Liputan6.com, Jakarta Membahas materi kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) dinilai bukan hal biasa.
Bagi para warga binaan, sekadar berjumpa lawan jenis saja merupakan kesempatan yang jarang mereka alami. Namun, bukan berarti mereka tak memerlukan pengetahuan soal reproduksi.
Baca Juga
Pada Jumat siang, 22 Maret 2022, warga binaan Lapas Wanita Kelas II B Yogyakarta membahas reproduksi sambil menunggu waktu berbuka puasa. Acara digelar oleh Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY, Andi Ritamariani serta jajarannya.
Advertisement
Menurut Andi, para perempuan warga binaan antusias menyambut pemberian edukasi. Materi reproduksi yang dibahas bukan tentang cara bereproduksi, tapi lebih luas dari itu.
Reproduksi yang dibahas pada kegiatan bakti sosial (baksos) ini sesuai dengan kondisi, tantangan dan problematika terkait kesehatan reproduksi bagi warga binaan lapas.
Pembahasan antara lain tentang beberapa fakta terkait perempuan dan organ reproduksinya, seperti menstruasi, keputihan dan permasalahan kesehatan organ kewanitaan lain.
Dibahas pula soal kanker leher rahim, HIV-AIDS, infeksi menular seksual hingga tentang pentingnya program Keluarga Berencana atau KB agar kehidupan berkeluarga lebih terencana setelah masa tahanan habis atau setelah bebas dari penjara.
Pertanyaan Unik Penghuni Lapas
Pemberian materi reproduksi diikuti sekitar 100 warga binaan dari total 222 penghuni lapas. Dalam sesi tanya jawab, beberapa dari mereka mengajukan berbagai pertanyaan.
“Pertanyaan antara lain tentang usia rentan melahirkan, masa efektif alat kontrasepsi IUD, siklus menstruasi, keluhan penyakit organ kewanitaan, hingga kendala tidak bisa mencukur bulu kemaluan karena di dalam lapas tidak diperbolehkan membawa gunting,” kata Andi dalam keterangan pers, dikutip Kamis (28/3/2024).
Pembahasan kesehatan reproduksi dalam lapas ini disampaikan oleh perwakilan BKKBN DIY, Iin Nadzifah Hamid. Tema bahasan ini bertujuan agar warga binaan lapas meningkat kepeduliannya terhadap kesehatan organ reproduksi dan mampu membuat perencanaan keluarga ketika nanti sudah kembali berperan di tengah masyarakat.
Advertisement
Dinilai Penting dan Menarik
Tujuan kegiatan ini dinilai menarik dan sangat penting oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Evi Loliancy.
Dia juga menyampaikan, selain pemberian edukasi, para penghuni lapas juga difasilitasi untuk menyalurkan hobi dan bakat misalnya dalam bidang kesenian dan keterampilan.
Kegiatan dapat dilakukan di Gedung Lapas Perempuan Yogyakarta yang diresmikan tahun 2021, berdaya tampung 250 warga binaan dan saat ini terisi 222 orang.
“Beragam aktivitas dapat dipilih oleh para penghuni, antara lain kesenian dan keterampilan seperti kursus membatik, menjahit dan merajut,” kata Evi.
“Juga ada keterampilan memasak dan membuat kue serta perikanan. Selain itu tentu saja mendalami agama (mengaji). Mereka juga difasilitasi untuk melakukan aktivitas berkesenian,” tambahnya.
Tampung Narapidana Wanita dengan Berbagai Kondisi
Lapas perempuan ini juga menerima kiriman narapidana pindahan dari Lapas Pondok Bambu. Ada pula napi warga asing, termasuk terpidana mati asal Filipina, Mary Jane, yang tampak mengikuti kegiatan baksos ini.
Mayoritas warga binaan merupakan wanita usia subur dan sebagian besar terlibat kasus narkoba. Terdapat napi yang masuk dalam keadaan hamil. Ada pula yang memiliki anak balita.
“Materi kesehatan reproduksi tentu berguna bagi mereka.”
Pada kesempatan kunjungan ini, kepala Perwakilan BKKBN DIY selain menyerahkan bingkisan kepada warga binaan lapas juga menjelaskan dua tugas BKKBN. Yaitu, melaksanakan pengendalian jumlah penduduk agar tumbuh seimbang berkualitas dan tugas terkait kesehatan reproduksi melalui Keluarga Berencana.
Advertisement