Buat yang Sering Makan Sembarangan, Awas Risiko Kanker Ovarium

Anjuran makan sehat tentu bukan dibuat tanpa sebab. Dokter pun menjelaskan alasan di baliknya, terutama dalam kaitannya dengan kanker ovarium.

oleh Diviya Agatha diperbarui 27 Mei 2023, 18:01 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2023, 18:01 WIB
Ilustrasi Penyakit Kanker
Gaya hidup yang buruk lewat makan sembarangan menjadi salah satu faktor risiko kanker ovarium. Ilustrasi: pexels.com/Tom

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin sudah tak asing dengan anjuran makan sehat. Terkadang, anjuran tersebut bisa terasa mengganggu dan bikin kesal karena Anda harus belajar adaptasi dengan makanan yang lebih bersih dan sehat.

Namun, anjuran makan sehat tentu bukan dibuat tanpa sebab. Dokter spesialis ginekologi onkologi, Toto Imam Soeparmono pun menjelaskan alasan di baliknya. Terutama dalam kaitannya dengan kanker ovarium.

Toto mengungkapkan bahwa senyawa kimia yang Anda masukan dalam mulut yang salah satunya bisa dari makanan itu berperan dalam menyebabkan sel kanker dalam tubuh menjadi aktif.

"Senyawa-senyawa kimia yang tidak sengaja dimasukan lewat mulut, kemudian berjalan lewat usus, di usus terjadi mutasi. Sehingga senyawa kimia berada di dalam darah dan bikin kanker di mana-mana," kata Toto dalam acara Kampanye 10 Jari Kanker Ovarium bersama AstraZeneca, Sabtu (27/5/2023).

"Pada perempuan, salah satunya kanker ovarium dan kanker payudara. Makanya harus hati-hati makan," sambungnya.

Banyak Senyawa Kimia dalam Makanan

Toto mengambil contoh dengan makan bakso yang sudah dipakaikan boraks untuk mengenyalkan daging. Belum lagi, ketika makannya sambil dikasih saus yang sudah mengandung pewarna dan micin yang berlebihan.

"Mohon maaf ya, saya ambil contoh bakso saja deh. Semangkuk bakso, ada pentolnya, ada yang dia pakai boraks untuk mengenyalkan daging. Kasih saus, warnanya pakai pewarna kain," kata Toto.

"Kemudian minyak dan lagi micinnya banyak gak tanggung-tanggung. Pasti saat membuat kuahnya sudah pakai micin, tapi orang ambil minta micin lagi. Coba, semangkuk isi senyawa kimianya banyak sekali."

Mi Instan dan Rokok Juga Masuk Pemicu Kanker Ovarium

Ilustrasi Mi Instan
Konsumsi mi instan dan kebiasaan merokok turut berkontribusi sebagai faktor risiko kanker ovarium. Hal tersebut karena adanya senyawa kimia tinggi di dalam keduanya. (pixabay.com)

Lebih lanjut Toto menambah contoh lain dengan konsumsi mi instan dan kebiasaan merokok. Menurutnya, konsumsi mi instan memang masih diperbolehkan jika hanya sesekali saja.

"Boleh kalau sebulan makan mi instan itu sekali saja. Tapi ingat, ada yang merokok. Belum lagi semangkuk bakso. Coba bayangkan berapa banyak senyawa kimia yang masuk dalam tubuh orang itu," kata Toto.

Terlebih lagi, deteksi dini untuk kanker ovarium sendiri masih sulit dilakukan. Itulah mengapa kanker ovarium seringkali disebut sebagai silent killer.

"Kalau ovarium itu silent killer, susah deteksinya," kata Toto.

Sejauh ini, seseorang yang punya riwayat keluarga kanker ovarium dianggap bisa lebih berhati-hati. Mengingat kanker ovarium bisa diturunkan dari orang yang satu darah dengan pasien.

Gimana Biar Tahu Kanker Ovarium Lebih Awal?

Talk Show Kampanye 10 Jari Kanker Ovarium AstraZeneca
dr Toto Imam Soeparmono (kedua dari kanan) saat menjelaskan soal faktor risiko kanker ovarium yang berlangsung pada Sabtu, (27/5/2023) | Foto: Dokumentasi AstraZeneca Indonesia

Selain itu, menurut Toto, cara paling mudah untuk melakukan deteksi dini kanker ovarium adalah dengan rutin melakukan USG dan pemeriksaan CA 125.

"Deteksi yang paling gampang tentunya dengan USG. Indung telur yang normal itu tiga sentimeter. Kalau kalian lihat indung telur menjadi lima sentimeter, ada sesuatu yang tidak beres," kata Toto.

Sedangkan khusus untuk CA 125 bisa diketahui jika hasilnya melebihi 35 U/mL. Saat kadar tersebut berada di atasnya, maka seseorang dapat dikatakan punya 70 persen risiko terkena kanker ovarium.

Pasien Kanker Ovarium dari Usia Muda hingga Tua

Talk Show Kampanye 10 Jari Kanker Ovarium AstraZeneca
dr Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk saat menjelaskan soal kanker ovarium pada Sabtu, (27/5/2023) | Foto: Dokumentasi AstraZeneca Indonesia

Toto mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien kanker ovarium terdeteksi pada usia lanjut atau 50 ke atas. Namun belakangan banyak pasien kankernya yang juga masih berada di usia muda.

"Kebanyakan di sekitar umur 50. Tapi sekarang sudah banyak muda-muda yang saya tangani. Kasihan, belum menikah, kena kanker," ujar Toto.

Padahal, Toto menyebut jikalau penanganan kanker ovarium sebenarnya jauh lebih mudah jika terdeteksinya masih pada stadium awal.

"Gampang menangani tergantung stadium ketika datang. Makin dini, makin awal, tentu makin mudah karena belum terjadi perlengketan, penyebaran kemana-mana. Sehingga angka harapan hidupnya jadi lebih besar," pungkasnya.

Itulah mengapa deteksi dini dianggap penting untuk keberlangsungan hidup pasien.

Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia
Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya