Bahaya Makan Gorengan, Awas Penyakit Jantung dan Diabetes Menghantui

Nikmat memang tapi risiko penyakit berat mengintai bila hobi makan gorengan.

dr Dinda Fath Faathiren
Direview oleh: dr Dinda Fath Faathiren

dr Dinda Meraih Gelar Medical Bachelor, Bachelor of Surgery (M.B.B.S) dan Merampungkan Program Post Graduate Obstetric and Gynecology di Suzhou University, Suzhou, China pada 2014. Lalu Menjadi Dokter Adaptasi di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Nov 2023, 21:12 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2023, 21:12 WIB
Ilustrasi Minyak Goreng
Ilustrasi gorengan yang menggoda untuk disantap tapi timbulkan bahaya bila makan setiap hari (dok. Unsplash.com/@suicide_chewbacca)

Liputan6.com, Jakarta Makanan yang digoreng (fried foods) telah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan, bahkan penelitian sekarang menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang digoreng setiap hari dapat menyebabkan kematian dini.

Stephen Kopecky, seorang ahli jantung dari Mayo Clinic, mengatakan bahwa minyak yang digunakan untuk menggoreng makanan, lebih banyak daripada makanan itu sendiri, yang tampaknya menyebabkan masalah kesehatan dan kematian dini.

Sebanyak 1 dari 3 orang Amerika makan makanan cepat saji setidaknya sekali sehari, dan sebagian besar makanan cepat saji tersebut termasuk gorengan.

Penelitian telah mengaitkan konsumsi gorengan yang lebih tinggi dengan diabetes tipe 2 dan masalah jantung, tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa makan gorengan setiap hari dapat memperpendek usia Anda.

"Jika Anda melihat berapa lama kita berada di bumi ini, kita tidak terbiasa makan banyak gorengan karena kita tidak bisa memanaskannya dengan cepat," kata Kopecky, dikutip dari Mayo Clini.

Tingkatkan Risiko Kematian, Efeknya ke Siapa Saja?

Kopecky menerangkan, tubuh manusia tidak berevolusi untuk mengetahui cara mengolah makanan yang digoreng. Ia membandingkan seperti menggunakan bahan bakar di kendaraan Anda yang tidak dirancang untuk digunakan.

Penelitian menunjukkan bahwa makan ayam goreng atau ikan goreng setiap hari meningkatkan risiko kematian pada wanita berusia di atas 60 tahun sebanyak 13 persen.

Kopecky menekankan, bahwa efek tersebut bisa serupa di semua populasi.

 

Masalahnya pada Minyak yang Digunakan

Ilustrasi Minyak Goreng
Ilustrasi minyak goreng. (dok. Unsplash.com/@epicantus)

Menurut Stephen Kopecky, masalah peningkatan risiko kematian terkait konsumsi makanan yang digoreng, bukan pada ayam atau ikannya. Masalahnya adalah minyak yang digunakan saat menggoreng ayam atau ikan.

"Minyak yang kita gunakan untuk menggoreng makanan adalah lemak yang sebenarnya tidak terlalu baik untuk tubuh kita," jelasnya.

Makanan yang dimasak dengan minyak yang lebih sehat seperti minyak zaitun, menurut Kopecky, tetap akan terasa enak, tapi tidak akan merusak tubuh Anda.

 

Picu Peradangan sampai Penyumbatan Arteri

ayam tepung
Ilustrasi ayam goreng tepung/copyright freepik.com/stockking

Makanan yang digoreng memiliki risiko jantung karena dapat memicu peradangan. Tapi berapa banyak porsi kentang goreng renyah yang diperlukan untuk meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular?

Tidak banyak, menurut sebuah analisis besar yang diterbitkan secara online pada 18 Januari 2021 oleh jurnal Heart.

Dikutip dari Harvard Medical School, para ilmuwan mengumpulkan temuan dari 17 penelitian tentang makanan yang digoreng dan masalah seperti serangan jantung, penyumbatan arteri koroner, gagal jantung, dan stroke.

Studi tersebut melibatkan lebih dari setengah juta orang. Para peneliti juga melihat data dari enam penelitian lain yang menilai hubungan antara makan gorengan dan kematian dini.

Efek Sering Makan Gorengan

Studi-studi dalam jurnal Heart di atas melibatkan lebih dari 750.000 orang. Orang yang makan gorengan paling banyak setiap minggu 28 persen lebih mungkin mengalami masalah jantung, dibandingkan dengan orang yang makan paling sedikit.

Setiap tambahan 114 gram (4 ons) porsi gorengan per minggu meningkatkan risiko secara keseluruhan sebesar 3 persen.

Tetapi analisis gagal menunjukkan, bahwa orang yang makan banyak makanan yang digoreng lebih mungkin untuk meninggal sebelum waktunya. Selain memicu peradangan, gorengan juga sering kali mengandung natrium dan lemak jenuh yang berbahaya.

Jika Anda memilih untuk menikmatinya, lakukan dengan hemat. Hindari makanan yang digoreng dengan lemak hewani; sebagai gantinya, pilihlah makanan yang digoreng dengan minyak nabati.

 

Makan Gorengan Tingkatkan Asupan Kalori Harian

Ikan Shisamo Goreng Krispi
Cara memasak ikan shisamo goreng krispi (foto: Kwokspots.dok)

Terlalu banyak makan gorengan ternyata tidak hanya meningkatkan asupan kalori harian pada tubuh. Makan gorengan dalam jumlah banyak ternyata juga akan meningkatkan risiko penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, diabetes, hingga obesitas.

Makanan yang dilapisi dengan tepung dan digoreng memiliki kandungan kalori yang tinggi. Tempe, tahu, dan ayam adalah makanan yang sehat. Namun, hampir semua kalangan lebih menyukai tempe, tahu, maupun ayam yang digoreng daripada yang dikukus atau direbus.

Padahal, proses menggoreng justru mengurangi nilai gizi pada bahan utamanya karena akan menambahkan kalori dan kandungan lemaknya. Meskipun rasanya enak, jenis makanan ini memiliki kandungan lemak trans yang bisa meningkatkan level LDL atau kolesterol jahat dan menurunkan level HDL atau kolesterol baik di dalam tubuh.

 

Cara Menghindari Bahaya Makan Gorengan

Ilustrasi ikan bakar
Ilustrasi ikan bakar. (Photo by Alex Teixeira on Unsplash)

Melihat bahaya makan gorengan yang tak bisa disepelekan, Anda dapat mencoba untuk membatasi kebiasaan ini. Namun, jika masih ingin makan gorengan, Anda perlu melakukan beberapa hal berikut:

- Ganti dengan minyak yang lebih sehat.

Untuk mengurangi risiko bahaya makan gorengan, cara terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengganti minyak goreng Anda dengan jenis minyak yang lebih sehat, seperti minyak zaitun dan minyak kelapa.Sementara itu, jenis minyak yang tidak disarankan untuk menggoreng makanan adalah minyak yang tinggi asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak kanola, minyak wijen, dan minyak bunga matahari.

Hal yang juga tidak kalah penting, sebagaimana informasi dari laman Kementerian Kesehatan RI, dalam meminimalisir bahaya dari makanan yang digoreng adalah dengan menghindari penggunaan minyak secara berulang.

Lebih disarankan, minyak hanya digunakan sekali pakai dalam menggoreng.

- Perhatikan cara menggoreng

Agar minyak tidak menyerap ke dalam makanan yang digoreng, disarankan untuk menggoreng makanan pada suhu 176-190 derajat Celsius. Anda bisa menggunakan termometer khusus penggorengan untuk mengetahui ini.

Suhu menggoreng penting untuk diperhatikan, karena suhu minyak terlalu tinggi bisa merusak minyak dan menghasilkan radikal bebas yang berpengaruh buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang. Sedangkan, jika suhu lebih rendah, minyak akan meresap ke dalam makanan dan membuat makanan jadi lebih berlemak.

Agar makanan yang telah digoreng tidak terlalu berminyak, disarankan pula untuk meniriskan makanan dengan tisu kertas agar minyak yang berlebih pada permukaan makanan dapat diserap.

- Ganti cara memasak

Agar lebih sehat, alih-alih menggoreng makanan, cobalah untuk memanggangnya. Makanan yang dipanggang juga bisa menjadi renyah dan sama lezatnya dengan gorengan. Sebelum memanggang, lapisi makanan dengan bumbu atau rempah-rempah agar rasanya lebih lezat.

Sebagian besar protein hewani, seperti daging sapi, daging ayam, dan ikan juga mengandung banyak lemak yang bisa keluar saat dipanaskan di wadah masak yang anti lengket. Jadi, Anda bisa memanfaatkan lemak alami untuk memasak makanan tanpa harus menambahkan minyak goreng. 

Infografis harga telur dan ayam naik
Infografis harga telur dan ayam naik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya