Liputan6.com, Jakarta - Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat Indonesia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas mencapai 21,8 persen, dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 14,8 persen.
Dalam upaya penanggulangan obesitas, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Dr Eva, mengidentifikasi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kesadaran masyarakat terhadap fakta bahwa obesitas merupakan penyakit. Faktor lain termasuk dampak teknologi yang mengurangi aktivitas fisik dan perluasan peran pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, seperti peningkatan ruang olahraga.
Baca Juga
Dia menekankan bahwa meningkatnya pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap obesitas, dengan mendeteksi sedini mungkin adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan dan menghindari penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi penyandang obesitas juga diperlukan, dengan pendekatan deteksi dini faktor risiko di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu PTM atau Posyandu), puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Advertisement
Eva menggarisbawahi bahwa obesitas dapat dicegah melalui penerapan perilaku hidup sehat. Komitmen individu untuk bertanggung jawab atas kesehatan diri mereka menjadi kunci. Ia mendorong seluruh orang mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, menjadi agen perubahan bagi keluarga dan orang terdekat, serta mendukung upaya pencegahan obesitas di masyarakat.
Ayo Lawan Obesitas
Kementerian Kesehatan RI memperingati Hari Obesitas Sedunia/World Obesity Day (WOD) dengan menggelar temu media melalui Zoom Meeting pada Senin, 4 Maret 2024. Temu media tersebut mengangkat tema global 'Let’s Talk about Obesity' yang diterjemahkan dalam tema nasional menjadi 'Ayo, Lawan Obesitas'.
Dalam kesempatan itu, Dr Elsye memaparkan ciri-ciri obesitas seperti lingkar pinggang laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80 cm, tekanan darah ≥ 130/85 mmHg, gula darah puasa > 100 mg/dL, dan kadar kolesterol tertentu. Dia menekankan bahwa memiliki tiga dari lima gejala ini dapat dikategorikan sebagai sindroma metabolik, yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
Kunci pencegahan obesitas, yang dapat memicu penyakit jantung, adalah gaya hidup sehat. Aktivitas fisik dan nutrisi perlu dijaga seimbang untuk menjaga tubuh tetap bugar dan terhindar dari penyakit. WHO dan Kemenkes menyoroti pentingnya gaya hidup sehat, termasuk konsumsi sayur dan buah, menghindari makanan/minuman tinggi lemak, gula, dan garam, serta menjauhi minuman beralkohol.
Dalam keseluruhan konteks, upaya pencegahan obesitas di Indonesia memerlukan kerja sama antara individu, pemerintah, dan masyarakat untuk mencapai Indonesia Sehat dan Indonesia Emas 2045.
Advertisement