Liputan6.com, Jakarta - Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Heru Muryawan, Sp.A(K) mengingatkan, kondisi tekanan darah tinggi juga bisa dialami anak-anak.
Ada sejumlah faktor risiko hipertensi pada anak, mulai dari keturunan hingga obesitas.
Baca Juga
"Kalau faktor risiko pada anak itu keturunan misalnya kalau ada keluarganya sakit hipertensi, biasanya itu pada anak-anaknya atau keturunannya bisa, bisa iya bisa tidak. Tapi bisa terjadi hipertensi," kata Heru dalam seminar media daring, Selasa, dilansir Antara.
Advertisement
Heru mengatakan anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami kondisi serupa. Selain itu, penyakit jantung bawaan, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi garam, lemak, serta gula berlebihan juga dapat memicu hipertensi pada anak.
Anak-anak yang obesitas, kata Heru, mempunyai kecenderungan untuk mengalami hipertensi. Demikian pula dengan anak dengan berat lahir rendah yang kemudian diberi makanan berlebihan. Hal ini bisa meningkatkan risiko hipertensi usia dini.
"Jadi waspada apabila ada risiko yaitu ada obesitas, ada riwayat keluarga, ada berat lahir rendah ini harus waspada," pesan dia.
Adapun terkait faktor penyebab, kata dia, sebanyak 97,5 persen hipertensi pada anak disebabkan karena penyakit ginjal. Sementara penyebab lainnya antara lain penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit syaraf, penyakit hormon, serta penyakit psikologis.
Pantau Kesehatan Anak Sejak Dini
Lebih lanjut Heru menekankan pentingnya memantau kesehatan anak sejak dini. Anak-anak dengan faktor risiko dianjurkan untuk melakukan cek tekanan darah setiap tahun sejak usia tiga tahun.
"Pokoknya screening di usia tiga tahun. Itu diukur, kalau aman ya sudah tenang. Tapi kalau di usia tiga tahun dengan faktor risiko, itu dianjurkan setiap tahun sekali screening," kata dia.
Advertisement
Bisa Berdampak hingga Dewasa
Hipertensi pada masa anak-anak juga dapat berdampak pada kesehatan ketika dewasa. Heru memperingatkan bahwa jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi pada anak dapat berlanjut hingga dewasa.
Dalam menanggulangi faktor risiko, Heru menyarankan untuk memodifikasi gaya hidup, seperti menurunkan berat badan untuk anak yang obesitas, mengadopsi diet rendah lemak dan garam, serta memberikan ASI eksklusif pada bayi.
"Lalu juga asupan makanan yang mengandung kalium dan kalsium. Tapi tidak usah dipikirkan karena kalau makanan itu sudah sesuai dengan makanan yang kita makan, ada lemak, ada protein, ada sayur, ada protein hewani, ada karbohidrat itu sudah cukup. Yang terakhir olahraga teratur," pungkasnya.