AI Bantu Diagnosis Kanker Payudara Lebih Efektif dan Personal

Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) melihat adanya potensi kecanggihan AI untuk pencitraan payudara.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 16 Feb 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2025, 08:00 WIB
Mammogram Berbasis AI Berpotensi Bantu Diagnosis Kanker Payudara Lebih Efektif dan Personal
Mammogram Berbasis AI Berpotensi Bantu Diagnosis Kanker Payudara Lebih Efektif dan Personal. Foto dibuat oleh AI.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara adalah keganasan tertinggi pada perempuan di seluruh dunia (11,6 persen) menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bahkan, RS Sardjito Yogyakarta mencatat bahwa sejak tahun 2008 sampai 2021, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami oleh pasien kanker.

Sayangnya, kebanyakan pasien baru sadar mengidap kanker tersebut setelah kondisinya parah.

Berangkat dari situasi ini, dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) melihat adanya potensi kecanggihan AI untuk pencitraan payudara.

Dosen Radiologi-Pencitraan Payudara dan Reproduksi Perempuan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM itu meneliti soal mammogram berbasis AI.

“Analisis mamogram berbasis AI sudah mengungguli model penilaian risiko tradisional berdasarkan riwayat pribadi dan keluarga. Pendekatan skrining yang lebih personal dan berbasis risiko, dengan memanfaatkan teknologi terbaru, dapat meningkatkan deteksi dan penanganan kanker payudara,” kata Lina dalam pidato Jabatan Guru Besar dirinya yang berlangsung di Balai Senat UGM, Selasa, 13 Februari 2025.

Pada upacara pengukuhan tersebut, Lina menyampaikan pidato berjudul Masa Depan Radiologi dalam Penguatan Strategi Pengelolaan Kanker Payudara. Dalam pemaparannya, Lina menyebutkan, beberapa tahun terakhir, modalitas pencitraan payudara lainnya, seperti Breast Computerized Tomography (BCT), telah dikembangkan. Selain itu, penelitian awal mengenai Electrical Impedance Tomography (EIT) telah dilakukan di Indonesia.

 

USG dengan Dukungan AI

Teknologi EIT memiliki resolusi pencitraan yang lebih rendah dibandingkan dengan USG. Namun EIT mampu membedakan lesi solid dan kistik. Ini diharapkan dapat lebih dikembangkan sebagai modalitas pencitraan payudara.

“Kedua teknologi tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan mamografi,” paparnya.

Menurut Lina, mamografi adalah metode skrining yang paling umum digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Keberhasilan program skrining berbasis populasi dan pengembangan metode lokalisasi lesi payudara preoperasi menyebabkan peningkatan pemanfaatan mamografi.

Salah satu opsi yang kini juga dikembangkan untuk mendeteksi kanker payudara adalah melalui perangkat USG yang didukung oleh AI.

 

Bukan Upaya Menggantikan Dokter

Di era digital seperti sekarang, lanjut Lina, perkembangan artificial intelligence diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Bidang radiologi juga tidak luput dari cengkeraman AI.

Lina menegaskan bahwa penggunaan AI di bidang radiologi bukanlah upaya menggantikan dokter spesialis radiologi.

Sebaliknya, AI adalah suatu alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan dokter spesialis radiologi sehingga dapat meningkatkan fokus terhadap pasien dan bahkan memunculkan peluang untuk mengembangkan keahlian dalam penatalaksanaan deteksi kanker payudara.

 

Inovasi Medis Penanganan Kanker Payudara

Perempuan Indonesia memang masih dihadapkan dengan risiko kanker payudara. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis kanker dengan kasus terbanyak di Tanah Air.

Lebih dari 65.000 kasus baru muncul setiap tahunnya. Sayangnya, banyak pasien yang baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga membutuhkan tindakan bedah yang lebih kompleks.

Salah satu inovasi medis yang berkembang untuk menangani kanker payudara dengan tetap menjaga kualitas hidup pasien adalah bedah onkoplastik. Ini adalah pendekatan modern dalam operasi kanker payudara, yang tidak hanya berfokus pada pengangkatan tumor tetapi juga mempertahankan bentuk alami payudara melalui teknik rekonstruksi.

Pasien kanker payudara umumnya memiliki dua opsi bedah utama, yaitu mastektomi (yang melibatkan pengangkatan seluruh payudara) dan lumpektomi (yang hanya mengangkat sebagian jaringan yang terkena kanker). Namun, kini tersedia pendekatan bedah onkoplastik, yang menawarkan solusi lebih seimbang antara pengobatan dan estetika.

Bedah konservasi payudara onkoplastik (Oncoplastic Breast-Conserving Surgery/OBCS) merupakan teknik yang menggabungkan prinsip bedah onkologi dan bedah plastik dalam satu prosedur.

Teknik ini memungkinkan pasien untuk menjalani pengangkatan tumor sekaligus mendapatkan rekonstruksi payudara secara langsung, sehingga mengurangi trauma psikologis akibat perubahan bentuk tubuh.

“Beberapa studi menunjukkan bahwa prosedur ini tidak hanya memberikan hasil estetika yang lebih baik, tetapi juga memiliki tingkat keberhasilan medis yang setara dengan metode konvensional (mastektomi dan lumpektomi),” kata dokter spesialis bedah plastik di RS Siloam Lippo Village, Tangerang, Sweety Pribadi, mengutip keterangan pers, Kamis (13/2/2025).

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya