Kasus COVID Indonesia Naik, Kemenkes: COVID-19 Tidak Sepenuhnya Hilang, Perkuat Prokes

Pada pekan 19 - 25 Mei ada 26 kasus COVID Indonesia, naik sedikit dari pekan sebelumnya. Terkait ada kenaikan kasus COVID-19 maka perlu memperkuat prokes lagi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 29 Mei 2024, 09:36 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2024, 09:35 WIB
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril berbicara soal KRIS.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril bicara soal kenaikan kasus COVID Indonesia akhir-akhir ini.

Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID Indonesia pada pekan 19 - 25 Mei 2024 tercatat ada 26 kasus dengan orang yang melakukan tes sebanyak 1.811. Sementara itu pekan sebelumnya yakni periode 12-18 Mei 2024 terdapat 19 kasus konfirmasi dengan jumlah orang yang dites 2.474. Hal ini merujuk pada Data Laporan Mingguan Nasional COVID-19 Kemenkes RI.

Terkait kenaikan kasus COVID-19, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril kembali mengingatkan masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Diantaranya dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"COVID-19 tidak sepenuhnya hilang meski saat ini statusnya sudah endemi. Masih ada potensi munculnya varian atau subvarian baru yang berpotensi menyebabkan peningkatan kasus, bahkan kematian," kata Mohammad Syahril.

Supaya kasus COVID-19 tidak menyebar, ia mengingatkan kembali kebiasaan untuk menerapkan protokol kesehatan (prokes), seperti mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker bila sakit, termasuk saat berada di kerumunan.

Lengkapi Vaksinasi Booster

Syahril juga mengimbau masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi COVID-19. Khususnya pada kelompok berisiko.

“Upaya kewaspadaan dan pencegahan masih sama, yaitu segera lakukan vaksinasi COVID-19 lengkap dan penguat (booster), terutama untuk kelompok lansia dan orang dengan penyakit penyerta,” kata Syahril mengutip Antara.

 

Jika Sakit ke Faskes

Pria yang juga Direktur Utama RSUP Fatmawati itu mengungkapkan bahwa bila merasa sakit perlu segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

"Jika merasa sakit, untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat, menggunakan masker, dan hindari untuk berkontak dengan banyak orang," katanya.

Bagi masyarakat yang hendak bepergian ke luar daerah atau ke luar negeri, harus mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan di wilayah yang dituju.

Berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) yang dihimpun ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, varian COVID-19 yang bersirkulasi di kawasan negara-negara ASEAN pada 2023-2024 didominasi oleh JN.1.

Sementara itu, di Singapura yang bikin kasus naik adalah KP.1 dan KP.2.

 

Karakter Varian yang Beredar

Terkait hal ini epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan COVID-19 subvarian JN.1 beserta turunannya KP.1 dan KP.2 memang tidak menimbulkan gejala yang lebih berat. Namun memiliki kemampuan menembus perlindungan vaksinasi.

"Itu sudah semakin baik kemampuannya, lebih cepat, mudah menginfeksi. Apalagi, kalau belum divaksinasi bisa fatal, bahkan ketika menimpa orang komorbid atau orang lanjut usia atau, bahkan pada anak," katanya.

Dampak dari COVID-19 saat ini bukan lagi bersifat akut, kata Dicky, tapi bisa menimbulkan dampak kronis yang berkepanjangan seperti komplikasi pada kelompok orang berisiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya