Liputan6.com, Jakarta - Istri presenter Ruben Onsu, Sarwendah, belajar banyak mengenai cara berkomunikasi yang baik dengan dokter saat dia harus merawat sang suami di ICU.
Mantan personel Cherrybelle ini meyakini bahwa komunikasi yang jelas antara keluarga pasien dan dokter adalah kunci untuk kesembuhan Ruben Onsu.
Baca Juga
Dengan komunikasi, Sarwendah bisa mengetahui perkembangan kesehatan suami tercinta, juga memahami obat apa saja yang diberikan kepadanya termasuk penggunaan antibiotik.
Advertisement
"Dokter membantu saya memahami tentang penggunaan antibiotik yang tepat agar pasien bisa sembuh, dan yang paling penting tidak terkena AMR," kata Sarwendah dalam sebuah diskusi yang diadakan Pfizer belum lama ini.
AMR adalah kondisi ketika mikroba penyebab infeksi pada tubuh seorang pasien sulit dilawan oleh antibiotik, antivirus, maupun antijamur.
Yang akhirnya bisa menyebabkan pasien sulit sembuh dan perlu dirawat lebih lama. Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada November 2023, diperkirakan akan terjadi 10 juta kematian pada 2050 karena peningkatan kasus AMR.
Itu mengapa WHO menyatakan bahwa AMR merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat yang serius.
Sarwendah pun membagikan empat tips berkomunikasi dengan dokter demi terhindar dari AMR di ICU yang dapat dilakukan pasien maupun keluarganya.
Mengingat ICU adalah tempat pasien menerima antibiotik sebagai salah satu terapi utama untuk menyembuhkan infeksi.
Oleh sebab itu, penggunaan antibiotik secara bijak dan rasional sangat penting buat dipahami.
Tips dari Sarwendah agar Terhindar dari AMR Saat Jaga Ruben Onsu di ICU
1. Memulai Percakapan Ketika Tindakan Darurat Selesai
Ketika pasien baru masuk ke ICU, prioritas tenaga kesehatan adalah menstabilkan kondisi dan menyelamatkan nyawa pasien. Oleh sebab itu, bisa terkesan tenaga kesehatan belum menyediakan waktu untuk melayani keluarga pasien untuk berdiskusi.
Pada kondisi ini, kata Sarwendah, sebaiknya keluarga pasien memberikan waktu dan ruang bagi tenaga kesehatan untuk bekerja.
Setelah tindakan darurat selesai dan kondisi pasien cenderung stabil, keluarga pasien bisamulai bertanya kepada tenaga kesehatan terkait tentang kondisi terkini dan semua tindakan yang baru saja dilakukan terhadap pasien.
Keluarga juga bisa bertanya tentang pengobatanyang akan diberikan selanjutnya, terutama pemberian antibiotik empirik pada awal masaperawatan.
2. Memperhatikan etika bertanya
Bertanyalah pada tenaga kesehatan dengan sabar, agar penjelasan dapat diberikan secara lengkap dan dipahami dengan baik
Jika tenaga kesehatan terlihat begitu sibuk sehingga susah mencari kesempatan untuk bertanya tentang perawatan pasien di ICU, keluarga pasien bisa membuat perjanjian tentang waktu yang tepat untuk bertanya dan berdiskusi tentang kondisi terkini pasien dengan tenaga kesehatan terkait.
Dengan begitu, pihak keluarga pasien pun bisa memperkirakan waktu dan menyiapkan pertanyaan yang lebih matang pada saat diskusi berlangsung.
Baik keluarga pasien maupuntenaga kesehatan tentu menginginkan yang terbaik untuk pasien, jadi tidak ada salahnyasaling menjaga etika dalam berinteraksi.
3. Terlibat Aktif dalam Pengambilan Keputusan Medis
Setelah tenaga kesehatan memberikan rekomendasi medis, pihak keluarga pasien bisa bertanya lebih jauh atau meminta penjelasan atas hal-hal yang kurang dipahami.
Pihak keluarga pasien perlu memahami secara utuh tentang diagnosis, tindakan medis, komplikasi,risiko, dan pilihan-pilihan tindakan, sebelum memberikan persetujuan.
Terutama terkait pemberian antibiotik, pihak pasien bisa bertanya lebih jauh mengenai alasan, jenis, dosis,lama penggunaan, manfaat, dan risiko terkait penggunaan antibiotik tersebut di ICU.
4. Menerima Informasi Hak Pasien
Sebagaimana diatur pada Permenkes RI 290/2008, pasien berhak untuk menerima informasiyang lengkap mengenai rekomendasi medis dari tenaga kesehatan.
Di sisi lain, tenagakesehatan pun memiliki kewajiban untuk memberikan informasi dan melakukan edukasikepada pasien.
Oleh sebab itu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara detail seputar beberapa topik, misalnya penggunaan antibiotik, perkembangan kondisi pasien, dan risiko terjadinya resistansi AMR pada pasien adalah hal yang normal, bahkan positif
Advertisement
Terkait Kondisi di ICU
Dokter Spesialis Anestesi dan Konsultan Perawatan Intensif, dr Pratista Hendarjana, SpAn-KIC, mengamini omongan Sarwendah.
Dia, mengatakan, komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan dapat memercepat proses pengobatan di ICU.
Kemudian dijelaskannya bahwa bahwa di tengah kondisi pasien yang sangat lemah, tugas dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah memastikan bahwa pesan tentang perawatan dan penggunaan antibiotik yang rasional, serta disampaikan dengan jelas, dan dapat dipahami oleh pasien maupun keluarganya.
Oleh sebab itu, Hendarjana mengajak para dokter dan tenaga kesehatan untuk memberikan perhatian khusus pada kualitas komunikasi dengan pasien, terutama di lingkungan ICU.
"Ini bukan hanya tentang memberikan informasi saja, tapi juga tentang mendengarkan. Pasien di ICU sering kali dalam kondisi yang memerlukan pemahaman dan kehadiran ekstra dari tim perawatan," katanya.
Melalui komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga kesehatan akan berkontribusi pada tindakan medis yang tepat waktu (right time), tepat pasien (the right patient condition), dan tepat guna (the right use).