Pemudik yang Alami Pembesaran Prostat Tidak Dianjurkan Minum Minuman Manis, Ini Alasannya

Menurut para urolog, konsumsi minuman manis bisa berdampak buruk bagi kondisi kantung kemih.

oleh Tim Health diperbarui 29 Mar 2024, 21:58 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2024, 21:47 WIB
Pekan Terakhir Jelang Lebaran, Bandara Soetta Mulai Dipadati Pemudik
Sejumlah calon penumpang membawa barang mereka di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten, Jakarta (9/6). Dengan rincian keberangkatan 84.945 domestik dan 129 internasional. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Para pemudik perlu memerhatikan kondisi kesehatannya, termasuk jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pemudik yang punya masalah pembesaran prostat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi minuman manis selama perjalanan mudik. Menurut para urolog, konsumsi minuman manis bisa berdampak buruk bagi kondisi kantung kemih.

“Bagi pemudik penderita pembesaran prostat, selama dalam perjalanan hal yang harus diperhatikan pertama adalah menghindari minuman yang menyebabkan frekuensi kantung kemihnya meningkat,” kata Dokter Spesialis Urologi Rumah Sakit Abdi Waluyo dr.Samycha Jusuf, Sp.U di Jakarta, Kamis, dilansir Antara.

Samycha menuturkan dalam perjalanan mudik, waktu untuk buang air kecil akan sangat terbatas sehingga menyebabkan banyak orang terpaksa untuk menahannya. Akibatnya, orang yang menahan buang air tersebut akan berisiko lebih tinggi terkena infeksi.

Apabila menahan buang air kecil diakukan dalam waktu yang panjang, dikahwatirkan orang tersebut akan terkena gangguan fungsi ginjal karena adanya pembengkakan.

Oleh karena itu, Samycha menganjurkan penderita menghindari minuman manis seperti teh dan kopi yang bisa meningkatkan frekuensi berkemih terutama di malam hari.

“Jangankan waktu lebaran, saat bulan puasa pun dengan menggunakan teh, itu pasti frekuensi berkemih malamnya saja sudah meningkat,” ujar Samycha.

Selanjutnya, hal yang sebisa mungkin harus dihindari oleh penderita pembesaran prostat adalah mengonsumsi obat-obatan yang berlawanan dengan jenis alpha blocker. Misalnya obat flu yang dijual bebas karena akan melawan terapi yang sedang diberikan hingga menyebabkan pemberatan gejala. 

 

Efek Konsumsi Obat Flu

Dokter Spesialis Urologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) dr. Adistra Imam Satjakoesoemah, Sp.U, FICS membenarkan, obat flu yang dikonsumsi penderita akan berlawanan dengan terapi yang diberikan dokter untuk melancarkan keluarnya air kencing dari kantung kemih.

Dengan mengonsumsi obat-obatan seperti obat flu tadi, banyak pasien dalam kasus yang ia tangani datang ke IGD dan mengeluh mengalami keluarnya air kecil secara tidak lancar.

“Jadi sebenarnya obatnya simpel, tinggal stop obat flu, sama dikasih alpha blocker tadi, kalau tidak mempan tinggal dioperasi. Jadi mohon dicatat obat flu jangan dikonsumsi,” kata Adistra.

 

Pemerintah dan Pengelola Jalan Tol Diharapkan Perbanyak Toilet

Menanggapi hal tersebut, Kepala Departemen Urologi Rumah Sakit Abdi Waluyo dr. Rochani, Sp.B, Sp.U(K) menyarankan agar pemerintah dan pengelola jalan tol untuk lebih memperhatikan banyaknya jumlah tempat istirahat bagi pemudik yang akan melintas di jalur yang dilewati.

Kedua pihak, katanya, harus dapat memahami bahwa toilet harus tersedia setidaknya setiap jarak 50 kilometer di jalan yang dilewati pemudik. Sebab, rata-rata orang butuh waktu empat jam sekali untuk buang air kecil.

“Pemerintah kita imbau untuk mudik lebaran lebih memperhatikan ini. Apalagi yang WC perempuan, itu bisa antre sampai 100 orang akhirnya ngompol di jalan, itu sudah enggak bisa diatasi memang. Sulit sekali jutaan orang harus bepergian, sedangkan WC-nya enggak mencukupi,” kata Rochani.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya