupan manusia, keselamatan, dan kode etik ketika kita akan mengadopsi AI di bidang kesehatan," tegasnya.
Ide Negara APEC Harus Diapresiasi
Laksana Tri Handoko menambahkan, berbagai ide harus diapresiasi dalam APEC Workshop 'Application of Artificial Intelligence to Accelerate the Mitigation of COVID-19 Pandemic.'
"Tapi kita harus menjamin dalam pembuktian konsep yang mendasarinya (proof of concept). Kemudian harus terbukti secara saintifik, dan kita harus yakin bahwa semua aspek harus sesuai dengan regulasi yang ada," tambahnya.
Identifikasi Varian Virus
Handoko melanjutkan, BRIN turut andil dalam mengatasi pandemi COVID-19 di Indonesia dan juga berkontribusi untuk dunia.
Misalnya, dengan mengidentifikasi varian virus menggunakan fasilitas Whole Genome Sequencing (WGS) dan mengirimkannya ke lembaga global GISAID.
"Kami juga melakukan pengembangan suplemen dan obat-obatan, alat kesehatan, termasuk kegiatan uji klinis, dan sebagainya," terang Handoko.
Adapun tujuan APEC workshop untuk mendiskusikan, mengevaluasi, dan mengeksplor pengembangan dan adopsi potensial dari AI dalam mitigasi dan juga mengatasi pandemi serupa di masa mendatang.
Advertisement