Tren Kasus Depresi Meningkat, Kenali Gejalanya agar Bisa Segera Ditangani

Kenali gejala depresi dan bagaimana mengatasinya dengan Coping Mechanism dan terapi.

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 21 Feb 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi. (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis kedokteran jiwa Lahargo Kembaren mengatakan bahwa terjadi peningkatan kasus depresi di dunia. 

"Depresi merupakan suatu gangguan kejiwaan yang trennya juga semakin meningkat. Kemarin WHO juga baru memberikan statement bahwa COVID-19 itu ternyata meningkatkan angka cemas dan depresi penduduk di seluruh dunia," kata pria yang karib disapa Argo itu.

Lebih lanjut, Argo menjelaskan bahwa perubahan iklim juga berperan dalam memberikan trigger terhadap munculnya gangguan depresi di seluruh dunia. 

Bila menilik data dunia, gangguan kecemasan menempati urutan pertama dalam gangguan kejiwaan baru disusul dengan depresi. 

Berdasarkan data WHO tahun 2020, lebih dari 264 juta penduduk di dunia mengalami depresi. Untuk data di Indonesia menunjukkan sebesar 6,1% penduduk berusia 15 tahun keatas yang mengalami depresi. Mirisnya hanya 9% dari orang dengan depresi yang mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak di sekitar kita yang mengalami depresi tetapi tidak mendapatkan penanganan.

“Padahal kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” kata Argo dalam podcast bersama Kementerian Kesehatan RI Depresi? Jangan Sungkan ke Faskes.

Gejala Depresi

Argo mengatakan bahwa gangguan depresi pada remaja ataupun dewasa menjadi 2 gejala, yaitu gejala utama atau gejala mayor dan gejala minor (gejala tambahan).

“Minimal ada dua gejala mayor dan dua gejala minor, itu sudah bisa kita tegakkan depresinya. Maka dari itu jangan sungkan-sungkan dan harus segera datang ke fasilitas kesehatan,” jelas Argo.

Salah satu gejala depresi kognitif yaitu jika fokus konsentrasi atau memori terganggu. Hal ini seringkali diabaikan, padahal sebenarnya ini merupakan salah satu gejala dari depresi yang harus diperhatikan. Jika dibiarkan bisa berkelanjutan bahkan mengaggu aktifitas performa sehari-hari.

Jika gejala-gejala tersebut sudah mulai menganggu fungsi kehidupan, seperti jadi tidak bisa belajar, tidak bisa kuliah, tidak bisa bekerja, dan relasi dengan orang lain menjadi terganggu. Maka penting untuk segera ke dokter atau psikolog untuk mendapatkan bantuan.

Gejala yang paling berat dalam depresi adalah keinginan untuk melukai diri atau mengakhiri hidup. Ini merupakan hal yang harus dihindari. Maka, salah satu caranya yaitu dengan mengidentifikasi gejala-gelaja dini dan secepat mungkin untuk datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pertolongan dan bantuan.

 

Mengelola Emosi dengan Coping Mechanism

Argo menjelaskan tentang strategi mengelola emosi, perasaan, dan pikiran untuk membuat merasa baik baik saja saat berhadapan dengan keadaan yang tidak menyenangkan, itu disebut sebagai coping mechanism.

Coping mechanism ada dua jenis yaitu adaptif dan maladapif.

Coping mechanism sehat disebut adaptif. Terdapat tiga jenis coping mechanism, antara lain:

  • Problem focus: fokus pada masalah dan membuat solusi nya seperti membuat to-do list, manajemen prioritas, minta bantuan kepada orang lain.
  • Emotion focus: fokus mengelola emosi. Emosi-emosi yang disarakan di regulasi dengan baik. Dapat juga melakukan dengan butterfly hug ataupun grounding, yaitu dengan fokus pada keadaan sekitar. Stimulasi panca indra kita dengan apa yang ada di sekita kita.
  • Meaning focus: mencari arti, mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda, mencoba menerima, mencoba melihat segalasesuatu dengan alasan nya.  

Jika itu semua sudah dilakukan tetapi tidak ada perubahan, jangan ragu-ragu untuk melakukan langkah berikutnya yaitu konsultasi ke faskes tingkat 1 puskesmas atau klinik agar diberikan penanganan terhadap depresi dan gangguan jiwa dan lainnya.

Terapi untuk Depresi

Datang ke profesional sperti psikiater atau dokter spesialis kedokter jiwa bukanlah suatu aib.

Mengalami depresi juga bukan menunjukkan kekurangan atau kelemahan, tetapi menunjukkan di suatu saat kita membutuhkan bantuan orang lain untuk memulihkan kondisi kesehatan mental.

Sesudah ke psikiater, biasanya pasien akan mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi. Salah satunya terapi. Nah, terapi untuk orang dengan depresi antara lain:

  • Psikoterapi: Terapi dengan berbicara atau talk terapi. Dalam psikoterapi ada model supportif yang akan menguatkan mental pasien sehingga pasian merasa di dengar. Kemudian ada yang bersifat re-edukatif yaitu merubah mindset, untuk mengelola pikiran agar lebih positif dengan pelatihan CBT (Cognitive Behavior Therapy). Dan terakhir yaitu rekonstruktif, dengan melihat lebih jauh peristiwa-peristiwa traumatis di masa lalu yang belum diselesaikan.
  • Psikofarmaka:  Dengan memberikan obat anti depresan. Obat ini aman selama diberikan dengan dievaluasi dan di monitor oleh seorang psikiater, dengan begitu obat ini akan sangat membantu orang yang mengalami depresi untuk bia cepat pulih. Setelah keadaannya membaik maka dosis obat anti depresan akan dikurangi secara bertahap.
  • Transcranial Magnetic Stimulation (TMS): Membuat sel-sel saraf di otak bisa berkembang dengan lebih baik dan berfungsi lebih bagus, sehingga depresi dapat lebih cepat di atasi.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya