Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda ingin anak-anak Anda berhasil dalam hidup, ajarkan mereka untuk menjadi kuat secara mental, ucap psikoterapis Amy Morin.
Anak-anak yang kuat secara mental lebih siap untuk menangani tantangan dengan percaya diri, dan mereka lebih mungkin mengembangkan ketahanan untuk bangkit kembali dari kegagalan, penelitian menunjukkan.
Baca Juga
Membangun kekuatan mental anak dimulai dengan memperhatikan bagaimana ia berpikir, merasakan, dan bertindak, kata Morin, pemimpin redaksi Verywell Mind dan pembawa acara The Verywell Mind Podcast.
Advertisement
Kemudian, curahkan waktu dan kesabaran untuk menyingkirkan kebiasaan buruk dan memperkuat kebiasaan baik hingga itu terasa alami.
Itu berarti selalu ada ketika anak mengalami kesulitan dan gagal untuk membantunya menilai apa yang salah dan mendorongnya bangkit kembali, jelas Morin.
"Ketika mereka mengacau, mereka membutuhkan bantuan untuk mencari tahu, 'Bagaimana saya belajar dari kesalahan ini?' Atau, 'Bagaimana saya bisa melakukan yang lebih baik?' daripada berpikir, 'Yah, jelas, ini tidak dimaksudkan untuk saya,' dan menyerah, "katanya kepada CNBC Make It.
Mengetahui apa yang tidak pernah dilakukan anak-anak dengan mental kuat dapat membantu Anda mengidentifikasi jenis perilaku tidak sehat yang mungkin menghalangi anak Anda. Berikut adalah tujuh di antaranya, menurut Morin.
"Ketika anak mengacau, ia membutuhkan bantuan untuk mencari tahu, 'Bagaimana saya belajar dari kesalahan ini?' Atau, 'Bagaimana saya bisa melakukan yang lebih baik?' daripada berpikir, 'Yah, jelas, saya tidak berbakat' dan menyerah," sambungnya.
Mengetahui apa yang tidak pernah dilakukan anak-anak bermental kuat dapat membantu Anda mengidentifikasi jenis perilaku tidak sehat yang mungkin menghalangi anak tumbuh. Berikut adalah empat hal yang dilakukan anak bermental kuat menurut Morin:
1. Berani Mencoba Hal-hal Baru
Anak-anak sering takut untuk mencoba hal-hal baru, seperti olahraga atau bermain musik, karena tidak berpikir bahwa mungkin saja dia memiliki bakat di bidang tersebut, tutur Morin.
Atau, ada juga yang mencoba sekali dan langsung menyerah karena merasa kesulitan atau hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
Padahal, mencoba hal-hal baru dan sulit dapat membuat anak belajar keterampilan baru dan memberikan pelajaran penting dalam menghadapi kegagalan, ujar Morin.
Ajari anak-anak Anda agar tidak takut gagal, ingatnya. Bantu ia mengetahui betapa frustasinya jika gagal, dan berikan kata-kata penghibur agar ia tak patah semangat.
Puji anak untuk upaya yang dicurahkan, terlepas dari apa pun hasilnya, kata Morin. Jika Anda hanya memberikan pujian ketika anak mendapat nilai sempurna saat tes atau ketika ia menang lomba, anak akan cenderung mudah patah semangat saat mencoba hal baru yang belum dikuasainya.
"Pastikan anak tahu bahwa Anda bangga dengan fakta bahwa ia ada di luar sana dan mau berusaha keras," Morin menjelaskan.
Advertisement
2. Berani Mengakui Kesalahan
Anak-anak mungkin berbohong agar tidak dimarahi orangtuanya. Ketakutan untuk mengakui kesalahan dapat mendorong anak-anak untuk melakukan berbagai hal guna menutupinya. Buatlah anak paham bahwa tidak apa-apa untuk membuat kesalahan, dan bahwa ia tidak perlu menyembunyikannya.
Alih-alih memberi hukuman, buat anak belajar dari kesalahannya, kata Morin, menyarankan untuk lebih terbuka serta mendiskusikan kesalahan yang diperbuat dan bertanya apa yang bisa diperbaiki.
"Pujilah ia karena mau berkata jujur alih-alih memarahinya karena kesalahannya," tangkas Morin.
3. Tidak Menyembunyikan Perasaan
Ketika mengalami kesulitan, membiarkan anak menyuarakan perasaan sedihnya dapat membantunya menerima kekecewaan dan move on. Meski Anda ingin buru-buru menghibur anak, Morin mengatakan, Anda tidak boleh mengabaikan perasaannya.
"Tidak apa-apa membiarkan anak-anak sedih untuk sementara waktu," katanya. Yang perlu diingat adalah fase ini bersifat sementara. "Anda tidak mau anak terjebak dalam siklus di mana ia mulai melebih-lebihkan betapa buruknya itu, dan mulai memprediksi bahwa ia tidak akan pernah berhasil."
Hiburlah jika anak Anda mulai berpikiran negatif seperti itu.
4. Tidak Merendahkan Orang Lain
Meremehkan orang lain untuk membuat diri Anda merasa lebih baik adalah tanda harga diri yang rendah. Ini juga bisa menyebabkan anak mengembangkan reputasi sebagai 'anak nakal', kata Morin, dan merusak hubungannya dengan anak-anak lain.
Jika mendengar anak Anda merendahkan orang lain, ajaklah ia mengobrol dan pahami isi hatinya. Bisa saja anak sedih tentang hal lain, atau ia dipermalukan dan ingin melakukan hal yang sama ke orang lain guna mengalihkan perhatian dari perasaannya sendiri.
Kemudian, bantu anak mencari tahu bagaimana ia bisa menangani situasi secara berbeda. "Kita harus mengajari anak bahwa ada banyak cara untuk memecahkan masalah selain solusi pertama yang muncul di kepalanya,"Â ujar Morin.
Perilaku ini juga mungkin saja terjadi karena Anda secara tidak sengaja mengajarkannya kepada anak. Jika demikian, bertanggung jawablah dan akui kepada anak bahwa Anda salah karena sudah mengolok-olok orang. Dengan begitu, anak juga akan menyadari kesalahannya dan berubah ke arah yang lebih baik.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement